Alhamdulilah .syukron wa jazakumullah khayran atas ilmu nya ustadz wa yubarokallah fikum .semoga allah merahmati imam nawawi "ustadz dan tim beserta orang "orang yang antuma cintai :serta umat muslim dimanapun berada .
Bismillahirrahmanirrahim, assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh, Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimush shalihat, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, orangtua beliau, keluarga beliau, guru guru beliau, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru guru kami dan guru guru anak anak kami, keluarga kami, sahabat sahabat kami, tetangga kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakallahu Khairan katsiran wa jazakallahu ahsanal jaza ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, semoga Allah senantiasa menjaga ustadz, diberi kesehatan dan umur panjang yang penuh keberkahan, barakallah fiikum
Assalamualaikum ustadz... smoga Allah merahmati imam nawawi dan keluarga ,semoga Allah merahmati memberkahi ustadz keluarga dan tim kajian serta kaum muslimin.. Barakallahu fiikum untuk ustadz dan tim.. Sungguh kajian yg penuh sarat makna dan hikmah yg dalam...barakallahu fiik ustadz Kajian ini bagaikan embun yg membasahi relung hati di saat kita di kelilingi orang orang yg memandang baik itu hanya skdr muamalah secara dunia dan sesuai hawa nafsu.. bukan menilai kebaikan secara utuh bahwa kebaikan itu adalah sesuai dgn kriteria Allah dan rosul nya dan bagaimana orang yg kita pandang baik itu dlm mentaati perintah Allah dan rasul nya ..serta berbuat baik kepada sesama manusia sesuai dgn kriteria Allah dan rasul nya.. .smoga Allah selalu menolong hamba hamba nya yg menolong agama nya..aamiin Barakallahu fiikum..jazakumullah khoir
Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh Bismillah Subhanallah Alhamdulillah Laaillahaillalah Allahu Akbar La hawla wala quwwata illa billahil aliyyil adziim. Allahumma shalli ala Muhammad Sunhanallahi wabihamdihi subhanallahil adziim. Semoga Allah memuliakan orang tua kita semua, Ustadz hafidzahullah dan semua guru kita. Kita belum merasa menjadi orang yang baik, bahkan masih jauh dari predikat tersebut terutama di hadapan guru-guru kita. Harus masih banyak belajar, masih banyak kekurangan. Masih banyak mengecewakan. Semoga Allah mengampuni. Dan semoga semua guru memaafkan kita yang masih memerlukan banyak nasihat.
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimushalihat, semoga Allah selalu merahmati Imam Nawawi, keluarga beliau, guru guru beliau, semoga Allah juga selalu menjaga Ustadz Nuzul, keluarga, tim, dan umat muslim di seluruh dunia. Jazakumullah khairan katsiran untuk ilmu yang bermanfaat wa baarakallahu fiikum. Semoga Allah selalu memanjangkan umur kita di atas ketaatan dan selalu diberi taufik oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala
LAST PART Lihat bagaimana الْبِرَّ atau kebaikan yang sejati itu menggabungkan antara hablum minallah dan hablum minannas dan bukan hanya sebatas satu sisi dan lupa sisi yang lain. Sebagaimana hanya focus kepada manusia tapi lupa kepada sang pencipta itu tidak pantas, sebaliknya hanya ibadah, hanya shalat tapi lupa kepada manusia, tidak peduli kepada keluarga, istri, suami, anak dan orang tua itupun tidak benar dan tidak jujur. Jadi bagaimana bisa menggabungkan dua hal yaitu hablum minallah dan hablum minannas dan itulah orang baik. Karena PR sebagian kita hanya fokus kepada manusia dengan mengatakan, ‘agama itu kebaikan, yang penting saya baik kepada orang’, setuju agama itu kebaikan, tetapi kenapa anda hanya berfikir tentang orang, apakah pencipta anda tidak punya prioritas dan di hati anda tidak ada? Apa tidak ada di hati anda itu ruang untuk berbuat baik kepada pencipta anda, jadi semua disikapi baik namun hanya pencipta nya saja dicuekin? Apakah itu pantas atau tidak?. Seharusnya pencipta kita disikapi dengan baik dahulu baru yang lain itu baru cocok. Ini semua orang baik kecuali Rabb-Nya, seperti dia tidak shalat atau tidak puasa, mana logika sehatnya? Apakah logis orang seperti itu, anda memberi apa-apa ke manusia, tetapi yang memberikan Jantung dan Ginjal anda tidak disikapi dengan baik, kemana logika sehatnya?. Terkadang kita suka lupa dan lupanya itu keterlaluan, terus berdalih, ‘agama itu kebaikan’, setuju, namun kenapa anda singkirkan Rabb anda dari konsep kebaikan anda, apakah pantas atau tidak? dan Rabb anda tidak butuh قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ “(1). Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa”. اللَّهُ الصَّمَدُ “(2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” (QS Al-Ikhlas: 1-2). Tapi kita yang harus tahu diri, ketika orang tua kita tidak butuh kepada kita, tetapi kita harus tahu diri. Guru kita kita tidak butuh kepada kita, tetapi kita harus tahu diri dan semua demikian dalam hidup. Karena kita tidak akan menjadi orang yang baik dan orang yang bersyukur dan kalau tidak bisa bersyukur maka, لا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لا يَشْكُرُ النَّاسَ “Tidak bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur kepada manusia” itu hal yang perlu kita tanamkan dan kita camkan. Jadi kita itu seringnya hanya demanding (menuntut) saja, akhirnya kita lupa Rabb kita dan lupa hak orang lain dan begitu kita disikapi sedikit saja baper dan tersinggung akhirnya kita tidak pernah memikirkan hak orang dan kalau hak orang saja tidak pernah dipikirkan, apalagi hak الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى?. Yang di depan mata saja kita tidak pernah memikirkannya, apalagi yang tidak kelihatan? Dan orang baik tidak mengclaim saya baik, فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ “maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci” هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ “Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS An-Najm: 32). Maka orang baik adalah orang yang mengerti posisi dia dan menunaikan hak semua pihak dan pihak yang pertama tentu saja pencipta dia yang memberikan rizki kepada dia, yang memberikan tubuh yang komplit kepada dia, yang memberikan panca indra, yang memberikan segala yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan itu yang pertama kali harus kita sikapi dengan baik lalu berikutnya manusia dan mulailah dengan orang-orang yang paling berjasa. Makanya ulama mengatakan, mulailah dengan orang tua dan guru kita, karena mereka paling berjasa lalu orang-orang berikutnya. Logikanya simpel saja, yang paling berjasa itu siapa? Yang petama adalah Rabb saya, lalu Rasulullah ﷺ kalau manusia khususnya yang paling berjasa tetapi kita tidak berinteraksi langsung dengan Rasulullah ﷺ. Baru setelah itu orang tua, guru, lalu orang-orang terdekat, makanya kata Nabi ﷺ “Yang terdekat lalu orang-orang dekat lalu jauh”, ini logika yang sangat simpel dan kita yang suka inconsistent. Kita tidak memakai logika, namun kita memakai hawa nafsu lalu kita pakai asas kepentingan, kalau kita punya kepentingan kita baik kepada dia, kalau tidak dia lupa. Jadi itulah orang baik di dalam konsep kita, yaitu orang yang punya ilmu, lalu orang yang beriman dan orang-orang yang shalih yang menggabungkan antara hablum minallah dan hablum minannas. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Senin, 19 Jumada al-Akhirah 1445 AH/01 Januari 2024 Ahida Muhsin
