Kisah Imam Ibnu Malik Pengarang Kitab Alfiyah Ibnu Malik khalayak di kenal dengan sebutan Syekh Ibnu Malik
Belau adalah Sosok pengarang Kitab Nahwu yakni Kitab Alfiyah Ibnu Malik
Dalam kitab nya Alfiyah sebagai kitab yang mempelajari cara belajar bahasa Arab yang baik dan benar dan cara membaca kitab kuning yakni kitab Nahwu, inilah Alfiyah kitab yang berisi cara Belajar Nahwu Shorof yang Baik dan Benar.
Para Kyai dan Santri juga kerap kali membaca Nadhom Alfiyah dengan Berbagai versi supaya cara Belajar Alfiyah dengan Cepat melalui Nadhom Alfiyah
seperti hal nya di acara Haol Gentur 2022 atau Haol mama Gentur 2022 dan Haol mama gelar Cianjur
kisah nyata, seorang mushanif / pengarang kitab syekh ibnu malik
Dalam khazanah intelektual pesantren di Nusantara, terdapat satu kitab monumental yang sering dikaji dan dihapalkan, maha karya Syekh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy. Khalayak umum lebih mengenal beliau dengan sebutan nama Imam Ibnu Malik. Beliau berasal dari sebuah daerah yang ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan panglima besar Thariq bin Ziyad. Daerah ini pula yang menjadi pelarian terakhir bagi saqor Quraisy (rajawali dari kabilah Quraisy) yang lari dari kejaran orang - orang Bani Abbasiyah yang telah berhasil menundukkan kekuasaan Daulah Bani Umayyah. Daerah tersebut adalah Andalusia yang sekarang lebih dikenal dengan negara Spanyol. Dan adi karya yang berhasil beliau (imam Ibnu Malik) torehkan inilah yang kemudian dikenal oleh masyarakat dunia dengan nama “Alfiyah Ibnu Malik” yang membahas tentang kaidah-kaidah ilmu Nahwu (sintaksis) dan Sharaf (morfologi). Pada awal nazam bab mukadimah (pendahuluan), beliau menggunakan lafal dari fiil madhi, yaitu fiil (kata kerja) yang di dalam pelaksanaannya terkandung zaman madhi (masa yang sudah lewat/terjadi). Ini adalah hal yang tidak lazim, di mana musanif-musanif (para pengarang) kitab lain dalam mengawali penyusunan kitabnya, mereka lebih sering dan cenderung menggunakan lafal dari fiil mudhari’ yang di dalamnya terkandung zaman hal (masa yang sedang terjadi/dilakukan) atau zaman istiqbal (masa yang akan dilakukan). Lalu apa maksud beliau (Imam Ibnu Malik) mengawali nazam bait Alfiyyah dengan fiil madhi "qoola muhammadun huabnu maliki" “Muhammad yakni putra Malik
Alfiyah yang berarti seribu. Setelah beliau (Imam Ibnu Malik) menyimpan semua isi kitab Alfiyah Ibnu Malik di dalam memori otak beliau, beliau pun mencoba mewujudkannya dalam bentuk susunan sebuah kitab. Beliau tulis setiap huruf, kalimat, dan akhirnya tersusun menjadi sebuah nazam yang utuh. Begitu terus berjalan. Namun suatu kejadian aneh terjadi. Pada saat beliau sampai pada nazam baris kelima yaitu: "fa'iqotan minhaa bi alfi baiti" ALFIYAH INI MENGUNGGULINYA DENGAN SERIBU BAIT Sontak saja Ibnu Malik terlupa akan seluruh bait yang telah beliau siapkan dengan matang. Tampak kecemasan dan kekecewaan dari dirinya, hingga Imam Ibnu Malik pun tertidur. Dalam tidurnya, tak disangka Ibnu Malik bertemu dengan sosok laki-laki yang sudah lanjut usia. Orang Arab biasa menyebutnya dengan syekh.
untuk selebih nya selamat menonton
Fair in Use to @islam_populer99 , terima kasih kepada channel @islam_populer99 ,berkat channel Beliau saya bisa membuat ilustrasi Vidio ini dan sebagai sumber motivasi atas keberlangsungan channel ini...
#KisahImamIbnuMalik #RiwayatIbnuMalik #IbnuMuti #KitabAlfiyah #nahwushorof #ilmufilsafat #ilmufiqih #HaolGentur2022 #KisahIbnumalik #pengarangkitabalfiyah #WaliyullahYangMasihHidup
22 сен 2024