Bagi Ida Farida atau Chani (35 tahun), demikian panggilan akrabnya, saat itu dunia terasa indah. Nyaris selangkah lagi ia akan menjadi warga negara Singapura, setelah menikah dengan lelaki setempat yang ia temui di Kota Pahlawan, Surabaya, bertahun-tahun yang lalu.
Tiga tahun kemudian, Chani menetapkan hatinya untuk melamar sebagai permanent residence di Negara Singapura. Namun impiannya seketika runtuh setelah mengetahui lamarannya ditolak lantaran ia terinfeksi HIV. Medical check up memang menjadi salah satu persyaratan dan saat itu di tahun 2012, pemerintah Singapura menolak orang yang hidup dengan HIV (ODHIV) untuk menjadi warga negara Singapura.
Ini menjadi titik kebangkitan Chani yang memutuskan untuk menyelidiki tentang pengobatan HIV. Di tahun 2015, tatkala Chani mendapakan akta cerai, ia pun kembali ke Jakarta. Meski berstatus ODHIV, tidak menghentikan proses Chani untuk terus berkembang sebagai manusia.
Chani tak hanya terus berkembang dalam dunia kerjanya, ia bahkan juga menemukan cinta sejatinya saat menikah dengan Antonio (37 tahun) - sesama ODHIV yang ia kenal di tahun 2017. Mereka memutuskan menikah tepat pada tanggal 1 Desember 2017 yang juga merupakah hari HIV dan AIDS sedunia. Bersama Antonio, mereka berjuang bersama melawan diskriminasi terhadap ODHIV dan memberi edukasi tentang apa itu HIV dan AIDS yang sebenarnya.
7 окт 2024