TRIBUNCIREBON.COM - Keraton Kasepuhan Cirebon kembali menggelar tradisi tahunan dalam memperingati Hari Maulid Nabi Muhammad SAW, Jumat (22/9/2023) pagi. Tradisi tersebut dinamakan ritual siraman panjang.
Ritual itu merupakan pencucian piring peninggalan Wali Sanga yang akan digunakan pada puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, pada tanggal 28 September 2023 nanti atau tradisi panjang jimat.
Kegiatan yang digelar di Bangsal Pungkuran Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon itu, memperlihatkan sejumlah abdi dalem berpakaian serba putih sudah berkumpul di sebuah pendopo tempat tersebut.
Acara diawali sambutan yang disampaikan oleh Patih Sepuh Keraton Kasepuhan, Gumelar Suryadiningrat. Setelah itu, beberapa abdi dalem antre satu per satu memasuki ruangan gudang jimat untuk mengambil piring besar, piring kecil, gelas, dan guci. Benda-benda itu dibungkus kain putih. Berbagai macam benda itu lalu disimpan di sebuah meja secara tersusun rapi untuk selanjutnya dibersihkan.
Pembersihan sendiri dilakukan di sebuah bak berisi air yang ditutupi kain putih yang telah tersedia di tengah-tengah pendopo.
Satu per satu benda dimasukkan ke dalam bak, dibersihkan lalu dikeringkan dengan kain putih yang membungkusnya di awal.
Namun, sebelum siraman panjang itu dilaksanakan, Patih Sepuh Keraton Kasepuhan, Gumelar Suryadiningrat dan seluruh abdi dalem pun menggelar doa bersama
Usai doa bersama, ritual tersebut langsung dimulai dan diiringi selawat yang dibacakan abdi dalem yang mengikuti Siraman Panjang.
Setelah sebuah benda tersebut dicuci, para abdi dalem kembali memasukkannya ke gudang jimat untuk nantinya akan digunakan sebagai wadah makanan bekasem di tradisi panjang jimat nanti.
Patih Sepuh Keraton Kasepuhan, Gumelar Suryadiningrat mengatakan, tradisi siraman panjang dilaksanakan setiap tahun tepatnya 5 Rabiul Awal dalam kalender Islam.
Siraman panjang diisi dengan pencucian atau penyiraman barang-barang peninggalan Wali Sanga.
"Yang tadi dicuci atau disiram adalah peninggalan dari piring Gusti Sinuhun, yang usianya hampir 6 abad. Yang nanti benda itu akan diarak pada saat puncak atau pelal atau disebut panjang jimat," ujar Gumelar, Jumat (22/9/2023).
Beberapa benda yang dicuci itu di antaranya, piring berukuran panjang, piring kecil, guci dan Wadan lainnya.
"Beberapa benda yang dicuci itu di antaranya ada piring tafsi atau besar jumlahnya 7, piring pengiring jumlahnya 38 dan ada juga guci 2 dan ada juga tempat untuk mawar atau minyak wangi ada 2. Benda-benda itu akan digunakan untuk nanti acara puncak dan akan menggambarkan filosofi kelahiran anak manusia, intinya memperingati lahirnya Kanjeng nabi Muhammad SAW," ucapnya.
Adapun setiap tahunnya, kata Gumelar, masyarakat selalu mengantre dan berebut untuk mendapatkan air bekas cucian benda tersebut.
Air itu dipercaya masyarakat bisa mendapatkan keberkahan, khususnya dari Allah SWT melalui peninggalan ini.
"Sebetulnya mencuci itu kita maknai dengan tubuh kita, di mana tubuh kita itu mengandung air. Dan kita juga harus membersihkan lahir dan batin kita dan istilahnya memang air itu sumber dari kehidupan. Dan kenapa masyarakat mengambil airnya yaitu masyarakat ingin mendapatkan keberkahan, khususnya dari Allah SWT melalui peninggalan ini," jelas dia.
Reporter: Eki Yulianto
Ikuti juga informasi melalui akun media sosial dan website kami:
Website : cirebon.tribun...
Instagram: / tribuncirebondotcom
Twitter : / tribun_cirebon
Facebook : / tribuncirebon
Tiktok : / tribuncirebon.com
#tribuncirebon #keratonkasepuhancirebon #siramanpanjang
11 окт 2024
