#AKU LAWAN PELAK*R DENGAN ELEGANT #DURI Part 5 Orang tua Suri tampak sangat emosi. "Neng, maafkan Suri," ucap Wanita yang juga telah renta itu kepadaku. Rasanya aku tidak tega melihat kedua orang tua itu meneteskan air mata karena kelakuan anaknya. Tangan mereka terlihat gemetar, sedangkan air mata terus mengalir. Tidak ada kata kasar maupun makian yang keluar dari mulut mereka, namun melalui tatapan sudah bisa dilihat betapa dalam luka yang telah Suri dan Mas Dani torehkan. "Neng, Bapak yang salah mendidik Suri, dia bahkan tega mengkhianati sahabat yang selama ini membantunya," ucap Bapaknya yang kini bersimpuh di hadapanku. "Ya Allah, Pak, Bu, tolong jangan seperti ini," ucapku yang memeluk kedua orang tua itu. Air mataku ikut mengalir bersama permohonan maaf yang terus terucap dari mulut mereka. Bukan lemah, namun, melihat air mata yang jatuh di pipi mereka yang telah renta membuat hatiku terasa tertusuk. Kulihat Suri yang kini berada dalam pelukan Mas Dani. Entah apa yang ada dipikiran lelaki yang telah menjadi Imamku itu. Sampai dia bahkan tak memikirkan aku. Baik, kita lihat sampai dimana kalian akan bertahan. Bukankah menyakiti hati orang tua akan mendapat ganjaran yang pedih? "Neng, jika kamu membenci Suri, tidak apa-apa, tapi, tolong jangan membuang kami," ucap Bapak Suri lagi yang masih terisak. Tangan yang telah keriput itu, terus menggenggam tanganku, meminta maaf atas apa yang bukan kesalahan mereka. "Entah dosa apa.yang telah kami lakukan, sehingga mendapatkan anak seperti itu?" teriak Ibunya. "Pak, Bu, kalian tetap akan menjadi orang tuaku," ucapku yang memandangi mereka bergantian. "Lebih baik, kami kehilangan anak seperti Suri dari pada harus kehilangan anak sepertimu, bukan darah daging kami, tapi menganggap kami seperti orang tua sendiri, bahkan saat Suri sakit, kamulah yang membiayai," ucap Bapaknya lagi yang kini berdiri meramas dadanya. Nyeri, hatiku terasa nyeri melihat ini. "Ada apa ini?" tiba-tiba terdengar suara dari ruang tamu. Kami semua menoleh ke sumber suara. "Ada apa ini?" ulang suara itu lagi. Kulihat Suri yang langsung berlari memeluk Ibu Mertuaku. Ya, yang bertanya itu adalah Ibu Mertuaku. "Loh, Pak, Bu, ngapain disini? Sambil nangis-nangis?" tanya Seseorang yang datang bersama Ibu Mertuaku. "Kamu sedang apa disini?" ucap Bapak Suri. "Mau lihat keadaan Suri lah! Toh sekarang sudah menjadi orang kaya!" seru wanita itu, yang aku tahu adalah Kak Indri, Kakak perempuan Suri. "Astagfirullah haladzim! Jadi kamu sudah mengetahui semua ini?" teriak Bapaknya. "Iya! Ibu sama Bapak nggak usah sok suci dan mau menghalangi yah, kita akan menjadi orang kaya!" seru Kak Indri lagi. Bapak mereka pun terdiam medengar ucapan Kak Indri. "Sudah, sudah. Rahma, Suri ini adalah istri kedua Dani, dan kamu harus menerimanya, titik!" titah Ibu Mertuaku. Kurangkul tubuh kedua orang tua Suri yang ingin meninggalkan rumahku. "Pak, Bu, biar supirku yang akan mengantar kalian ke rumah yang telah aku siapkan," ucapku. "Loh, Nduk, pakaian dan semua barang kami bagaimana?" ucap Pak Hanif, Bapak Suri. "Rahma sudah mengurus semuanya," ucapku tersenyum. "Nggak usah terlalu memikirkan Suri dan juga Kak Indri, ada Allah, yang maha adil," ucapku melepas kedua orang tua itu masuk ke dalam mobil. Aku memang sudah menyiapkan rumah yang baru untuk mereka berdua, karena aku tahu ini pasti akan terjadi, mengingat tabiat Suri dan juga Kak Indri, karena aku sempat melihat Ibu Mertuaku bersama Kak Indri. Kini tinggal aku akan mengurus mereka yang sekarang ingin menyerangku. "Maaf, Bu, tadi Ibu berkata apa?" ucapku lagi. "Mulai sekarang Suri menjadi istri Dani, jadi Suri telah menjadi nyonya rumah dan tokomu," ucap Kak Indri. "Kamu kan tidak bisa memberikan aku cucu, jadi kamu harus menerima jika Dani menikah lagi!" seru Ibu Mertuaku. Aku tersenyum mendengar mereka. "Dan mulai malam ini, kami akan tinggal di rumah ini!" ucap Kak Indri lagi. "Oh yah? Siapa yang mengizinkan?" ucapku. "Aku, Dek," ucap Mas Dani. "Besar juga nyalimu, Mas!" ucapku. "Dani itu kepala keluarga! Jadi dia yang harus memutuskan!" sentak Ibu Mertuaku yang kini berdiri di hadapanku. "Hahahaha ... Ibu lupa siapa aku?" ucapku tertawa. "Apa maksudmu, Dek?" ucap Mas Dani. "Hanya dalam sekali bicara aku mampu membuat kalian hancur!" ucapku. "Dek, aku ini suamimu, kenapa kamu tidak menghormatiku?" ucap Mas Dani. "Baik, kalau kamu adalah suamiku. Coba katakan kalung siapa yang di pakai Suri?" ucapku. "Ka-kalungmu," ucap Mas Dani Pelan. "Kalau seperti itu, segera kembalikan kepadaku," ucapku lagi. "Tidak! Ini telah menjadi milikku!" sentak Suri. Kupandangi Mas Dani yang wajahnya telah memerah. "Suri ini kan sahabatmu, bukankah akan lebih baik jika kamu bisa berbagi? Termasuk suami dan hartamu?" ucap Kak Indri. "Sayangnya aku tak ingin berbagi dengan anak yang durhaka!" ucapku. "Mas! Segera kembalikan kalungku! Jika tidak, aku jamin, kedua orang tuaku akan mengetahui semua ini!" sentakku. "Dek, tidak perlu membawa orang tuamu untuk ikut campur pada masalah rumah tangga kita," ucap Mas Dani. "Kamu itu telah menjadi seorang istri! Jangan suka. Mengadu kepada orang tuamu! Jangan jadi anak yang cengeng!" bentak Ibu Mertuaku. "Ibu tengan membicarakan Mas Dani?" ucapku. Seketika mulut Ibu Mertuaku terdiam. "Mas, aku kasih satu kesempatan terakhir, segera kembalikan kalungku," ucapku pelan. Terlihat rahang Mas Dani mengeras, namun, tetap melangkah ke arah Suri. "Aku tidak mau!" teriak Suri. "Nanti akan aku ganti," ucap Mas Dani kepada Suri. Lalu kalung itu pun kembali ke tanganku. Mas Dani melihatku. "Kamu berubah, Dek," ucapnya. "Karena kamu!" ucapku yang melangkah meninggalkan mereka. "Oh yah, aku mengizinkan Suri tinggal di rumah ini, tapi, ada syaratnya!" ucapku yang kembali berbalik ke arah mereka. ❤️❤️❤️❤️ read.kbm.id/book/detail/19c083b4-f74f-ffbf-1289-13185d9cfac4?af=7e499df1-690c-5ad7-dccd U-45ece28a0822😅 youA ❤menm😂 p Hgada😢😢😅 nang Juli p