Budaya positif di sekolah bukan hanya tentang peraturan dan disiplin, melainkan menciptakan suasana yang kondusif di mana siswa merasa dihargai, didengar, dan didukung dalam proses belajar mereka.
Budaya positif ini didasarkan pada beberapa konsep utama yang saya pelajari:
1. Disiplin Positif: Pendekatan yang menekankan pengembangan kedisiplinan melalui pembentukan kesadaran diri, bukan melalui hukuman. Siswa diajak untuk memahami dampak dari tindakan mereka dan diajak untuk bertanggung jawab secara mandiri.
2. Lima Kebutuhan Dasar Manusia: Pemahaman bahwa setiap individu, termasuk siswa, memiliki kebutuhan dasar seperti penguasaan, kasih sayang, kesenangan, kebebasan, dan keselamatan. Pemenuhan kebutuhan ini sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang positif dan produktif.
3. Posisi Kontrol: Konsep yang mengajarkan tentang lima posisi kontrol (penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer) yang membantu guru dalam memilih pendekatan yang tepat dalam menghadapi berbagai situasi di kelas.
4. Segitiga Restitusi: Sebuah model yang membantu guru dan siswa untuk memperbaiki hubungan yang rusak atau kesalahan yang telah dilakukan. Melalui langkah-langkah seperti menstabilkan identitas, validasi kebutuhan, dan menanyakan keyakinan, guru dapat membantu siswa kembali ke lingkungan kelas dengan karakter yang lebih kuat.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, saya berharap dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung, ramah, dan mengutamakan kebutuhan siswa. Budaya positif ini akan menjadi landasan bagi terciptanya pendidikan yang berpihak pada siswa, sesuai dengan profil Pelajar Pancasila yang diharapkan
Salam Bahagia CGP A. 11
Tergerak, bergerak dan menggerakan
3 окт 2024
