Banyak hal di luaran sana yang menawarkan nyaman untuk kau jadikan singgah yang seolah sungguh-sungguh. Namun kadang tetap saja, berharap pada manusia ibarat menggantung asa diantara bahagia dan kecewa. Sebab hidup menuntut kita ke arah sana. Berjalan sesuka semesta. Mematahkan senyum, mengoyak malam, membumbui lamunan hingga larut dalam semu yang kau idamkan. Bajingan bukan? Namun, selalu ada tempat yang bisa kau jadikan pulang dari segala riuh duniamu yang perlahan hilang. Rumah yang tak pandang mengapa, sosok yang apa adanya, dikenalkan Nadin pada kita; Bunda.
Ia tegar pada semua rintang. Ia kokoh bak karang, yang memecah gemuruh ombak di tepian samudera. Layaknya kalimat klise pada novel-novel drama, Ia malaikat yang dikirim Tuhan. Bersanding dengan banyak alasan yang Ia terima ketika kita pulang hanya karena tidak diterima manusia lainnya. Keadaan akan seperti itu dalam dunianya. Bunda dan segala yang ada dalam dirinya adalah bab lama yang akan selalu nyaman untuk diceritakan.
Sesekali marah, menasehati dengan nada tinggi. Sudah barang tentu karena salahmu. Lantas kemudian menawarkan makanan. Sebab kadang menyampaikan sayang yang keterlaluan melibatkan blablabla yang membosankan, bagi kalian. Padahal intinya pelajaran. Baiknya ditelan, pelan-pelan. Ia lebih banyak tau. Sampai barang yang hilang saja bisa ketemu. Apalagi hanya masalah remaja yang kau keluhkan, atau problematika menjadi dewasa yang kau bilang beban. Baginya selalu ada jawaban, meskipun kadang hanya usapan tangan di pundak dan ucapan sabar yang berkali-kali ditekankan.
Doaku sama seperti Nadin, semoga lama hidupmu di sini. Melihatku tumbuh dengan kuatku yang juga karenamu. Aku amat tak pandai dalam hal ini, tapi sebelum semua disudahi, satu frasa saja- terima kasih, Bunda.
_
Temukan saya di lain sosial media!
/ adhabuyung
/ kiarakelana
/ adha-buyung
/ adhabuyung
16 окт 2024