Saya senang memiliki pengalaman positif dengan Periplus! Mereka memang terkenal sebagai toko buku yang menyediakan beragam buku dalam bahasa Inggris yang lengkap dan terbaik.
Pak Gita, tolong undang Abinaya Ghina Jamela, sastrawan cilik yang berwawasan sangat luas. Lahir 2009, dia pernah menulis buku puisi Resep Membuat Jagat Raya yang masuk nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2017. Dari puisi Resep Membuat Jagat Raya sendiri, kita bisa melihat betapa beragam sumber bacaannya. Puisi itu diawali dengan baris, "Ambil sebutir proton" dan menceritakan proses terbentuknya semesta dengan ilmiah sekaligus kreatif. Selain puisi, dia juga banyak menulis esai, novel, dan cerita pendek. Mengingat usianya yang sangat muda, saya sangat kagum dengan buku-buku yang dia baca-Orwell, Kawakami Mieko, Wisława Szymborska, dan banyak lagi. Saya yakin dia pasti bisa memberi perspektif segar dan penting terhadap perbincangan literasi di Indonesia. Tahun ini dia diundang ke Ubud Writers and Readers Festival. Akan menarik juga jika Pak Gita mengundang Feby Indirani, penulis Bukan Perawan Maria dan Memburu Muhammad. Dia termasuk aktivis literasi yang tidak percaya bahwa minat baca di Indonesia itu rendah, lebih menekankan ke akses yang sulit didapat dan tidak merata. Terima kasih. Semoga Pak Gita berkesempatan melihat komentar ini dan mengundang kedua narasumber tersebut.
Kami mahasiswa di Universitas Cendrawasih Papua, tertinggal jauh dalam literasi krn kekurangan buku juga fasilitas tidak memadai. Saya menyaksikan perbincangan ini kemudian membandingkan saya sedih untuk nasib kami🙏🙏🙏
Kaka dorang bisa buat gerakan baca disana, ajukan permintaan donasi utk buku disana, masalahnya sudah ada : kurang buku. Tinggal cari solusinya saja, itu tugas mahasiswa kan 😊
Terimakasih banyak pak Gita, tak henti-hentinya menggaungkan budaya literasi di Indonesia. Semoga cita-cita saya untuk membumikan budaya literasi di kampung saya tercapai dan mampu menjalar ke antero Indonesia 7 sampai 10 tahun ke depan amiin...
Terimakasih Pak Gita untuk narasumbernya, menyambung dari pembahasan Pak Gita mengenai Ibu-ibu untuk lebih aktif menjadi story teller. Sudah ada komunitas ibu-ibu untuk meread aloudkan buku kepada anak-anaknya dan trainingnya pun sudah ada. Saran saya, untuk mendatangkan narasumber Bu Roosie Setiawan sebagai penggagas Read Aloud di Indonesia.
Terima kasih pak Judo, hibah buku dari Periplus sangat berguna untuk TBM saya. Setiap minggu saya mengumpulkan anak2 di sekitar rumah untuk dibacakan cerita. keyakinan saya sama dengan yang bapak sampaikan, melalui story telling kita akan membentuk generasi ke depan menjadi cinta buku. Luar biasa!
Pak Gita, terimakasih untuk motivasi nya, dua tahun terakhir sejak saya mendengar kan podcast bapak, benang merah yang saya tangkap selalu tentang membaca dan membaca. Hal ini membuat saya sudah membaca berapa buku filsafat, histori, dan terapan. Terimakasih untuk inspirasi nya. Mohon izin dapat bergabung jika ada book club' nya. Terimakasih
Pak Gita... buatlah program menulis tentang Indonesia dengan merangkum para penulis lokal dari setiap provinsi. Agar tumbuh perspektif beragam dan lebih Indonesia. Insya Allah kami siap berkonstribusi sebagai penulis.
Terimakasih Pak Gita dan Pak Judo. Saya sangat suka dengan materi Podcast Bapak berdua tentang Upaya Membangun Budaya Literasi Bangsa. Saya sependapat bahwa Budaya Baca sebaiknya dimulai dari rumah - dari keluarga. Ijin untuk sedikit berbagi cerita dan pengalaman pribadi saya ya Pak. Tahun 2000an saya pernah mencoba membuat perpustakaan keluarga kecil-kecilan buat anak-anak saya yg saat itu masih TK dan SD, yg pada akhirnya berkembang menjadi Taman Bacaan kecil-kecilan buat anak-anak di Komplek Perumahan tempat kami tinggal. Sebuah kenangan yg sangat mengesankan ketika mengingat kembali anak-anak tetangga kiri kanan pada kumpul di teras rumah kami yg tidak seberapa besar. Anak-anak bersosialisasi sambil asyik baca buku di taman bacaan keluarga kami. Pengalaman yg sangat berharga pula bagi kami dlm upaya memperkenalkan budaya membaca sejak dini pada mereka. Demikian Pak pengalaman saya. Salam Literasi...Salam Edukasi. Terimakasih.
Diskusi menarik. Setuju dengan perkataan Pak Judo, budaya literasi harus dimulai dan dibiasakan dari keluarga. Butuh kepekaan orang tua untuk kreatif dalam mengenalkan budaya baca ini, karena tiap anak butuh cara berbeda. Sayangnya tidak banyak orang tua yang menyadarinya karena kemampuan literasi para orang tua ini pun banyak yang masih kurang. 😅
Thankyou to Periplus for contribution n participation to enlighten our country. Sy sll mampir saat d Bandara. Membeli buku sesuai minat n isi dompet tentunya. ❤😂
Selamat Pagi pak Gita, Pak Judo, Terimakasih sudah diberi wawasan tentang bagaimana membuat bangsa ini kembali berbudaya baca buku, saya tertarik soal challenge menulis dan storytelling, saya adalah desainer dan comic artist, menulis dan telling story sangat matters untuk membuat imajinasi kita lebih berkembang, saya dulu pernah membuat event2 untuk anak SD, yang ramai adalah selalu lomba mewarnai,karna diwajibkan oleh sekolah, mungkin dengan bekerja sama dengan mas mentri, saya rasa bisa diaplikasikan budaya membaca dan telling story, Terimakasih 🙏🏽
Mohon izin BP, Gita. Integritas, baginya pejabat yang terkait, Sabab musabab permasalahan bangsa, Dana penyelesai kesemuaannya, Tegaknya hukum, terlebih hukumnya para koruptor, Jika pengajuan konsep pembenahan di semua sesi untuk RI, Jika pribadi saya presidennya,saya jamin kurang dari satu periode, Namun bila indonesia menolak ajakan pencabutan perjanjian Dimata internasional, tentang kemerdekaan RI, BerArti indonesia menolak dana dari kemaslahatan umat sedunia , yang ada ditangan saya, Mohon bantu pak Gita, kepada seluruh figur peduli indonesia, serr,. Saya berteriak seorang diri, dan harus hadapi pencundang pencundang keturunan pehianat Nusantara, yang masih terus berusaha tumbangkan NKRI. Terus mereka bergerak tanpa kita sadari,. Terimakasih pak Gita Semoga bermanfaat
Pak Gita dan pak Yudo keren ini konten, pembahasan yang membuat pegiat buku bersemangat. Saya pribadi penonton setia Engame Gita Wirjawan, pak Gita amat sering membahas soal literasi, buku, membaca buku dan menulis dalam rangka membangun peradaban bangsa ini. Bagaimana menarasikan seluruh pikiran bernas untuk diketahui di publik, utamanya lewat membaca dan memproduksi buku. Pak, saja jurnalis yang juga aktif mengelola penerbit kecil, memang di komunitas kecil, budaya Batak, komunikasi Batak. Orang Batak menurut saya kurang membaca dan terbukti sangat minim literasi tentang Batak. Sebagai penggiat di penerbit, saya melihat masalah kita salah satunya menurut saya, "belum pernah dibahas pak Gita" tentang para dosen "instan" demi cum merusak literasi kita, penerbitan buku. Kenapa? Sebab sudah terlalu lama para "dosen" menerbitkan buku hanya 3 atau 5 exemplar hanya demi kepentingan gelar akademi atau kepangkatannya. Dan tak ada beban moral untuk memenuhi literasi masyarakat, yang penting gelarnya naik. Hasil pikiran, penelitiannya hanya diterbitkan untuk kepentingan itu. Ternyata dilihat dari banyak kuota ISBN yang dikeluarkan untuk perpustakaan Indonesia tak sesuai dengan banyak pesanan ISBN dengan hasil terbitannya. Syukur sekarang Perpustakaan Nasional sekarang ketat mengeluarkan ISBN, dengan syarat-syarat yang menyulitkan untuk jangan semberangan mendapatkan ISBN. Usul saya, pak Gita perlu membahas ini.
Melalui buku, kita menjelajahi sejarah, menciptakan imajinasi, dan membangun pemahaman yang lebih dalam tentang dunia kita. Terima kasih pak Gita sudah mengundang tamu yang sangat menginspirasi ❤
Terimakasih pandangan nya pak Gita, kita merupakan peminat dan penghobi STEM, merasakan susah nya untuk melanjutkan studi d luar negeri S2, karna beberapa dari karya kita sulit dipasarkan dan masih belum menghasilkan dan kita belum mendapatkan income dari situ, dan sulit untuk mengumpulkan biaya untuk kuliah lagi pak Gita, Mungkin solusi nya : khusus pada jurusan stem, lebih di mudahkan lagi untuk mendapatkan lpdp atau beasiswa lain nya pak Gita. Saya sangat ingin melanjutkan study keluar negeri,tetapi karna kendala di ke uangan dan punya tanggungan keluarga, sangat sulit pak gita
Persoalan besar bangsa ini: bagaimana meningkatkan minta baca? Kenyataannya, minat baca masih rendah jika dilihat dari data, toko buku sudah banyak yang tutup, toko buku berkurang pengunjung/pembelinya, buku bajakan, nasib penerbit....
Gw baru mumai baca di usia 27 itupun blum konsisten. Tapi saya berusaha banget. Cuma sedih karena membaca buku dipamdang aneh, apalagi di era short video yg katanya ada informasi apa aja disana.
Saya pernah ajukan buku utk diterbitkan di penerbit besar disini. Tapi diminta beli sejumlah Eks utk tutupi biaya mereka. Susahlah konohaha maju kalau gitu
Apakah pendekatan campaign membaca buku saat ini perlu diubah? Lebih ramai narasi bahwa pengetahuan & skill lbih bnyk didapat dri praktik nyata, dripada buku yg relevansi nya dgn dunia nyata seringkali minim (granted, pada lvl prinsip/konsep akan nyambung, tpi dlm lvl permukaan praktis sering tidak terlalu nyambung juga, apalgi di Indonesia 😅). Mungkin, krn ini genre self-help jdi populer d umur2 20-30an. Smentara yg lbih berat2, rasanya bru sgt terpakai utk studi lanjut atau kepentingan bidang kerja tertentu. Mendokumentasi ilmu yg sudah diperoleh dri sekolah hingga dewasa, ntah dicatat manual hingga pakai berbagai app / skadar ctt excel, mungkin bs memberi efek puas kpd diri sendiri atas journey yg sudah dilalui. Seringkali pasca sklh, merasa ngapain ya sklh lama2 kmrin, toh yg penting lulus. Mungkin dokumentasi bs membantu. Terakhir soal STEM, bgimana ya peran buku dlm perkembangan yg lgi super cepat? Menulis buku butuh waktu, smentara itu AI sdh di-elevate gila2an. Lbih msuk akal utk melihat dri YT / research paper, mskipun ada kekurangan minim sentuhan fisik. Punten kalau ada yg salah2, skadar menuangkan pendapat.
Dulu Richard Oh buka QB akhirnya mati juga. Begitu juga Kinokuniya. Jakarta yang luas dengan penduduk sekitar 15 juta orang hanya ada satu dan dua toko buku. Ironis.
Untuk solusinya, bagaimana kalau dibuat MATA PELAJARAN wajib 'STORY TELLING' (BERCERITA) mulai jenjang SD kelas 3 mungkin. Sebenarnya bagus sekali lhoo story telling ini. Disana akan mengasah kemampuan 'PARAPHRASING' yg mana ini kemampuan yg masih minim dimiliki (menurut pengalaman saya). Terutama saat membuat karya tulis di level universitas. Kenapa jadi banyak yg cuma 'copy paste' dan jatuhnya plagiat saat buat skripsi??? Karena mahasiswa tidak terbiasa mem-parafrase (menceritakan kembali sebuah tulisan dengan bahasa mereka sendiri). Dan itu mencerminkan rendahnya 'READING COMPREHENSION'. Semua terkait. Apakah ada yg punya pengalaman atau observasi yg sama?
Halo Pak Gita. Saya seorang guru. Saya sangat setuju bahwa budaya membaca itu harus berawal dari keluarga. Selain itu, menurut saya guru juga harus bisa menjadi role model dan mendorong siswa untuk membaca. Akan tetapi, mirisnya jumlah guru yang hobi membaca sangat sedikit, Pak. 😢
Sejak SD sy sdh senang membaca buku2 cerita yg sy dptkan dr teman sy yg keturunan Tionghoa. Dan dari masa itu, sy ingin jd an author, it's my big dream dan sebelas tahun yg lalu sy resign from my job and started to write seriously...Dalam waktu sekian lama sy sdh menyelesaikan satu seri novel adventure. Karena sy berdarah Flores, novel adventure pertama sy ini mengangkat budaya dan sejarah purba Flores. Sembari menulis seri terakhirnya, sy jg menulis dua novel dengan tema yg berbeda, salah satunya sy menulis ttg descendants of nusantara kingdoms, novel dengan 3 tema: past, present and future, penelitiannya sy lakukan sejak 2013 until today, tapi terus terang sulit sekali mendapatkan catatan2 sejarah kerajaan2 di Indonesia, kebanyakkan sy dpt luar negeri seperti Belanda dan Portugis. Novel2 sy selalu bergenre international dgn taste sejarah dan budaya Indonesia, cause I dream to introduce Indonesia through novel.
Saya sendiri sdh merasakan manfaatnya baca buku. Sejak 4 SD sy sdh getol baca buku apa saja, novel, politik, pengembangan diri, agama, filsafat, dll. Lewat baca buku sy gk hanya belajar berpikir kritis, berpikir modern melampaui jaman, tapi jg kerja dari rumah, gk pake ijazah apapun, hanya melalui kemampuan sy menulis, menuangkan ide, menyusun aneka model kalimat plus gaya bahasanya, dan itu sdh sangat cukup untuk menghidupi sy dan keluarga.
Hadir Menyimak. Terima kasih Pak Gita Wirjawan sudah mengundang Pak Judo Suwidji (Co-founder Periplus Bookstore) dalam topik pembicaraan yg sangat menarik mengenai buku, budaya baca dan literasi. Salam sehat selalu! The Power of a Map 01:27 - Judo’s love for books started since he was a child 04:55 - Education background 05:19 - Dawn of Periplus Reading Culture 09:02 - Family & society : True agents in building a reading culture in Indonesia 10:07 - Education system in supporting reading culture 10:40 - #GitaWirjawanLecture : Leadership on any level should also encourage society to read more 13:20 & 15:11 - Judo Suwidji meant Yuval Noah Harari when he said Yuval Hariri 16:21 - #GitaWirjawanLecture : There’s only small amount of number of PhD Parental Influence 20:09 - Judo’s passion for books 22:54 - Judo Suwidji : Butuh satu generasi untuk membangun budaya baca di Indonesia. 25:52 - GitaWirjawan’s crazy idea for every citizen to read, summarize, and narrate books. 28:45 - Increasing the quality of discussion in the society Current State 33:51 - Electronic vs hard copy 36:50 - Handwriting, cognition, and motor skill 38:18 - Judo Suwidji : Baca aja ngga pernah, gimana nulis? Yang kita perlukan, penulis Indonesia bisa nulis lebih banyak tentang Indonesia. 42:02 - Gita Wirjawan : Selama media konvensional ngga berkepentingan untuk social re-engineering, kita harus menempuh media yang nonkonvensional. The Challenges 42:35 - Judo Suwidji : Banyak sekali yang bisa ditulis tentang Indonesia - baik sejarah, filsafat, seni, budaya, dll. 43:47 - Judo Suwidji : Dengan membaca sejarah, bisa membangkitkan nilai kebangsaan; dengan melihat peta, kita bisa melihat kemegahan Indonesia. 47:00 - Tantangan besar literasi Indonesia : 1. Meningkatkan jumlah buku secara masif. 2. Meningkatkan kualitas tulisan. 3. Menerbitkan tulisan di Indonesia di penerbit yang keren. 48:37 - Judo Suwidji : Kita harus mencari penulis dengan referensi yang kuat. 48:56 - Another Gita Wirjawan crazy idea: Sayembara nulis dengan hadiah ratusan hingga miliaran. 49:42 - Judo Suwidji : Publisher besar sedang nyari penulis dari Asia 50:41 - Gita Wirjawan : Mindset yang tepat itu adalah kita harus tumbuh despite, bukan because of the government. The Irony 51:47 - Pertemuan Judo dengan Dior 53:31 - Gita Wirjawan : Kita butuh lebih banyak narator. Secara kapasitas otak mungkin ngga kalah dengan negara lain, tapi kurang jago bernarasi. 54:43 - Judo criticizes how classroom works now. 55:22 - #GitaWirjawanLecture: Lessons from India on distributing public goods 58:18 - Paper price irony in Indonesia and Singapore 59:04 - PR besar Indonesia terkait literasi ke depan : 1. Memantik budaya baca dalam berbagai kelompok sosial. 2. Meningkatkan daya tarik masyarakat untuk membaca buku yang terkait dengan MIPA, teknologi, dan terapan. 3. Menekan biaya produksi buku. Democracy & Literacy 59:33 - Judo sees the society’s interest to read will increase going forward. However, it requires a massive support from family, school, community, etc. 1:01:15 - Judo Suwidji : It will take more than a decade to build a resilient reading culture in Indonesia. 1:02:50 - Gita Wirjawan re-emphasis how staggering this stats is 1:04:15 - Judo Suwidji : Dialectical culture starts from home. 1:06:05 - Judo Suwidji : Online-offline bookstore will go hand-in-hand together. 1:10:33 - Judo Suwidji : Membaca buku itu melatih kita untuk bernarasi. 1:17:44 - Openness in the education space. 1:21:16 - Book club Selengkapnya di sgpp.me/eps160notes
Sepertinya hanya saya di keluarga yang suka membaca, saya pun kuliah di sastra dan sekarang meski bekerja di NGO saya tetap tidak bisa meninggalkan komunitas sastra walau kebanyakan mereka adalah angkatan tua yang teman dosen, saya di sana berusaha ingin melengkapi. Saya Sabtu Minggu membuka lapak buku di lapangan dekat rumah nenek di Depok, memang ada yang tertarik tetapi kadang sepi tapi saya akan tetap jalan terus. Memang perlu peran dari masyarakat juga dari keluarga atau dari tokoh masyarakat sayangnya banyak yang tidak peduli padahal menurut saya orang dewasa perlu mencontohkan kegemaran membaca biar yang lebih muda bisa meniru. Saya dan Komunitas Dapur Sastra Jakarta sedang berupaya menerbitkan majalah sastra bersama Pusat Dokumentasi HB Jassin, Apresiasi Sastra, karena berbahaya jika sebuah bangsa tidak lagi ada majalah sastra. Kami juga mengadakan Forum Diskusi Meja Panjang selama beberapa bulan ini tetapi memang masih orang-orang dalam satu gelembung yang hadir. Masih PR juga mempopulerkan sesuatu yang memang dianggap berat. Mari berkolaborasi agar jalan sunyi ini mampu bertahan dan lebih ramai lagi.
Mimpi saya membangun perpustakaan di desa dgn harapan agar bisa membangun hobi dan rasa cinta akan buku kepada anak anak desa di komunitas kecil yg saya bangun bersama kakak.
Menarik sekali. Ada pembahasan mendalam tentang buku, sejarah, manuskrip, nobel prize, dan sebagainya di edisi ini. Baru-baru ini Habibie Prize 2023 diraih oleh seorang pegiat budaya sekaligus ahli filologi, Kang Oman. Mungkin Pak Gita bisa mengundang beliau untuk hadir di Endgame, siapa tahu akan ada titik temu yang akan menghubungkan potongan-potongan keindonesiaan masa lalu dengan masa kini. Kejayaan Nusantara serta kesalahannya bisa dipelajari dari lembaran manuskrip kuno tersebut, di samping bahwa disiplin ilmu ini belum menjadi tiang utama di negeri yang kaya akan bahasa, aksara, serta butir-butir intelektual lokal yang bersifat global. Salam.
Terima kasih atas podcast ini, Pak Gita. Kebetulan saat ini saya sedang merintis usaha perpustakaan digital, Lentera App, yang bisa diakses gratis oleh pembaca namun juga memberikan royalti kepada para penulisnya. Meski bukunya dapat dinikmati dengan gratis, namun kami melakukan kurasi atas buku-buku tersebut. Kami pun aktif menggalakkan kegiatan membaca bersama klub-klub buku baik on line maupun offline. Saat ini populasinya masih sedikit, namun growth-nya cukup signifikan. Berawal dari 200 user di Februari 2023 hingga sekarang 2.000-an user di Oktober 2023. Mohon dukungannya. Terima kasih. 🙏🙏
Terimakasih pak Gita sudah menayangkan pembahasan tentang literasi dan baca buku. Sejak tahun 2000, kami di Home School Tunas Bangsa, melakukan penelitian panjang tentang membangun rasa cinta buku kepada anak2 kecil, dan bagaimana mengajarkan menulis yang menyenangkan, terholistik dengan kebiasaan membaca buku itu sendiri. Akhirnya kami start dengan mendongeng sebelum tidur siang dengan guru dan sebelum tidur malam dengan orangtua anak. Latihan membaca bukunya melalui buku bacaan itu sendiri. Dan pada saat masuk ke menulis, mereka menulis buku yang mereka baca di kertas yang digariskan dan gambar di atasnya hingga dijilid sederhana ❤️ Saya share videonya ke grup guru supaya bisa dipahami kita semua dan membuka pemahaman yang makin mendalam tentang kemampuan literasi ini
Menurutku yang lengkap kepribadiannya sebagai seorang narator, penulis, intelektual, rohaniwan, dan sering ngasih kuliah umum ke kampus2. Yaitu Emha Ainun Nadjib
Saya mau bgt gabung ke book clubnya pak Gita dan tim Periplus. Ditunggu pake bgt dan makasih banyak buat diskusinya. Hadir di saat saya sedang loyo dan skrg jadi semangat. Sehat2 buat bapak berdua😊
Disaat sebagian anak muda masa kini yang hanya mementingkan ego, dan terpolarisasi oleh sosial media. pak gita masih terus menyuarakan keamanan masa depan bangsa indonesia. Terimaksih pak gita❤
Terimaksi atas poscast ini pak gita dan pak judo. Kami sangat suka dengan materi poscast ini,bagus dan sangat memotivasi kami. Kami sangat bangangga menjadi bagian dari Periplus semoga periplus semakin berkembang dan jaya.🙏😇
Saya guru SMP Negeri, selalu mendapat insight dari EndGame pak Gita. Terima kasih inspirasinya ttg literasi. Pak Gita tokoh yg konsisten perjuangan literasi untuk anak bangsa. Sehat sehat pak Gita
Terima kasih Pak Gita sudah mengangkat perbincangan tentang buku dan literasi. Jadi ingat masa kecil, ketika awal berkenalan dengan buku. Orang tua saya tidak sekolah tinggi, hanya SD dan SMP, tapi ketika saya kecil, mereka sering membelikan buku dan majalah. Dari budaya membaca itu, saya jadi punya rasa ingin tahu, ingin belajar, dsb. Dan Hidup saya hari ini, bisa dibilang banyak berubah karena buku dan majalah2 yang saya baca di masa kecil itu ❤
Katanya budaya membaca masyarakat Indonesia sangat rendah dibandingkan negara lain. Ini alat ukurnya apa? Dan apa saja aspek yang dinilai? Karena jika aspek yang dinilai dari jumlah penjualan buku atau bahan cetak lainnya seperti koran dan majalah... berarti orang seperti saya tidak masuk dalam hitungan. Padahal saya dari kecil hingga sekarang selalu haus akan bacaan, walau bukunya lebih banyak pinjam daripada beli, dan dulu bapak saya selalu baca koran, walau pinjam koran tetangga. Saya yakin orang seperti saya banyak di Indonesia.
Ngomongin soal budaya baca pak... Menurut bapak bagaimana membudayakan baca buku kepada masyarakat yang kurang mampu. Punya duit habis untuk memenuhi kebutuhan primer. Boro² mikir beli buku... Gimana itu pak..? Salam hormat
Paman saya anaknya 4 dan menengah kebawah. Pernah ga ada uang buat makan dan beli beras, anaknya dikasih air gula. Tp semua anaknya gila baca. Kenapa? Ga punya TV, apalagi hape dn internet. Hiburannya ke Perpustakaan, pinjem buku.
Pak Gita, saya tertarik dengan ide book club termasuk dengan cara gotong-royong baca buku. Saya sudah mulai beberapa tahun lalu, dan rasanya sulit berkembang karena alasan klasik: tidak ada waktu. Audience saya lebih banyak young professional yang able, perlu growing dan tidak punya waktu banyak. Kalau berjodoh, boleh terhubung dengan Pak Judo.
Di kurikulum merdeka sekarang banyak kampanye ;iterasi dengan membuat pojok baca di kelas maupun di lingkungan sekolah. Satu langkah tersebut mungkin sangat baik anmun permasalahannya guru-guru sekarang minim baca buku sehingga pojok baca hanya sebagai pajangan. Saya berharap perbincangan ini menjadi to;ah penggerak. Say apunya ide bagaimana kalau pak Gita membuat sebuah web untuk meningkatkan minat baca dan menulis? Misalnya dalam web tersebut diberikan tantangan membaca buku tertentu terus diberikan tentang juga membuat narasi video atau menulis untuk menggubah buku tersebut. Saya sendiri suka membaca dan menulis (biasanya hobi menulis di kompasiana atai membuat antologi) namun karena lingkungan kurang mendukung kadang semanagt naik turun...yuk pak Gita bisaa. Saya beruntung subscribe kanal ini. Kami tunggu kabar baiknya pak gita..
Diskusi ini sangat keren dan memotivasi banyak orang aamiin, semoga saya dan teman-teman ketularan kecerdasannya beliau-beliau ini, dan semoga juga cita-cita saya dari beberapa tahun lalu ini ke sampaian membuat Warkop Toko Buku Syariah hehe, meskipun daerah saya saat ini ada beberapa toko buku yang tutup, masyarakat masih kurang minat bacanya pada hal salah satu Kota pendidikan.
Kalo ga buku/ jurnal , yah minimal tiap siswa di 1 kelas jenjang SD, meresume endgame saja pak, supaya anak2 terbuka wawasannya Semoga dari setiap 1 kelas tersebut lahir lah ilmuwan2 muda indonesia kelak, termasuk saya 😊
Ringkasan "Butuh Berapa Tahun untuk Bangun Budaya Literasi Bangsa? - Judo Suwidji | Endgame #160": - Budaya membaca rendah, butuh pengembangan budaya menulis. - Membaca buku melatih keterampilan bercerita dan penarikan. - Pentingnya referensi buku berkualitas. - Ide mengembangkan book club di Indonesia. - Pengalaman pribadi tentang ketertarikan dengan peta dan sejarah. - Tantangan meningkatkan minat baca di era digital dan media sosial. - Perbandingan literasi di Indonesia dengan negara lain. - Pendidikan dan peran orang tua dalam mendorong minat baca. - Mendorong budaya baca buku dengan pendidikan sejarah. - Perlunya narator yang kuat dalam budaya baca. - Peran platform digital dalam penjualan buku. - Kendala offline dalam bisnis buku. - Pengaruh pendidikan terhadap minat baca. - Pembahasan beasiswa dan keberanian mencoba untuk belajar di luar negeri. - Mendorong kehadiran guru dari luar negeri untuk mengajar di Indonesia. - Pengembangan book club di Indonesia dan contoh Oprah Winfrey. - Pentingnya kompetensi dan keterbukaan dalam mendidik. - Harapan untuk mengembangkan budaya literasi bangsa. Ini adalah ringkasan poin-poin utama dari transkrip yang membahas budaya literasi, pengembangan minat baca, peran pendidikan, dan upaya untuk mendorong budaya literasi di Indonesia.
Sayang banget pemikiran-pemikiran kita yang brilian harus terus terkungkung dengan permainan politik. Mari tetap berharap dengan optimis seperti harapan yang sering digaungkan Pak Gita dan teman-teman di Endgame.
Read aloud utk anak anak sebelum tidur setelah seharian bekerja itu mmg perlu niat yg kuat, walopun ngantuk2, wajib bgt bacain dongeng sebelum tidur, cergam atau apapun, harus berani luangkan waktu sabtu minggu khusus utk baca buku bersama.
Salah satu majalah favorit yang saya sering beli di Periplus adalah Reader's Digest Majalah ini isinya pengetahuan semua terutama yang membahas mengenai cara hidup sehat.
ada sedikit penyesalan, kenapa waktu di bangku sekolah tidak banyak2 membaca buku, dan melatih bercerita (story telling). baru sadar ketika sudah masuk ke dunia kerja, ternyata baca buku itu sangat penting. sekrang di usia 29 tahun berusaha utk membaca buku setiap hari walau beberapa lembar.
Saya seorang guru SD swasta d Jombang. Kebetulan diamanahi sbg penanggung jawab gerakan literasi sekolah. Dari podcast ini, saya bertekad untk mempraktikkan ide dr pak Gita dan Pak Judo untk bisa melibatkan orang tua untuk bisa membaca nyaring sebuah buku di kelas anaknya. Semangat semua pejuang literasi. Kita bentuk generasi gemar baca mulai dr lingkungan terdekat kita
Bila BPK Gita Wiryawan berkenan,senang sekali rasanya apabila berkesempatan untuk ngobrol santai dengan beliau.seblm nya salam hangat kami dari pengurus perkumpulan DEWAN SENIMAN NUSWANTARA INDONESIA.🙏
Dengan membaca buku kita bisa bertemu dengan banyak ide material di dalam ide pikiran-pikiran dunia yang kemudian digulung menjadi ide baru sangat besar.
Pak Gita, menit ke 49:00 - 49:30 menarik pak. Meskipun saya agak pesimis juga, apa ada yg bener² berhasil 😁 Sbg gambaran saja, satu hal yg kerap menggelitik pikiran ketika perjalanan masuk di berbagai daerah apalagi perkotaan, pemandangan Tiang Listrik dan Kabel yg sering tak beraturan lebih terkesan semrawut kayak menggambarkan tidak ada daya dukung SDM yg benar² ahli, juga bener² kompeten yg membidangi penataan jaringan kelistrikan. Hal serupa jg terjadi di Telekomunikasi, advertising, dsb. satu pertanyaan sederhana : apa iya, keahlian diukur dr sertifikasi dan sama skali tidak linier dgn literasi yg memadai?? 🙏
Menulis , membaca tulisan sendiri walau tidak jelas sama sekali pun tidak di publikasikan , saya rasa pelarian yang lebih alternatif dari pada narkotika dalam tahapan penyembuhan stres mengingat banyak nya anak negeri yang entah dari mana saja sumber depresi nya , menulis juga belajar memahami diksi mepersentasikan makna ham dalam pemahaman personal ya kebebasan pembaca
Skr usia sy lbh dr 70 thn, dulu di SD, kami ada pelajaran mengarang, ditulis memakai 'fountain pen' dg tulisan halus/miring, awal kami pakai 'dip pen'/pen celup. Sp Universitas sy msh pakai fountain pen, tulis halus/indah, shg catatan sy srg dipinjam tmn². Tp krn kurang cepat sy berganti pakai ball point pen & huruf cetak. Skr sy spy tdk pikun kerjakan soal² matematika, pakai fountain pen 👍🏽🙏🏽
Alhamdulillah sebagai Gen Z angkatan pertama atau milenial paling terakhir. Sy termasuk yg banyak baca entah buku atau digital. Memang banyak orang yang sangat langka membaca apalagi membeli buku.
Sederhana pak, kata kunci utamanya adalah "dipaksakan" tentu dengan regulasi dari pemerintah. Contohnya regulasi dari Kemendikbud; Jika saja jutaan peserta didik DIPAKSA/DIWAJIBKAN baca satu buku nonpaket saja. sebagai syarat naik kelas, atau syarat lulus sekolah. maka ada jutaan buku yang dibaca siswa dan Masalah minat baca Selesai.
Pak Gita, kalo ada sayembara menulis sains populer ttg biodiversitas Indonesia, sebagai ilmuwan muda saya siap ikut berpartisipasi apalagi kalo well-compensated :) Sedikit pov dari saya sbg mahasiswa s3, menulis artikel ilmiah memang kebiasaan sehari2. Bbrp orang mungkin rajin menulis sains populer untuk laman seperti The Conversation karna hobi. Tapi kalo ada sayembara yang hadiahnya menarik, apalagi tulisan yg sudah jadi nanti akan difasilitasi untuk publikasinya, itu inisiatif yg menarik dan menggiurkan.
Melihat Periplus yg berhasil memasarkan buku² berkualitas, ada baiknya Pemerintah mengajak pihak swasta memajukan literasi Indonesia yg terus jatuh sejak era Orba.
Pak Gita, barangkali berkenan untuk memberikan perspektif, kenapa literasi harus berfokus pada buku? Saya punya concern yang sama, tapi kadang kesulitan untuk meyakinkan teman-teman untuk baca buku dengan "dalih" literasi bukan hanya baca tulis. Terimakasih