Masyaa allah,subhanallah,allahumma solli ala Muhammad wa'ala Ali Muhammad. Hadir dari palembang,parit beton.yang mulia ayah Handa Abdul Karim jamak pernah kunjung ke desa kami semasa saya masi kecil😂😂😂😂
Rumah Batu Olak Kemang adalah rumah yang dibangun pada sekitar abad ke-18 oleh Pangeran Wirokusumo atau Sayyid Idrus Hassan Al-Jufri, arsitektur rumah ini terbilang unik karena memiliki tiga ciri khas yaitu gaya Eropa, gaya Cina, dan terakhir gaya Arab. bangunan ini terletak di Olak Kemang, di seberang Kota Jambi. Rumah ini juga merupakan jejak perkembangan dari Kesultanan Jambi. Rumah Batu Olak Kemang yang mencolok berada di tengah pemukiman warga, justru dekat dengan pesantren, menandakan, situs Rumah Batu ini berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di abad 18, di mana saat itu kota Jambi menjadi jalur perdagangan yang sangat strategis. berbagai negara yang terutama dari Eropa, Cina dan Arab melakukan kontak perdagangan dengan Kesultanan Jambi, maka tidak heran bahwasannya situs Rumah Batu Olak Kemang memiliki tiga gaya arsitektur dalam satu bangunan.
Berdiri pada tahun Oktober 1947 dengan nama SMP No 145 dari seluruh SMP di Indonesia. Kontruksi bangunan merupakan cor beton seperti bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang ada di Indonesia. Pemakaian gedung dimulai pada tanggal 8 maret dimulai 1954. Sebagai sekolah yang tertua di Kerinci dengan arsitektur yang kokoh SMP 1 telah digunakan sebagai pusat pendidikan di Kerinci dan Sungai Penuh. SMP Negeri 1 Sungai penuh merupakan SMP tertua di Sungaipenuh dan Kabupaten Kerinci.
Masyarakat Kerinci terkenal memegang adat, budaya serta pemeluk agama Islam yang taat. Banyak ditemui masjid dan rumah adat dengan bentuk yang indah dan monumental. Salah satunya adalah rumah adat Nge Munganjung dan masjid raya Tigo Luhah Semurup di kecamatan Air Hangat. Rumah ini disebut rumah gedang. Dipakai untuk menyimpan benda pusaka peninggalan nenek moyang. Masjid raya Tigo Luhah Semurup berada di samping rumah gedang Nge Munganjung. Tepat di depan kantor desa Balai. Dekat dengan sebuah sungai. Sekilas tidak ada yang istimewa dengan masjid ini. Namun, jika masuk ke dalam. Akan terlihat bahwa masjid ini dibangun tanpa menggunakan tiang. Masjid ini dibangun dengan bantuan yayasan yang dipimpin mantan presiden Soeharto. Masjid ini dilengkapi dengan sebuah menara azan yang berdiri di tengah-tengah jalan depan masjid. Menara ini terdiri dari alas menara dan tiga lantai. Lokasi: Desa Balai, Kec. Air Hangat, Kab . Kerinci, Jambi (500 meter dari jalan raya Kerinci-Padang)
Negeri yang elok alamnya di Pulau Sumatra Tanah Subur dengan sejuk udara Adat budaya yang kuat mengikat Di Lembah dalam lingkung bukit Jika sudah meminum air dari tanah negeri kami Engkau pasti akan kembali kesini Mitos ini tak terbantahkan sampai kini Karna semua akan rindu untuk kembali Benarkah kita merasakan surga disini Rasakanlah pelukan alam penuh misteri Sekepal tanah dari surga yang bernama Kerinci Yang dilempar Tuhan ke bumi
Berada di sungai penuh, Kelurahan sungai penuh. Jl. Kapten Muradi, Ps.sungaipenuh, Kecamatan sungai penuh. Menurut informasi yang didapat ODCB nya yaitu tugu bendera merupakan tempat berkibarnya sang saka merah putih pertama kali pada tanggal 24 Agustus 1945 tepatnya di hari Jumat oleh A.Thalib (Letnan I) Gyu-Gun.
Lokasi bilik padi ini berada di Desa Koto Teluk, Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh titik pada umumnya bilik padi memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan dan pengeringan padi yang baru saja dipanen. Tidak jauh beda bentuk dan ukuran bilik padi ini dengan bilik padi lainnya yang berada di kerinci, terdapat ukiran pada tiang bilik padi pada bagian atas tiang yaitu berupa motif flora. Terdapat 8 tiang dengan motif yang sama dan posisi yang sama. Secara astronomis bangunan ini berada pada S02°02’06.0” E101°24’18.4 dan berada pada ketinggian 810 mdpl. Kondisi bangunan ini mengalami kerusakan berat pada bagian atap dan dinding, kebanyakan bilik tidak lagi digunakan karena bilik beralih ke tempat lain seperti padi yang baru sudah dipanen diletakkan di dalam rumah bukan di dalam bilik lagi.
Tabuh Aru Anjung Pati Timadaro ini berlokasi di Desa koto teluk, Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh dan berada pada 02°02’170” E101°24’20.1”. Tabuh yang memiliki ornamen ukiran spesifik dengan stilir ekor naga, bentuk vegetatif, dan mempunyai warna pada ukiran juga beragam mulai dari warna biru, coklat hingga merah. Tabuh yang memiliki diameter pada bagian pukulnya 86 cm dan panjang 4,64 m. Pola ukiran gaya lokal ekor naga seperti ini tidak ditemui pada wilayah Indonesia lainya dan termasuk langka dari kebudayaan kerinci. Tabuh ini dibunyikan ketika ada acara adat dan juga pada waktu tertentu misalnya ada orang meninggal dan pertemuan para pemungut adat atau jabatan. Kondisi tabuh terawat hal ini terlihat dari perawatan dan penempatan tabuh ini. Tabuh ini sudah dibuatkan tempat berupa pagar keliling dan cungkup permanen serta dibuatkan meja penyangga sehingga tabuh tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
Berada di pasar sungai penuh tepatnya di Shanjaya Photo Studio. Menurut informasi yang didapat merupakan kompleks orang cina dan dulunya ada klenteng tempat ibadah untuk orang cina.
Secara admistratif makam ini berada di Desa Koto Lebu, Kecamatan Pondok Tinggi. Berada di dalam Masjid Hijau, Secara astronomis berada di S02°04’14.0” E101°24’06.7” dengan ketinggian 828 mdpl. Kondisi makam sangat terawat dan dijaga oleh anak kandung dari beliau. Abdul Karim Djamak adalah seorang tokoh keagamaan yang berasal dari Kerinci, beliau memulai karier keagamaannya di kampung Tanjung Rawang sebagai seorang guru mengaji dan guru silat. Melihat kemunduran syari’at Islam yang terjadi pada masa itu di Kerinci membuat Abdul Karim Djamak tergerak untuk kembali menegakkan syari’at dengan berdakwah melalui media perguruan pencak silat. Namun karena kurangnya pendidikannya dalam bidang keagamaan, pemikirannya lebih banyak dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya. Meskipun demikian, bagi para pengikutnya beliau dipandang sebagai tokoh keagamaan yang mampu menuntun mereka untuk mengajarkan hakikat Islam yang sebenarnya. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengajian Abdul Karim Djamak adalah ajarannya yang mengkaji tentang hakikat, tarikat, dan ma’rifat, namun tidak bersamaan dengan pemahaman yang sesuai bagi para pengikutnya sehingga rentan terjadi penafsiran yang menyimpang dikalangan murid-muridnya, seperti yang terjadi dalam kasus Darussamin Datuk Pingka Sinaro di Sumatera Barat. Masyarakat umum memandangnya sebagai tokoh yang kontroversial karena ajarannya yang dianggap berbeda dari pemahaman keislaman pada umumnya. Karena perbedaan pandangan itulah, tidak sedikit orang yang berpandangan buruk terhadap dirinya sehingga banyak fitnah yang ditunjukkan terhadap beliau dan para pengikutnya dalam masyarakat khususnya di Kabupaten Kerinci saat itu, bahkan setelah beliau mendirikan organisasi Jam’iyyatul Islamiyah tahun 1971.
Masjid yang secara administratif ini berada di Desa Koto Pudung, Kecamatan Tanah Kampung, Kota Sungai Penuh. Memiliki kesamaan arsitektur dengan Masjid Raya Rawang, hal ini bisa dilihat dari kubahnya pada bagian bawah kubah terdapat ukiran dari kayu dan juga terdapat jendela kecil yang melingkar mengikuti bentuk kubah. Masjid yang berada pada S02°04’24.6” E101°26’00.7” ini sudah mengalami perubahan dari segi bahan, yang tadinya berbahan dasar kayu mengalami perubahan bahan semen permanen karena memang kondisi bahan asli yang tidak mampu bertahan lama. Bentuk arsitektur pada bagian dalam bangunan ini sudah berubah berbahan semen namun pada atap (Penyangga Kubah) masih berbahan dasar kayu. Jendela bangunan ini masih mempertahankan bentuk lama yaitu terdapat ukiran kayu pada bagian tengah dan juga masih menggunakan kaca patri yaitu kaca dengan warna-warni dan memiliki corak 3D sebagai hiasannya.
Secara administratif kedua makan ini berada di Desa pelayan Raya, Kecamatan Sungai penuh, Kota sungai penuh. Makam ini terletak di atas bukit bersebelahan dengan kantor PDAM Tirta khayangan. Secara astronomis berada pada S02°03’58.3” E100°12’325.5” dengan ketinggian 873 MDPL. Makam ini sudah mengalami pembangunan modern yaitu sudah dibangun Jirat dan Nisan modern, serta dikelilingi makam baru dan sudah dibangun pendopo berlantai keramik. Pada makan modern tertulis angka tahun wafat yaitu lebih kurang abad ke 16.
Gedung ini dibangun pada 28 Februari 1953 selesai hingga 5 Oktober 19 enam tiga dilaksanakan oleh C.V Alam Djaja Sungai Penuh Yang secara astronomis is bangunan ini terletak pada S02°03”48.5” E110° dan berada pada ketinggian 842 MDPL bangunan yang berdiri pada masa kolonial ini berada di kota sungaipenuh. Gedung yang dominan berwarna putih pada saat sekarang difungsikan sebagai gedung pertemuan dan gedung serbaguna. Gedung ini pernah mengalami renovasi pada 15 April 1995 dan selesai pada 18 September 1995 dilaksanakan oleh dinas pekerjaan umum daerah tingkat dua kabupaten Kerinci.
Makam yang berada di desa sumur anyir, Kecamatan Sungai Bungkal, kota sungaipenuh ini merupakan makam dengan lisan batu (Menhir) Yang menghadap ke Selatan dengan jumlah makam dua dan memiliki empat batu nisan, Adapun nama dari makam tersebut adalah Depati Santiodo Tuo dan The pati pahlawan negara. Nisan makam Depati pahlawan negara dengan nisan 1 memiliki tinggi 46 cm dan nisan 2 Tinggi 48 cm, Makam Depati Santiodo Tuo memiliki Nissan A memiliki tinggi 53 cm Dan Nissan B memiliki tinggi empat 8 cm.
Gereja Kayu Aro ini, peletakan batu pertama gereja dilakukan pada tanggal 8 Agustus 1977 dan diresmikan tanggal 23 Juli 1978. Gereja Kayu Aro ini kemudian dilembagakan tanggal 30 Oktober 2005 dengan nama GPIB Bukit Dian Kasih Kayu Aro. GPIB adalah Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat.
Rumah sakit yang awalnya dibangun untuk menampung karyawan yang sedang sakit tersebut, dinilai menjadi salah satu rumah sakit yang paling angker di Indonesia. Arsitek bangunannya yang unik peninggalan kolonial Belanda, pohon‑pohon besar tumbuh subur di halamannya, ditambah lagi dengan adanya makam‑makam tua zaman Belanda di bagian samping bangunan, membuat suasana di rumah sakit ini semakin terkesan angker. Terlebih sejak beberapa tahun lalu bangunan ini tidak lagi digunakan. Pada bagian dalam bangunan, masih tersimpan berbagai peralatan medis, ada yang masih berfungsi, namun tidak sedikit yang sudah tidak bisa lagi digunakan, karena perubahan zaman dan teknologi di bidang kesehatan. Keberadaan alat medis tersebut, seakan menambah kesan angker.
Kayu Aro adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, yang terletak disebelah utara Kabupaten Kerinci. Namun kini setelah pemekaran, Kecamatan Kayu Aro sudah terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Kayu Aro , Kecamatan Kayu Aro Barat, Kecamatan Gunung Tujuh. Namun untuk penyebutan wilayah kecamatan ini, masyarakat sudah terbiasa dengan menyebut daerah ini daerah Kayu Aro.Daerah Kayu Aro merupakan daerah Perkebunan Teh dari zaman Belanda sampai sekarang. Penduduk yang berasal dari suku Jawa mendiami daerah ini sejak lama. Penamaan daerah Kayu Aro berasal dari nama sebuah Pohon, yaitu Pohon Kayu Aro. Pohon Kayu Aro ini terletak di Desa Bedeng Dua. Pohon Kayu Aro ini menjadi ikon daerah Kayu Aro. Diperkirakan Pohon Kayu Aro ini sudah tumbuh sejak tahun 1858. Pohon Kayu Aro yang bernama lain Ficus Retusa yang merupakan spesies tanaman kayu evergreen, hijau sepanjang tahun.
Orang Kerinci menyebut dongeng dengan istilah "kunun" yang berasal dari kata "konon", artinya cerita atau kabar burung. Kegiatan mendongeng disebut dengan ba-kunun. Sedangkan pendongeng disebut dengan istilah tukang kunun. Tukang Kunun: Ibuk Misnah
Masjid Raya Rawang terletak di Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh. Masjid dengan arsitektur bagunan perpaduan Eropa dan Persia ini, memiliki menara yang dibangun pada tahun 1938. Ruangan baigian dalam terdapat delapan tiang utama dengan konstruksi relung. Delapan tiang utama ini sebagai simbol bahwa rawang adalah pusat Depati Empat Delapan Helai Kain Alam Kerinci. Simbol tersebut bermaknakekuatan perpaduan adat dan syarak. Sampai sekarang masjid ini masih eksis digunakan dan bahkan menjadi salahsatu ikon di Kota Sungai Penuh. Berdasarkan letak astronomisnya masjid ini berada pada S02°02’10.3” E101°24’13.3” dengan ketinggian 780 mdpl. Masjid yang masih berfungsi sebagai tempat peribadahan dan juga dijadikan tempat permusyawaratan oleh warga sekitar.
