Saya menyukai dunia pendidikan dengan berbagai dinamika yang ada di dalamnya. Berawal dari keisengan menjawab berbagai pertanyaan seputar dunia pendidikan, saya membuat ruang SEPUTAR DUNIA PENDIDIKAN di Quora Indonesia. Memperbaiki kualitas pendidikan untuk negara sebesar Indonesia tidaklah mudah. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi dan konsep yang berkembang di masyarakat yang biasanya sudah tertanam sejak lama. Kanal ini dibuat dengan harapan bisa memberikan perubahan dalam dunia pendidikan melalui tips mengajar dan belajar, berbagai filosofi praktis tentang pendidikan, peran orang tua dan masyarakat, masukan untuk para pemangku kepentingan, dll. Bukankah hal yang besar selalu tumbuh dari sesuatu yang kecil?
Anda memiliki pemikiran, pertanyaan, atau usulan topik yang ingin dibahas? Layangkan pertanyaan Anda ke id.quora.com. Sebagian besar pembahasan di sini merupakan visualisasi dari tayangan di seputarduniapendidikan.quora.com/
Visi misi pendidikan indonesia g jelas. Itu karena memang pemimpinnya dari jaman suharto smp jokowi. senang kalo rakyatnya bodoh dgn begitu mereka tak berdaya.. Kalo masyarakat indonesia dibikin pandai sbgmana mestinya, soehato tdk akan berkuada selama itu (32 tahun). Saya pensiunan guru swsta. Ketika ada lomba cerdas cermat. Dan ke tingkat yg lbh tinggi misalnya olimpiade matematika atau fisika baik nasional maupun internasional, anak ysng menang menerima pengharga dan uang sbg uang pembinaan. Dah titik Fibiarkan oleh pemerintah. Saya tdk tahu apa yg ada di otak para pejabatpendidikan. Masak beginian g tahu atau g peduli. Harusnya anak ini fiambil negara dikasih beasiswa sekolah setinggi tingginya. Dan setelah lulus ya sdh jadi ASN. Tp ini tdk. Karena ini sekolah swasta punya informasi beasiswa di singapore Dan sekolah di sana sekalian ditawarin jadi warganegara . Yg pibter dan yg intung negara lain. Di infobesia bisa cuma ngabidin anggaran ketika mau tutup tahun dgn pelatihan2 yg jelas.. Dgn usng saku dan uang makan berapa tp yg di bukti penerimaan lbh rendah. Korupsi kecil2an yg rutin dan tetap berlangsung. Kalo mau diomongin masalah yg berkaitan dgn pendidikan buuanyaaaak sekali. G akan selesai. Terlanjur rusak. Nih tolong siapa saja anda yg bisa menjelaskan penasaran saya smp saat ini .: 1. Mengapa SPG dibekukan/ dibubarkan waktu tahun betapa itu...? 2. Mengapa dan apa esensinya IKIP diganti dgn universitas ( jogjakarta, jakarta, dst ) ? 😮😮😮
Knp gak demo aja guru klw begitu pak, klw terlalu banyak mengurusi administrasi nya dr pd mengurus ank didik, krn klw org tua menuntut itu ke pemerintaan gak mungkin😀
Finlandia tidak ada sistem ranking, kecuali disebutkan peraih nilai rata-rata tertinggi saat lulus SMP. Itu saja! Selebihnya, tidak pernah dicantumkan dan diumumkan. Bahan di rapor tidak dicantumkan nilai rata-rata siswanya. Cuma nilai tiap mapel.
Pada pembahasan soal nilai siswa di menit ke 11:00, saya setuju sekali bahwa itu seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara guru dan siswa. Kenyataan di lapangan, saat ini justru nilai rasanya seperti kurang ada esensi. Siswa yg tidak mengerjakan tugas dan ujian sekalipun, serta pada saat belajar dia tidak ada, tetap harus ditulis nilainya diatas KKM. Atas dasar apa? Bahkan, setelah diberi tugas tanbahan agar "nilai ghoib" ini tidak serta merta muncul di rapor. Dg kondisi seperti ini, sehingga ilmu dan guru yg mengajarkan ilmu seolaah kehilangan ruhnya. Tidak ada artinya. Saya mengalami ini di sekolah tempat saya mengajar saat ini. Saya sangat prihatin dg kondisi ini tp tidak bisa berbuat banyak. Bbrp rekan yg lain pun seperti kurang begitu greget.
Terima kasih sudah berbagi pengalaman pribadi. Terus terang, fenomena seperti itu yang membuat saya juga sedih. Di satu sisi, guru punya idealiseme pendidian, tetapi semua harus dimatikan gara-gara ambisi tertentu. Semoga bisa segera ada solusinya. Apakah Anda mendapatkan semacan tekanan dari kepsek atau guru yang dianggap senior? Hm... jika pertanyaan ini terlalu pribadi, maafkan saya, dan silakan diabaikan saja.
Plg sklh mrd2 ikut kursus2 : English, Mdrn, Math, basket, renang, piano, robotic dll. Kursus ada kurrikulum n program2 yg bnr2 fokus kembangkan potensi mrd2 drpd ekstra kurikuler yg kur efektif n bs sering absent. kus kembangkan potensi anak2 drpd extra kurrikuler kurang efektif n mrd2 bs sering absent
Kurrikulum blm berstdr international, guru2 blm profesional n metode pgajaran+pbelajaran blm efektif maka sklh full day itu sia2..hanya buang wkt kumpul2 n main2 di sklh.
Sesuatu yg g digunakan maka g perlu dihafalkan, sesuatu yg dianggap penting perlu dicatat dan disimpan, sesuatu yang baik harus dipraktekkan sesering mungkin.
Wow! Ini menarik. Jadi pingin tahu lebih dalam, apakah mereka pernah menghadapi masalah yang mirip dengan Indonesia. Setidaknya, salah satu akar masalahnya adalah keberadaan sekolah yang dianggap berkualitas.
Jangan sampai nanti, kalau ada seorang pria muda lulusan perkulihan/sarjana selain sarjana pendidikan/psikologi yang justru malah melamar pekerjaan menjadi guru tk/paud, malah mendapatkan kalimat stigma/sentimen negatif yang tidak berdasar, dengan contoh kalimat seperti berikut ini: "Dasar pengangguran p3d0f1ll14n/b4nc1/b3nc0ng tulang lunak/p3ny3f0ng/pengg1l4 anak paud/tk/bocil l0l1 perampas/perebut pekerjaaan wanita!".
@@sdp-seputar.dunia.pendidikan Saya yang merupakan sarjana komputer lulusan S1 jurusan sistem informasi, agak merasa kesulitan ketika melamar/mendapatkan pekerjaan di berbagai perusahaan/belum diterima bekerja di perusahaan, karena belum mendapatkan pekerjaan juga. Apakah mungkin juga yang seorang pria bukan lulusan sarjana pendidikan/psikologi bisa melamar pekerjaan menjadi guru TK? Soalnya kurang mungkin/pantas juga kalau seorang pria lulusan sarjana bukan pendidikan/psikologi malah melamar pekerjaan menjadi guru TK, karena yang biasanya menjadi guru TK itu adalah seorang wanita yang merupakan lulusan sarjana pendidikan/psikologi, dan gajinya yang kemungkinan di bawah UMR, sedangkan untuk lulusan sarjana gajinya harus tiga jutaan ke atas/sesuai di atas gaji UMR.
@@reynaldooktaviano726 Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Anda secara langsung. Namun berkaca dari pengalaman, banyak teman saya bukan lulusan prodi pendidikan yang sekarang jadi guru (sekolah swasta). Sepertinya ruang gerak sekolah swasta lebih besar dari sekolah negeri. Biasanya mereka lebih mengedepankan skill daripada selembar ijasah. Jujur saya katakan bahwa lulusan prodi PGPAUD pun belum tentu bisa menangani anak kecil dengan luwes.
@@sdp-seputar.dunia.pendidikanAda beberapa/sebagian kecil seorang pria yang malah menjadi guru PAUD/TK. Contohnya seperti Fafa Ahfar misalnya, yang mengajar di sebuah sekolah PAUD/TK negeri, yang berada di kota Kudus, Jawa Tengah.
@@reynaldooktaviano726 Terima kasih! Ini menarik. Apakah Anda punya informasi untuk menghubungi beliau? Jika beliau berkenan, mohon bisa dikirimkan kontaknya email saya.
Terkadang kelompok belajar atau belajar kelompok sesuai dengan namanya Belajar dan kelompok hanya 1 atau beberapa yang belajar dan sisanya cuma kelompok (numpang nama tanpa kontribusi berarti)
@@sdp-seputar.dunia.pendidikan benar, tetapi terkadang beberapa guru tetap memberi nilai rata dengan smua anggota, walaupun tau yang kerja hanya 1 atau beberapa
@@ahmd_adty_prtm Oh... sepertinya ada perbedaan istilah yang digunakan. Belajar kelompok (atau kelompok belajar) yang saya maksud adalah belajar bersama dalam sebuah kelompok, bukan membuat tugas secara kelompok. Wah, video tentang tugas kelompok belum ada nih.. Tapi bahannya sudah ada...
Terima kasih buat masukan Anda. Secara umum, pendiidkan karakter sudah saya masukkan dalam seri SPF untuk tiap jenjang pendidikan. Mungkin bisa cek di seri SPF. Atau, mungkin ada sesuatu yang sifatnya khusus?
Pendidikan Yang Paling Awal Itu Adalah Tontonan. Tontonan Apa Yang Pertama Kali Ditonton Anak Itulah Pendidikan. Itulah Yang Paling Bisa Nancep Di Alam Bawah Sadarnya Secara Kuat. Anak Tetangga Saya Umur 6 Tahun Masih Susah Bicara, Kalau Bicara Ga Jelas. Ternyata Sejak Awal Nonton TV Tontonannya Kartun - Kartun Yang Tidak Berbahasa Seperti Shaun The Sheep dan Sejenisnya.
Setiap orang punya pergumulan masing-masng yang kita tidak tahu persisnya. Kita tidak pernah tahu selama tidak melakukan klarifikasi. Bisa jadi memang terjerat hutang karena memang tidak mampu menguasai diri, tetapi yang mengalaminya karena satu dan lain hal yang sepertinya tidak bisa dihindari.
ANAK di INDONESIA itu Percuma Di KASIH PELAJARAN Tidak UNTUK MENCVRI dan MENiPV Orang Tetap Akan Di LAKUKAN Karena MENURUT MEREKA Dengan Melakukan Itu Semua Mereka Akan CVAN,Beda Dengan NEGARA Seperti CHIN∆ Tidak PERLU itu SEMUA Tetap MAJV😐😐😐
Menurut saya, ini lebih ke arah urusan lingkungannya. Ketika seseorang dibesarkan di lingkungan yang membolehkan seperti itu (apalagi ada contoh dari orang terdekat), maka anak mendapat semacam legitimasi.
Terimakasih telah menginspirasi saya pak. Saya seorang guru, mindset saya berubah denga menonton ini. Saya mengalami dilema terutama dalam memberikan nilai Rapor kepada peserta didik. Secara pribadi, saya mengutamakan proses dan belajar bermakna. Saya juga mengutamakan pengalaman lewat proses berpikir. sehingga saya memberikan nilai rapor berdasarkan proses tersebut. Nilai yang diperoleh anak adalah nilai murni dari proses itu yang menunjukkan level kemampuan anak. Bagi saya, lebih baik dan harus objektif memberikan nilai berdasarkan leve tersebut. Anak harus tahu level kemampuannya lewat nilai tersebut. Dalam pembelajaran pun saya selalu menanamkan mindset anak bahwa nilai rapor menunjukkan level kemampuan saat ini, dan saya percaya level kemampuan mereka akan berubah di masa depan apabila mereka berpikir dengan cara menghargai proses. Namun, saat sekarang, saya dilema harus objektif atau menipu pribadi siswa bahkan orang tuanya dengan mengkatrol nilainya setara KKM atau di atasnya . Secara pribadi saya harus objektif namun bentrok dengan paradigma lama bahwa nilai siswa harus tuntas karena takut Tidak terima di Perguruan tinggi. Saya mempertimbangkan efek masa depan pak. Siswa masih punya hak atas masa depan walaupun nilai matematikanya 25. Siswa harus dilatih dan dituntun untuk menemukan dan mengembangkan potensinya. Mohon tanggapannya, terutama tentang nilai Rapor siswa(objektif atau Guru harus menipu)
Terima kasih sudah mampir di lapak saya.... Senang sekali bisa memberikan inspirasi melalui video singkat saya. Saya memang melihat ada dilema pada guru seperti yang Anda alami. Sekolah ingin nilai siswa baik karena itu berimbas pada 'citra' sekolah berkualitas dan punya pengaruh ke akreditasi. Jadi, ada semacam 'pemaksaan' kepada guru untuk tidak memberikan nilai yang rendah, setidaknya di atas KKM. Masyarakat Indonesia secara umum juga berpendapat bahwa nilai adalah tanggung jawab guru. Situasi yang seperti ini membuat siswa berada di atas angin sehingga mereka santai saja karena guru akan 'terpaksa' menaikkan nilai mereka supaya tidak kena labrak ortu atau dipanggil kepsek (atau pemilik sekolah). Sebagai dosen, saya juga pernah mengalami hal yang serupa tetapi saya memilih untuk memberikan nilai secara obyektif dan memberikan penilaian yang terbuka. Artinya mereka yang tidak puas boleh bertanya dan saya akan buka semuanya. Oleh karena itu saya sangat mendukung pemberian nilai yang obyektif dan apa adanya (bukan ada apanya). Sudah nonton yang ini? ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-j20autvpIe8.htmlsi=YAYLxw_o-8i_i4GW Edisi terkait remediasi juga hampir siap. Silakan ditunggu.
Salah satu faktornya mengapa sedikit sekali anak² ditemukan di perpustakaan sedang membaca mungkin salah satunya karena perpustakaan dikelola oleh pemerintah daerah yang hanya buka di jam² kerja, sedangkan pada saat jam kerja anak² sekolah, dan di hari Sabtu dan Minggu perpustakaan daerah mayoritas tutup prof, dan lagi perpustakaan yg buka hanya ada sedikit sekali, itupun jaraknya lumayan jauh dari rumah.🙏🏻
Buat saya layak pak jadi profesor, ehehe✌🏻 Bisa pak, di pusda kota tempat saya tinggal, buka hanya s/d pukul 15.30, sedangkan elementary school (full day) s/d high school di sekitarnya pulang juga berkisar jam² tersebut, sedangkan perpustakaan sekolah seringkali tidak menyediakan buku yg bagus untuk seusianya, buku sering terbitan lama, kondisi rusak, menunggu ada yg menyumbang dr siswa lulusan haha
Menurut saya, harga buku di Indonesia cukup mahal, jika dibandingkan prioritas kebutuhan pokok hehe, berdasarkan pengalaman saya mengajar di sekolah² yang memiliki perpustakaan yang "bagus" berbanding lurus dengan harga spp bulanannya 🙃
@@selviakumalasari5150 saya setuju bahwa perpustakaan sekolah belum menyediakan buku yang memadai dan sering tidak dirawat dengan baik. Apakah karena keterbatasan anggaran? Saya sangat mendukung program Kemendikbudristek yang melanggan jurnal berbayar sehingga kampus kecil bisa punya akses. Kalau ini dibuat untuk program perpustakaan kayaknya asyik!
@@selviakumalasari5150 Benar! Harga buku di Indonesia relatif mahal jika dibandingkan dengan tingkat ekonomi masyarakat, apalagi yang di daerah. BTW, Anda guru ya! Wah, bisa jadi reviewer video nih, hahahaha.
Pertanyaan menarik nih... kurikulum di Finlandia berganti secara progresif, artinya tidak ganti total. Jadi berdasarkan evaluasi hasil ujian matrikulasi (semacam UN), maka kurikulum di mengalami penyesuaian (adjustment) dan ini tidak tergantung siapa menterinya. Terima kasih ya, sudah mampir!
saat ini nilai siswa dan kenaikan kelasnya menjadi perhatian sekolah karena terkait dengan image masyarakat tentang kualitas sekolah. Hal ini membuat siswa yakin bahwa sekolah akan memikirkan cara supaya nilai siswa baik dan semuanya naik kelas. Menurut saya, ini masalah besar buat pendidikan Indonesia
Natur manusia itu bermain... nah bicara tentang belajar dan mengerjakan tugas, ini masalah kedewasaan seseorang untuk memyadarinya. Jika hal ini terjadi pada siswa SD, mungkin ybs belum tahu. Nah, ketika siswa SMA yang melakukannya, maka itu menunjukkan bahwa dia cuma besar dari sisi usia, tetapi mentalnya anak-anak. Kedewasaan seseorang mencerminkan kesiapan menerima tanggung jawab
Saya guru SMA MUHAMMADIYAH BOLENG dan sungguh mengalami hal bahkan berulang,bahkan sampe 1 bulan tidak hadir sekolah tanpa ketrangn jarak sekolah dan rumah tidak sampe 1 km ,tenaga pengajarnya 15 orang asal Bima, 8 orang asal manggarai ank2 yg kls x11 belum bisa baca dan tulis ,ini di sebabkan oleh teman2 yg asal dari Bima seing menggunakan bahasa Bima di dlm ruang,sedangkn sekolah ini berdiri diatas bumi manggarai ,mengakibatkan siswa kaku berkomonikasi 🙏
Kondisinya benar-benar memprihatinkan. Fenomena siswa setingkat SMK/SMA yang belum bisa baca juga ditemukan di beberap daerah. Ini sangat mengherankan. Bagaimana mereka bisa lulus dari SD? Salam untuk guru-guru di SMA di sana.