Тёмный
Muhammad Ikhlasul Huda
Muhammad Ikhlasul Huda
Muhammad Ikhlasul Huda
Подписаться
Комментарии
@syahrulrul52
@syahrulrul52 5 месяцев назад
Agar selamat beragama ikuti ulama yg menyampai kan Alquran yg di jelas kan hadist dan yg di ikuti sahabat nabi dgn baik itu lah sunah nabi , ini ustad sunah yg pernah kukenal semenjak dulu ,
@almarisi6407
@almarisi6407 Год назад
Barakallohu fikum ustad Abdul Hakim Bin Amir Abdat. 👍👍👍
@muhjusufhasiah3690
@muhjusufhasiah3690 2 года назад
Kau hakim kurang ilmu, berhenti kau.
@ilhamharman
@ilhamharman Год назад
Panik panik.?😂 semakin berkembang dakwah salafi, banyak dari NU yg hijrah.? Wkwkwk. Dakwah yg haq tidak akan bisa kau hentikan. Beliau sudah berdakwah dari 1992 sampai sekarang dakwah beliau semakin berkembang. Udah lahir ente 92.?
@muhammadasnawi5594
@muhammadasnawi5594 2 года назад
Bener kata Alloh kata Rasul tp Amir Abdat salah hidup, hidupnya di tahun 2002 yg diikuti Ibnu Taimiyah, MBAW,, usaimin, fauzan,bin BAZ yg diikuti salaf yg mana?🤭
@openg7654
@openg7654 3 года назад
Alhamdulillaah sekarang hilanglah keraguan saya dlm beribadah. Ternyata sangat banyak umat yng beramal tanpa ilmu seperti saya.
@tokoqu6903
@tokoqu6903 3 года назад
Bolehkan saya upload di ig pribadi saya? Jazakallah
@ibnf4667
@ibnf4667 3 года назад
Iya trlarang ninggikn suara,kecuali yg syar iy sep.azan dl nya.lanjut da wah anta,sup.ummat ondon.tambah paham trmasuk para asaatidz wal ulama.enak pakai dalil bukan qoul qoul para aalim. Syukron bpk ustdz/syeh.
@andipratama2037
@andipratama2037 4 года назад
Ada video fullnya??
@senisenora336
@senisenora336 4 года назад
Ya allah berkahilah umur ustad amir.smoga lisan nya terus da.wah kan sunah.ya allah berikan hidayah kepada orang yang suka meng hujat ustad sunah......
@safitriana629
@safitriana629 4 года назад
Bismillah. Boleh ana minta video ya akhi ?
@nawajunarsa4113
@nawajunarsa4113 4 года назад
Barakallahu fiikum ustadz
@puryantopuryanto3483
@puryantopuryanto3483 4 года назад
Kalau sekedar bacot sendirian gampaaaang jing coba debat sama yg ahlinya baru lu keringatan dah he..he.hee.
@jidatcerah4161
@jidatcerah4161 5 лет назад
Kaum Salafi Wahabi sangat terkenal memiliki yel-yel: “Kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah”. Mereka mengajak umat untuk kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. Kita muslimin semua tahu kenapa demikian? Karena, sebagai muslim sangat meyakini 100% tentunya bahwa al-Qur’an dan Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang utama yang diwariskan oleh Rasulullah Saw, sehingga siapa saja yang menjadikan keduanya sebagai pedoman, maka ia telah berpegang kepada ajaran Islam yang murni dan berarti ia selamat dari kesesatan. Bukankah Rasulullah Saw. menyuruh yang sedemikian itu kepada umatnya? Sampai di sini, anda yang merasa terpelajar mungkin bertanya-tanya dalam hati, “Bagaimana Ibnu Taimiyah atau Muhammad bin Abdul Wahab yang menyerukan ‘kebenaran yang edeal’ berdasar al Qur’an dan al Sunnah masih dianggap sesat oleh para ulama di zamannya? Mengapa pula paham Salafi Wahabi di zaman sekarang yang merujuk semua ajarannya kepada al-Qur’an dan Sunnah juga dianggap menyimpang bahkan divonis sesat oleh para Ulama? Mari kita perhatikan permasalahan ini secara komprehensif, agar terlihat “sumber masalah” yang ada pada sikap yang terlihat sangat bagus dan ideal tersebut. 1. Prinsip “Kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah” adalah benar secara teoritis, dan sangat ideal bagi setiap orang yang mengaku beragama Islam. Tetapi yang harus diperhatikan adalah, apa yang benar secara teoritis belum tentu benar secara praktis, menimbang kapasitas dan kapabilitas (kemampuan) tiap orang dalam memahami al-Qur’an & Sunnah sangat berbeda-beda. Maka bisa dipastikan, kesimpulan pemahaman terhadap al-Qur’an atau Sunnah yang dihasilkan oleh seorang ‘alim yang menguasai Bahasa Arab dan segala ilmu yang menyangkut perangkat penafsiran atau ijtihad, akan jauh berbeda dengan kesimpulan pemahaman yang dihasilkan oleh orang awam yang mengandalkan buku-buku “terjemah” al-Qur’an atau Sunnah. Itulah kenapa di zaman ini banyak sekali bermunculan aliran sesat. Jawabnya tentu karena masing- masing mereka berusaha kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah, dan mereka berupaya mengkajinya dengan kemampuan dan kapasitasnya sendiri. Bisa dibayangkan dan telah terbukti hasilnya, kesesatan yang dihasilkan oleh Yusman Roy (mantan petinju yang merintis sholatdengan bacaan yang diterjemah), Ahmad Mushadeq (mantan pengurus PBSI yang pernah mengaku nabi), Lia Eden (mantan perangkai bunga kering yang mengaku mendapat wahyu dari Jibril), Agus Imam Sholihin (orang awam yang mengaku tuhan), dan banyak lagi yang lainnya. Dan kesesatan mereka itu lahir dari sebab “Kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah”, mereka merasa benar dengan caranya sendiri. Pada kaum Salafi & Wahabi, kesalahpahaman terhadap al- Qur’an dan Sunnah itu pun banyak terjadi, bahkan di kalangan mereka sendiri pun terjadi perbedaan pemahaman terhadap dalil. Dan yang terbesar adalah kesalahpahaman mereka terhadap dalil-dalil tentang bid’ah. 2. Al-Qur’an dan Sunnah sudah dibahas dan dikaji oleh para ulama terdahulu yang memiliki keahlian yang sangat mumpuni untuk melakukan hal itu, sebut saja: Ulama mazhab yang empat, para mufassiriin (ulama tafsir), muhadditsiin (ulama hadis), fuqahaa’ (ulama fiqih), ulama aqidah ahus-sunnah wal- Jama’ah, dan mutashawwifiin (ulama tasawuf/ akhlaq). Hasilnya, telah ditulis beribu-ribu jilid kitab dalam rangka menjelaskan kandungan al-Qur’an dan Sunnah secara gamblang dan terperinci, sebagai wujud kasih sayang mereka terhadap umat yang hidup dikemudian hari. Karya-karya besar itu merupakan pemahaman para ulama yang disebut di dalam al-Qur’an sebagai “ahludz- dzikr”, yang kemudian disampaikan kepada umat Islam secara turun-temurun dari generasi ke generasi secara berantai sampai saat ini. Adalah sebuah keteledoran besar jika upaya orang belakangan dalam memahami Islam dengan cara “kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah” dilakukan tanpa merujuk pemahaman para ulama tersebut. Itulah yang dibudayakan oleh sebagian kaum Salafi Wahabi. Dan yang menjadi pangkal penyimpangan paham Salafi Wahabi sesungguhnya, adalah karena mereka memutus mata rantai amanah keilmuan mayoritas ulama dengan membatasi keabsahan sumber rujukan agama hanya sampai pada ulama salaf (yang hidup sampai abad ke-3 Hijriah), hal ini seperti yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah (hidup di abadke-8 H.) dan para pengikutnya. Bayangkan, berapa banyak ulama yang dicampakkan dan berapa banyak kitab-kitab yang dianggap sampahyang ada di antara abad ke-3 hingga abad ke-8 hijriyah. Lebih parahnya lagi, dengan rantai yang terputus jauh, Ibnu Taimiyah dan kaum Salafi Wahabi pengikutnya seolah memproklamirkan diri sebagai pembawa ajaran ulama salaf yang murni, padahal yang mereka sampaikan hanyalah pemahaman mereka sendiri setelah merujuk langsung pendapat-pendap at ulama salaf. Bukankah yang lebih mengerti tentang pendapat ulama salaf adalah murid-murid mereka? Dan bukankah para murid ulama salaf itu kemudian menyampaikannya kepada murid- murid mereka lagi, dan hal itu terus berlanjut secara turun temurun dari generasi ke generasi baik lisan maupun tulisan? Bijaksanakah Ibnu Taimiyah dan pengikutnya ketika pemahaman agama dari ulama salaf yang sudah terpelihara dari abad ke abad itu tiba di hadapan mereka di abad mana mereka hidup, lalu mereka campakkan sebagai tanda tidak percaya, dan mereka lebih memilih untuk memahaminya langsung dari para ulama salaf tersebut? Sungguh, ini bukan saja tidak bijaksana, tetapi juga keteledoran besar, bila tidakingin disebut kebodohan. Jadi kaum Salafi Wahabibukan Cuma menggaungkan motto “kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah” secara langsung, tetapi juga “kembali kepada pendapat para ulama salaf” secara langsung dengan cara dan pemahaman sendiri. Mereka bagaikan orang yang ingin menghitung buah di atas pohon yang rindang tanpa memanjat, dan bagaikan orang yang mengamati matahari atau bulan dari bayangannya di permukaan air. 3. Para ulama telah menghidangkan penjelasan tentang al-Qur’an dan Sunnah di dalam kitab-kitab mereka kepada umat sebagai sebuah “hasil jadi”. Para ulama itu bukan saja telah memberi kemudahan kepada umat untuk dapat memahami agama dengan baik tanpa proses pengkajian atau penelitan yang rumit, tetapi juga telah menyediakan jalan keselamatan bagi umat agar terhindar dari pemahaman yang keliru terhadap al-Qur’an dan Sunnah yang sangat mungkin terjadi jika mereka lakukan pengkajian tanpa bekal yang mumpuni seperti yang dimiliki para ulama tersebut. Boleh dibilang, kemampuan yang dimiliki para ulama itu tak mungkin lagi bisa dicapai oleh orang setelahnya, terlebih di zaman ini, menimbang masa hidup mereka yang masih dekat dengan masa hidup Rasulullah Saw & para Shahabat yang tidak mungkin terulang, belum lagi keunggulan hafalan, penguasaan berbagai bidang ilmu, lingkungan yang shaleh, wara’ (kehati-hatian) , keikhlasan, keberkahan, dan lain sebagainya. Pendek kata, para ulama seakan- akan telah menghidangkan “makanan siap saji” yang siap disantap oleh umat tanpa repot- repot meracik atau memasaknya terlebih dahulu, sebab para ulama tahu bahwa kemampuan meracik atau memasak itu tidak dimiliki setiap orang. Saat kaum Salafi & Wahabi mengajak umat untuk tidakmenikmati hidangan para ulama, dan mengalihkan mereka untuk langsung merujuk kepada al- Qur’an dan Sunnah dengan dalih pemurnian agama dari pencemaran “pendapat”manusia (ulama) yang tidak memiliki otoritas untuk menetapkan syari’at, berarti sama saja dengan menyuruh orang lapar untuk membuang hidangan yang siap disantapnya, lalu menyuruhnya menanam padi. Seandainya tidak demikian, mereka mengelabui umat dengan cara menyembunyikan figur ulama mayoritas yang mereka anggap telah “mencemarkan agama”, lalu menampilkan dan mempromosikan segelintir sosok ulama Salafi Wahabi beserta karya-karya mereka serta mengarahkan umat agar hanya mengambil pemahaman al-Qur’an dan Sunnah dari mereka saja dengan slogan “pemurnian agama”. Sesungguhnya, “pencemaran” yang dilakukan para ulama yang shaleh dan ikhlas itu adalah upaya yang luar biasa untuk melindungi umat dari kesesatan, sedangkan “pemurnian” yang dilakukan oleh kaum Salafi Wahabi adalah penodaan terhadap ijtihad para ulama dan pencemaran terhadap al-Qur’an dan Sunnah. Dan pencemaran terbesar yang dilakukan oleh kaum Salafi Wahabi terhadap al-Qur’an dan Sunnah adalah saat mereka mengharamkan begitu banyak perkara yang tidak diharamkan oleh al-Qur’an dan Sunnah; saat mereka menyebutkan secara terperinci amalan-amalan yang mereka vonis sebagai bid’ah sesat atas nama Allah dan Rasulullah Saw., padahal Allah tidak pernah menyebutkannya di dalam al-Qur’an dan Rasulullah Saw. tidak pernah menyatakannya di dalam Sunnah (hadis)nya. Dari uraian di atas, nyatalah bahwa orang yang “kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah” itu belum tentu dapat dianggap benar, dan bahwa para ulama yang telah menulis ribuan jilid kitab tidak mengutarakan pendapat menurut hawa nafsu mereka. Amat ironis bila karya-karya para ulama yang jelas-jelas lebih mengerti tentang al-Qur’an dan Sunnah itu dituduh oleh kaum Salafi Wahabi sebagai kumpulan pendapat manusia yang tidak berdasar pada dalil, sementara kaum Salafi Wahabi sendiri yang jelas-jelas hanya memahami dalil secara harfiyah (tekstual) dengan sombongnya menyatakan diri sebagai orang yang paling sejalan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Wallahu a’lam..
@dickykurniawan2016
@dickykurniawan2016 4 года назад
Orang orang di katakan salafi itu mengikuti Al Qur'an dan as Sunnah yg shahih yg keduanya itu dipahami dengan pemahama nya para sahabat nabi ridwanullahi 'alaihim. Tidak pernah sekalipun orang orang yg dikatakan salafi menafsirkan ayat dan hadist dengan pemahaman nya sendiri. Semoga Allah azza wa jalla memberikan taufiq dan hidayah nya kepada kita semua.
@jidatcerah4161
@jidatcerah4161 4 года назад
dik@@dickykurniawan2016 .. widih, pemahaman para sahabat? Quiz berhadiah 1 Milyar. sebutkan 1 saja mahluq salafi wahabi yg adik kenal di zaman sekarang ini, yg pernah berguru langsung kepada para sahabat.. 😉 lha ente sendiri mendapat pemahaman para sahabat itu melalui siapa? bukankah dari guru ente? guru ente, mendapatkannya dari siapa? bukankah dari gurunya guru ente? gurunya guru ente, mendapatkannya dari siapa? bukankah dari gurunya gurunya guru ente. teruuuus dan teruuus,,, seseorang berguru dan berguru, dan berguru, hingga ke pata sahabat. itulah namanya sanad ilmu. jika dibalik.... di zaman para sahabat, tidak semuanya menonjol keilmuannya. karena tidak semua sahabat memiliki "waktu full" bersama nabi. sahabat zaid, Ali, ibn umar, misalnya, beliau beliau inilah yg memiliki waktu bersama nabi, melebihi sahabat2 yg lain. maka hanya beberapa sahabat saja yg menonjol keilmuannya, sehingga para sahabat yg lainnya pun seringkali meminta fatwa ke mereka. para sahabat yg menonjol inilah yg mengestafetkan keilmuannya kepada sahabat2 yg lain dan kepada sebagian tabiin. kita sebut saja, mereka2 yg berguru kepada sahabat yg menonjol keilmuannya tersebut, sebagai murid. murid para sahabat ini, mengestafetkan ilmunya kepada para tabiin. tabiin mengestafetkan lagi kepada para tabiut tabiin. diestafetkan lagi, dan lagi, dari generasi ke generasi dibawahnya, terus hingga sampai kepada generasi guru guru kita. jadi, jika adik membawa kitab AlQuran, kitab hadits dan kitab2 tafsir.., adik telah membacanya atau bahkan mungkin menghafalnya, kemudian adik mengatakan "saya melakukan tindakan ini dan itu berdasarkan AlQuran & Hadits sesuai pemahaman para sahabat dan generasi salaf", tanpa adik pernah berguru kepada orang yg jelas jalur sanad keilmuannya, maka adik pada dasarnya sedang membual. 😉
@dickykurniawan2016
@dickykurniawan2016 4 года назад
@@jidatcerah4161 salafi Wahabi itu apa ya. Saya kurang tau pulak? Boleh berikan penjelasan secara detail kapan dia lahir kapan dia wafat dman dia tinggal.
@jidatcerah4161
@jidatcerah4161 4 года назад
@@dickykurniawan2016kalimat pertanyaanmu itu menandakan adik tidak faham dengan yg sedang adik tanyakan.
@dickykurniawan2016
@dickykurniawan2016 4 года назад
@@jidatcerah4161 Kan dmana mana kalo egk paham pasti bertanya mas. Kalo udah paham buat apa di pertanyakan.
@bambangadiya8263
@bambangadiya8263 5 лет назад
Ini baru tegas ,mantap
@irta22
@irta22 5 лет назад
Semoga allah tambahkan umur nya ustadz hakim... Aamiin
@budiawan7399
@budiawan7399 3 года назад
Amiiiiiiiiiin ya Allah
@sumedifachri8783
@sumedifachri8783 5 лет назад
Alhamdulillah ,,terukan ustadz ,,berdakwah ,,biarkan orang2 yg tidak sepaham menyelisihi ,,,,,biarkan menggogong dakwah tetap semangat berjalan sesuai dengan fitroh y ,,,
@anasalsa6891
@anasalsa6891 6 лет назад
Mantap ust sunnah kibarkan yg hak adalah hak yg bathil adalah bathil Lanjut ustadz
@asmaa2903
@asmaa2903 6 лет назад
Bismillah Semoga Allah Robbul Izati Wal Jala memberi nya Kekuatan, Kesehatan baik lahir maupun batin Juga Kemulya'an bukan Hanya di Dunia tetapi Sampai Kelak Di Akhirat Kpd Syakhuna Al Ustadz Abdul Hakim Bin Amir Abdat Khafidzohullah.
@al_atsariyalminangkabawi4361
@al_atsariyalminangkabawi4361 6 лет назад
Maa syaa allah ustadz, teruslah berdakwah dan tampakkan lah kebenaran... Allah yang menjaga mu dan menolong mu,, أحبكم في الله
@umarzaman3496
@umarzaman3496 6 лет назад
jidat hitm seolah olah paling taat, menyalahkan, menyesatkan, membidahkan, mengkafirkan ulama2 terdahulu yg sdh jelas2 besar jasanya utk umat ini, cobalah dakwah pd umat yg masih abangan itu
@sulhawatisulha637
@sulhawatisulha637 6 лет назад
umar zaman hati2 tanganmu akan bersaksi
@ibanezfander7549
@ibanezfander7549 6 лет назад
umar zaman jgn smbrangan saudare kate2mu akn dprtngungjwbkn klak
@sumedifachri8783
@sumedifachri8783 5 лет назад
Tong2 kamu tau apa tentang agama ? Kebodohanmu yg membuat hatimu kotor bagai sampah , yg sangat bau ,,,dari mulutmu yg jahil....
@brotherbeardfighter712
@brotherbeardfighter712 5 лет назад
Semoga Alloh memberimu hidayah saudaraku,, krn nikmat mengenal sunnah jauh lebih nikmat dibandingkan apapun juga...
@jidatcerah4161
@jidatcerah4161 5 лет назад
Kaum Salafi Wahabi sangat terkenal memiliki yel-yel: “Kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah”. Mereka mengajak umat untuk kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. Kita muslimin semua tahu kenapa demikian? Karena, sebagai muslim sangat meyakini 100% tentunya bahwa al-Qur’an dan Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang utama yang diwariskan oleh Rasulullah Saw, sehingga siapa saja yang menjadikan keduanya sebagai pedoman, maka ia telah berpegang kepada ajaran Islam yang murni dan berarti ia selamat dari kesesatan. Bukankah Rasulullah Saw. menyuruh yang sedemikian itu kepada umatnya? Sampai di sini, anda yang merasa terpelajar mungkin bertanya-tanya dalam hati, “Bagaimana Ibnu Taimiyah atau Muhammad bin Abdul Wahab yang menyerukan ‘kebenaran yang edeal’ berdasar al Qur’an dan al Sunnah masih dianggap sesat oleh para ulama di zamannya? Mengapa pula paham Salafi Wahabi di zaman sekarang yang merujuk semua ajarannya kepada al-Qur’an dan Sunnah juga dianggap menyimpang bahkan divonis sesat oleh para Ulama? Mari kita perhatikan permasalahan ini secara komprehensif, agar terlihat “sumber masalah” yang ada pada sikap yang terlihat sangat bagus dan ideal tersebut. 1. Prinsip “Kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah” adalah benar secara teoritis, dan sangat ideal bagi setiap orang yang mengaku beragama Islam. Tetapi yang harus diperhatikan adalah, apa yang benar secara teoritis belum tentu benar secara praktis, menimbang kapasitas dan kapabilitas (kemampuan) tiap orang dalam memahami al-Qur’an & Sunnah sangat berbeda-beda. Maka bisa dipastikan, kesimpulan pemahaman terhadap al-Qur’an atau Sunnah yang dihasilkan oleh seorang ‘alim yang menguasai Bahasa Arab dan segala ilmu yang menyangkut perangkat penafsiran atau ijtihad, akan jauh berbeda dengan kesimpulan pemahaman yang dihasilkan oleh orang awam yang mengandalkan buku-buku “terjemah” al-Qur’an atau Sunnah. Itulah kenapa di zaman ini banyak sekali bermunculan aliran sesat. Jawabnya tentu karena masing- masing mereka berusaha kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah, dan mereka berupaya mengkajinya dengan kemampuan dan kapasitasnya sendiri. Bisa dibayangkan dan telah terbukti hasilnya, kesesatan yang dihasilkan oleh Yusman Roy (mantan petinju yang merintis sholatdengan bacaan yang diterjemah), Ahmad Mushadeq (mantan pengurus PBSI yang pernah mengaku nabi), Lia Eden (mantan perangkai bunga kering yang mengaku mendapat wahyu dari Jibril), Agus Imam Sholihin (orang awam yang mengaku tuhan), dan banyak lagi yang lainnya. Dan kesesatan mereka itu lahir dari sebab “Kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah”, mereka merasa benar dengan caranya sendiri. Pada kaum Salafi & Wahabi, kesalahpahaman terhadap al- Qur’an dan Sunnah itu pun banyak terjadi, bahkan di kalangan mereka sendiri pun terjadi perbedaan pemahaman terhadap dalil. Dan yang terbesar adalah kesalahpahaman mereka terhadap dalil-dalil tentang bid’ah. 2. Al-Qur’an dan Sunnah sudah dibahas dan dikaji oleh para ulama terdahulu yang memiliki keahlian yang sangat mumpuni untuk melakukan hal itu, sebut saja: Ulama mazhab yang empat, para mufassiriin (ulama tafsir), muhadditsiin (ulama hadis), fuqahaa’ (ulama fiqih), ulama aqidah ahus-sunnah wal- Jama’ah, dan mutashawwifiin (ulama tasawuf/ akhlaq). Hasilnya, telah ditulis beribu-ribu jilid kitab dalam rangka menjelaskan kandungan al-Qur’an dan Sunnah secara gamblang dan terperinci, sebagai wujud kasih sayang mereka terhadap umat yang hidup dikemudian hari. Karya-karya besar itu merupakan pemahaman para ulama yang disebut di dalam al-Qur’an sebagai “ahludz- dzikr”, yang kemudian disampaikan kepada umat Islam secara turun-temurun dari generasi ke generasi secara berantai sampai saat ini. Adalah sebuah keteledoran besar jika upaya orang belakangan dalam memahami Islam dengan cara “kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah” dilakukan tanpa merujuk pemahaman para ulama tersebut. Itulah yang dibudayakan oleh sebagian kaum Salafi Wahabi. Dan yang menjadi pangkal penyimpangan paham Salafi Wahabi sesungguhnya, adalah karena mereka memutus mata rantai amanah keilmuan mayoritas ulama dengan membatasi keabsahan sumber rujukan agama hanya sampai pada ulama salaf (yang hidup sampai abad ke-3 Hijriah), hal ini seperti yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah (hidup di abadke-8 H.) dan para pengikutnya. Bayangkan, berapa banyak ulama yang dicampakkan dan berapa banyak kitab-kitab yang dianggap sampahyang ada di antara abad ke-3 hingga abad ke-8 hijriyah. Lebih parahnya lagi, dengan rantai yang terputus jauh, Ibnu Taimiyah dan kaum Salafi Wahabi pengikutnya seolah memproklamirkan diri sebagai pembawa ajaran ulama salaf yang murni, padahal yang mereka sampaikan hanyalah pemahaman mereka sendiri setelah merujuk langsung pendapat-pendap at ulama salaf. Bukankah yang lebih mengerti tentang pendapat ulama salaf adalah murid-murid mereka? Dan bukankah para murid ulama salaf itu kemudian menyampaikannya kepada murid- murid mereka lagi, dan hal itu terus berlanjut secara turun temurun dari generasi ke generasi baik lisan maupun tulisan? Bijaksanakah Ibnu Taimiyah dan pengikutnya ketika pemahaman agama dari ulama salaf yang sudah terpelihara dari abad ke abad itu tiba di hadapan mereka di abad mana mereka hidup, lalu mereka campakkan sebagai tanda tidak percaya, dan mereka lebih memilih untuk memahaminya langsung dari para ulama salaf tersebut? Sungguh, ini bukan saja tidak bijaksana, tetapi juga keteledoran besar, bila tidakingin disebut kebodohan. Jadi kaum Salafi Wahabibukan Cuma menggaungkan motto “kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah” secara langsung, tetapi juga “kembali kepada pendapat para ulama salaf” secara langsung dengan cara dan pemahaman sendiri. Mereka bagaikan orang yang ingin menghitung buah di atas pohon yang rindang tanpa memanjat, dan bagaikan orang yang mengamati matahari atau bulan dari bayangannya di permukaan air. 3. Para ulama telah menghidangkan penjelasan tentang al-Qur’an dan Sunnah di dalam kitab-kitab mereka kepada umat sebagai sebuah “hasil jadi”. Para ulama itu bukan saja telah memberi kemudahan kepada umat untuk dapat memahami agama dengan baik tanpa proses pengkajian atau penelitan yang rumit, tetapi juga telah menyediakan jalan keselamatan bagi umat agar terhindar dari pemahaman yang keliru terhadap al-Qur’an dan Sunnah yang sangat mungkin terjadi jika mereka lakukan pengkajian tanpa bekal yang mumpuni seperti yang dimiliki para ulama tersebut. Boleh dibilang, kemampuan yang dimiliki para ulama itu tak mungkin lagi bisa dicapai oleh orang setelahnya, terlebih di zaman ini, menimbang masa hidup mereka yang masih dekat dengan masa hidup Rasulullah Saw & para Shahabat yang tidak mungkin terulang, belum lagi keunggulan hafalan, penguasaan berbagai bidang ilmu, lingkungan yang shaleh, wara’ (kehati-hatian) , keikhlasan, keberkahan, dan lain sebagainya. Pendek kata, para ulama seakan- akan telah menghidangkan “makanan siap saji” yang siap disantap oleh umat tanpa repot- repot meracik atau memasaknya terlebih dahulu, sebab para ulama tahu bahwa kemampuan meracik atau memasak itu tidak dimiliki setiap orang. Saat kaum Salafi & Wahabi mengajak umat untuk tidakmenikmati hidangan para ulama, dan mengalihkan mereka untuk langsung merujuk kepada al- Qur’an dan Sunnah dengan dalih pemurnian agama dari pencemaran “pendapat”manusia (ulama) yang tidak memiliki otoritas untuk menetapkan syari’at, berarti sama saja dengan menyuruh orang lapar untuk membuang hidangan yang siap disantapnya, lalu menyuruhnya menanam padi. Seandainya tidak demikian, mereka mengelabui umat dengan cara menyembunyikan figur ulama mayoritas yang mereka anggap telah “mencemarkan agama”, lalu menampilkan dan mempromosikan segelintir sosok ulama Salafi Wahabi beserta karya-karya mereka serta mengarahkan umat agar hanya mengambil pemahaman al-Qur’an dan Sunnah dari mereka saja dengan slogan “pemurnian agama”. Sesungguhnya, “pencemaran” yang dilakukan para ulama yang shaleh dan ikhlas itu adalah upaya yang luar biasa untuk melindungi umat dari kesesatan, sedangkan “pemurnian” yang dilakukan oleh kaum Salafi Wahabi adalah penodaan terhadap ijtihad para ulama dan pencemaran terhadap al-Qur’an dan Sunnah. Dan pencemaran terbesar yang dilakukan oleh kaum Salafi Wahabi terhadap al-Qur’an dan Sunnah adalah saat mereka mengharamkan begitu banyak perkara yang tidak diharamkan oleh al-Qur’an dan Sunnah; saat mereka menyebutkan secara terperinci amalan-amalan yang mereka vonis sebagai bid’ah sesat atas nama Allah dan Rasulullah Saw., padahal Allah tidak pernah menyebutkannya di dalam al-Qur’an dan Rasulullah Saw. tidak pernah menyatakannya di dalam Sunnah (hadis)nya. Dari uraian di atas, nyatalah bahwa orang yang “kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah” itu belum tentu dapat dianggap benar, dan bahwa para ulama yang telah menulis ribuan jilid kitab tidak mengutarakan pendapat menurut hawa nafsu mereka. Amat ironis bila karya-karya para ulama yang jelas-jelas lebih mengerti tentang al-Qur’an dan Sunnah itu dituduh oleh kaum Salafi Wahabi sebagai kumpulan pendapat manusia yang tidak berdasar pada dalil, sementara kaum Salafi Wahabi sendiri yang jelas-jelas hanya memahami dalil secara harfiyah (tekstual) dengan sombongnya menyatakan diri sebagai orang yang paling sejalan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Wallahu a’lam.. ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-OL8hkORyVIY.html
@ardiahmad7875
@ardiahmad7875 6 лет назад
Semog ustadz selalu dalam lindungan Allah Jalla wa 'ala.
@evhanphaul5050
@evhanphaul5050 6 лет назад
Top mmang ustadz" salafi...semoga semua dpt lingdungan allah
@IR-ne1lx
@IR-ne1lx 6 лет назад
Syukron Tadz, Jazakumullah Khoiron. Sangat bermanfaat untuk Ustadz zaman now
@firmanarief6661
@firmanarief6661 6 лет назад
Innalillahi wainna illaihi rojiuun...
@mukamatmuslikin595
@mukamatmuslikin595 6 лет назад
sy kira marah2