1. Menjelang kematian yang akan kita kenang itu bukan mobil, rumah, dan harta kekayaan lain yang berhasil kita kumpulkan selama ini. Tetapi yang akan kita kenang adalah memori atau kenangan indah bersama orang-orang yang kita cintai (anak, istri, keluarga, sahabat, saudara-saudara yang baik). Karena cinta memang sumber kebahagiaan. Cinta kepada Allah, juga cinta kepada makhluk-Nya. Maka hiduplah untuk mencintai. Cintai juga diri. Jangan menzalimi diri kita sendiri. Contoh: Saat kita mengkonsumsi sesuatu yang merusak tubuh kita, maka sejatinya kita tidak sedang mencintai diri. Tubuh kita adalah anugerah dari Allah. Alangkah ruginya saat kita merusak diri ini dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. 2. Hiduplah untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Cintai sebanyak mungkin orang. Perlakukan orang-orang terdekat kita dengan sepenuh cinta. Kita utamakan menjalin hubungan yang penuh kasih sayang dalam hidup ini. Salah satu yang akan kita sesali di akhir hidup adalah hubungan yang buruk dengan orang lain. Penyesalan karena sudah memperlakukan orang-orang terdekat dengan tidak baik. Maka jalin hubungan yang baik dengan siapapun, sebisa mungkin. Dalam hidup ini kita pasti akan merasakan pasang surut. Semua ini wajar. Sebagaimana episode kehidupan yang silih berganti. 3. Keberhasilan kita itu nanti tidak akan diukur dari seberapa banyak tabungan yang bisa kita kumpulkan. Tetapi seberapa banyak teman dan sahabat yang kita dapatkan. Kita akan menemukan kebahagiaan ketika kita mengutamakan hubungan yang baik dan memperlakukan orang-orang di sekitar kita dengan kasih sayang. Pertanyaannya adalah: Sudahlah kita memperlakukan mereka dengan penuh cinta? Jangan-jangan kita memandang hidup kita sebatas kompetisi. Padahal hidup ini adalah sinergi dalam harmoni. Masih banyak di antara kita yang lebih mengutamakan harta, ketimbang hubungan yang baik dengan orang lain. 4. Kita terlalu sibuk, sehingga lupa memperlakukan orang-orang yang terdekat dengan sepenuh cinta. Salah satu penyesalan terbesar yang dialami kebanyakan orang adalah minimnya interaksi mereka dengan orang-orang terdekatnya. Banyak juga orang-orang yang mengenang masa lalu kemudian menyesali amarah yang disebabkan oleh hal-hal remeh, yang akhirnya itu merusak hubungannya dengan orang-orang lain. Jangan sampai hal-hal kecil, persoalan kecil, menyebabkan rusaknya hubungan cinta dan kasih sayang kita dengan orang-orang terdekat. Milikilah hati yang selalu bisa memaafkan, dan kesediaan untuk mau memohon maaf kepada orang lain. Upayakan sekuat tenaga untuk selalu dapat bersikap baik dan penuh cinta dalam setiap interaksi kita dengan orang lain. Cinta yang tulus ikhlas, bukan modus. Bersikap baik dengan ikhlas karena Allah. Sekuat tenaga untuk selalu berbuat baik, atau minimal jangan sampai menyakiti dan berbuat buruk pada orang lain. 5. Nasihat dari salah seorang guru: “Berbuat baik sebisa mungkin, tapi pastikan jangan pernah berbuat buruk.“ Maka kita perlu muhasabah. Apakah perkataan dan sikap kita itu sudah membahagiakan orang lain? Apakah sikap kita sudah menjadi kebaikan bagi orang lain? Jangan-jangan kita justru menyakiti dan menjadi keburukan bagi orang lain. Ada sebuah nasihat dari Aa Gym, salah satu guru dari ustadz Sonny, ada 3 rumusnya: Pertama, pastikan keberadaan kita aman bagi orang lain. Kedua, lebih baik lagi kalau keberadaan kita itu menyenangkan bagi orang lain. Ketiga, yang paling puncak itu kalau keberadaan kita bermanfaat bagi orang lain. 6. Hidup dengan cinta adalah sesuatu hal yang sangat berarti. Sediakan waktu kita untuk orang-orang yang kita cintai. Sekecil apapun kebaikan itu tidak akan pernah sia-sia. Bahkan sekedar menyambut saudara atau sahabat kita dengan senyuman dan raut wajah yang berseri-seri itu akan menjadi ibadah, kata Rasulullah ﷺ. Kebahagiaan itu hadir untuk melakukan sesuatu yang baik dan penuh makna. Sudahkah kita hidup dan bersikap baik dengan penuh cinta dan kasih sayang kepada orang-orang terdekat dalam interaksi kita? Pandangilah orang-orang di sekitar kita dengan cinta dan rahmah. 7. Ada sebuah nasihat dari salah seorang ulama agar kita dapat memandang segala sesuatu dengan cinta: Apabila sampai kepadamu suatu kabar/informasi tentang saudaramu, dan sesuatu itu yang kamu ingkari (tidak suka), maka berilah dia sebuah alasan (uzur), sampai 70 uzur. Bila kamu tidak mendapatkan alasan (uzur), maka katakanlah, “Barangkali dia mempunyai alasan (uzur) yang tidak aku ketahui. Kalau tidak ada alasan yang bisa kamu temukan, maka ketahuilah yang cacat itu hatimu.” Ini kaidah yang sangat indah. Seorang mukmin itu adalah yang selalu bisa mencari alasan kepada saudaranya. Sedangkan orang munafik adalah yang selalu mencari kesalahan saudaranya. 8. Mungkin suatu hari kita mendengar saudara kita melakukan suatu dosa atau kita mendengar saudara kita terpeleset oleh suatu kesalahan. Mungkin saudara kita khilaf dalam melakukan sesuatu. Maka kita diajari oleh para ulama, sampai berita itu nyata benar adanya, seperti apa, kenapa dia sampai terjatuh ke dalam kesalahan itu, maka cari 70 alasan. Cari dulu satu alasan. Kalau tidak ketemu dengan alasan yang pertama, maka cari alasan yang kedua, “Oh mungkin tidak begitu, tapi begini.“ Kalau tidak ketemu juga, maka terus cari alasan yang ketiga, “Oh kalaupun tidak begitu, rasanya begini, makanya dia terjatuh.“ Cari terus alasan kelima, keanam, ..... kesepuluh, kesebelas, dst sampai 70 alasan. Kalau kita tetap tidak menemukan alasannya, maka katakan, “Mungkin dia punya alasan yang aku tidak tahu.“ Kita bukan mengizinkan seseorang untuk berbuat salah, tetapi kita coba meringankan hati kita dulu dengan rahmah. Karena kesalahan itu sekarang terjadi pada dia, tetapi bisa saja besok terjadi pada kita. Sebagaimana kita juga ingin saat berbuat salah itu ditutupi dan kesalahan itu diringankan di hati saudara-saudara kita yang lain. Ringankan dengan cara mencarikan alasan bagi mereka. Ini yang jarang kita lakukan. Biasanya kita langsung bereaksi pada kabar buruk. Padahal boleh jadi ini hanyalah sebuah sisi pada saudara kita. Tapi seakan-akan dunia sudah kiamat. Padahal belum tentu hal itu yang terjadi. Kita ini manusia, tidak ada yang sempurna. 9. Rasulullah ﷺ bersabda, “Setiap anak Adam itu berbuat salah.” Kenapa kita tidak memegang kalimat ini? Kita ini juga anak Adam yang bisa bersalah. Sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang cepat kembali. Orang-orang yang bertobat. Jangan-jangan saudara kita itu dengan dia melakukan kesalahan itu jadi mudah bertobat dan kembali kepada Allah. Jangan-jangan ketika kesalahan itu terjadi, dia mau mengakui kesalahannya dan setelah itu dia menjadi sosok yang lebih baik. Maka boleh jadi saudara kita itu lebih baik dari kita. Bahkan kalaupun sesuatu itu sudah terjadi, sudah confirmed, terpelesat dalam kekhilafan, mungkin sebuah dosa, maka kita tidak mengizinkan dosa itu. Kita tidak mengatakan bahwa melakukan dosa itu boleh. Tetapi kita mencoba mencarikan alasan bagi saudara kita. Karena itu akan bisa menjaga hati kita. Kita pandangi dulu saudara kita dengan cinta dan rahmah. 10. Kisah salah seorang sahabat di zaman Rasulullah ﷺ. Pada suatu hari Rasulullah ﷺ melihat salah satu sahabat yang sedang mabuk. Pada saat melihat sahabat yang sedang mabuk itu, maka sahabat yang lain melaknat orang yang sedang mabuk itu. Tetapi Rasulullah ﷺ berkata, “Jangan engkau melaknat saudaramu. Jangan engkau bantu setan mengalahkan saudaramu.“ Kalimat dari Nabi Muhammad ﷺ ini penting sekali. Kalau sekarang dia jatuh, itu berarti dia kalah dari setan. Kalau kita memaki-maki dia, lalu mengucilkan dia. Kita jauhi dan bukannya kita tolong. Kita bukannya mengambil tangannya dengan lembut, tetapi malah kita caci, kita kucilkan dan kita jauhi, maka dia akan semakin terpuruk. Semakin terjatuh dalam pelukan setan. Maka kalimat dari Nabi Muhammad ﷺ adalah jangan bantu setan untuk mengalahkan saudaramu. 11. Pentingnya kita memandang hidup dan orang di sekitar kita dengan penuh rahmah dan cinta. Carikan dulu alasan yang indah, supaya ringan di hati. Berikutnya kita ringan tangan untuk membantu saudara kita. Karena tidak ada yang bisa menjamin suatu hari kita bisa terjatuh dalam suatu kesalahan. Bahkan mungkin pada kesalahan yang sama. Maka berilah dia sebuah alasan (uzur), sampai 70 alasan. Inilah indahnya mindset orang-orang yang beriman. Hidupnya tidak berputar-putar diantar satu tuduhan dengan tuduhan yang lain. Hidupnya tidak untuk membenci orang lain. Maka mari kita latih mulai dari hari ini. Biasakan untuk mencari alasan bagi saudara kita dengan kacamata cinta. Ini adalah persoalan mengolah rasa. Memainkan apa-apa yang ada di dalam diri kita yang disebut dengan inner game. Semoga bermanfaat. Mohon maaf dan juga mohon koreksi jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum. Barakallahu fiikum.
bener banget pak ustadz.. seperti kasus akhir2 ini tentang "musik" seorang ustadz digoreng abis2an di tempat umum (media sosial).. seharusnya tabayyun dulu dan cari 70 alasan...
Assalamualaikum pa ustad, bermaanfaat sekali video nya. Bgm bila sahabat yg salah jln atau khilaf itu tdk mau di nasehati, sdh diingatkan tp malah kita dimusuhi. Sy selalu doakan yg terbaik utk sahabat ku. Apa yg hrs kita lakukan. Haturnuhun Pa Ustad
Assalamualaikm pa ustdz saya sudah mencintai orang lain berbuat baik pada orang lain,tpi kebaikan dan cinta saya malah dimanfaatkan terus menerus oleh orang itu sampai tidak berdaya dan terus mengalah gimana?
