Eps 587 | KIAMAT GARMEN: MENGAPA PABRIK TEKSTIL INDONESIA BERGUGURAN? 

Ini yg dialami suami sy pak,banyak yg dirumahkan jg diberhentikan,yg masih bekerja gaji tidak karuan,,,bgmn solusinya.sementara kami memiliki 3 anak yg masih sekolah bahkan kuliah,kami bukan keluarga penerima bantuan apapun dr pemerintah. Mungkin ada pencerahan untuk kami.pak guru🙏

Pak bahas bisnis tukang parkir di indo yg ga seperti di luar negri... Yg pendapatannya bs kaya gaji manager bank tp ga jelas kontribusinya dan manfaatnya

Pak Guru ijin koreksi, sebelumnya saya kerja di Cikarang, pabrik elektronik. Kami sering studi banding dengan pabrik di Cina dan sebenarnya gaji karyawan mereka itu lebih besar dibanding di Indonesia. Mereka sudah memulai perjalanan negara berkembang dari tahun 50an, jadi sekarang buruh2 meraka itu sudah naik taraf hidupnya. sedangkan di Indonesia bisa dibilang lebih terlambat sehingga upah buruhnya masih dibawah Cina, oleh karena itu banyak investasi asing untuk membuka pabrik disini karena pekerja kita masih berketerampilan rendah dibanding Cina Yang menjadi faktor utama kenapa barang-barang Cina lebih murah adalah efektivitas dan maturitas industri mereka, mereka bisa memproduksi kuantitas barang berkali-kali lipat dibandingkan SDM yang sama di Indonesia, jadi walau upah mereka lebih tinggi, masih ketutupan dengan output mereka yang masif

AMAZING TOPIC!! Tapi ada beberapa komentar yang butuh di koreksi: 1. Tekstil bisa dibilang industri padat modal dibandingkan industri padat karya, Kalo contextnya penyerapan SDM yang extreme pastinya lebih banyak Garmen. 2. Pabrik2 yang tutup itu karena tidak dapet order di luar negri(export-oriented) Faktor utamanya tidak bisa mendapatkan efisiensi setinggi di china alhasil harga juga tidak bisa bersaing. Bukan karena harga bakunya yang mahal, contoh di negara kita ada kebijakan KITE(Kebutuhan Impor Tujuan Ekspor)/ KB(kawan Berikat) untuk ngebantu harga raw material yang sudah dinominasikan oleh buyer luar negri(kebanyakan brand AS) untuk ambil dari china. 3. Jika Harga Raw Material sudah disupport dengan kebijakan pemerintah kenapa kita masih tidak bisa bersaing? balik lagi ke efisiensi. Di China walaupun UMRnya jauh diatas kita tapi mereka sangat efisien, Indikatornya dari mana? SMV(standard minute value) setiap prosesnya jauh lebih efisien dibandingkan Indonesia. Karena SMV ini lah akhirnya JASA JAHIT kita lebih mahal dibandingkan China, Kalian bayangin jadi buyer Amerika, placed order ke Indonesia udah lebih jauh logisticnya terus lebih mahal harga FOBnya? pasti kaga mau. 4. Tapi dengan UMR China naik terus, Pemilik garmen dan tekstil di China pun butuh ekspansi untuk menurunkan harga FOB, banyak negara yang menjadi pilihan mereka dari vietnam, ethiopia, bahkan Indonesia. Apakah industri tekstil dan garment akan di dominasi oleh ekspansi tersebut? remain unclear. Karena sentimentnya group2 china ini terhadap SDM Indonesia ini negatif(seperti yang dijelaskan di video ini yaitu liburnya banyak alhasil jadi malas, belum ada serikat bla bla bla). 5. Apakah Industri Tekstil dan Garment ini industri sunset? dari 20 tahun lalu juga dibilang sunset, tapi belum mati2 juga ampe sekarang, Terutama pasar lokal, Tanah abang yang level nya "home industry" aja masih ada terus. Yang bahaya yang export oriented dimana yang penyerapan SDMnya bisa ribuan karyawan. Butuh bantuan pemerintah untuk memberikan suatu program yang bisa membantu efisiensi SDM yang membuat harga FOB Indo bisa bersaing dengan negara2 lain. Note: thank you for bringing up this topic thou!! love it!

Saya bekerja di bidang tekstil. BETUL BANGET yg disampaikan Pak Guru. Pemerintah lambat dan selalu suudzon kpd pengusaha tekstil baik besar, menengah, dan kecil. PAJAK disamakan dgn sektor lain, padahal laba lebih kecil dan beban buruh jauh lbh besar krn padat karya. Bener2 sekarat, tapi seolah ditutup2i . Dihimpit persaingan ketat, pajak yg berat, juga tekanan upah dan pesangon buruh.

Susah wakanda untuk diharapkan. Akhir 2019 saya coba bikin usaha berbentuk PT kecil2an. Bukannya karena punya banyak uang bikin PT, tapi karena kami pikir usaha kami butuh legalitas. Dari awal bikin PT isi OSS itu super njelimet, setelah akta PT jadi saya ke kantor pajak buat urus dokumen pajak seperti npwp dll. setelah sampai kantor Pajak katanya saya baru bisa urus setelah ada rekening atas nama PT, saya coba datang ke bank untuk bikin rekening, sampai Bank suruh ada NPWP PT dulu. Jadi muter2 ga jelas. PT saya belum sempat berjalan covid datang, modal kerja yang harusnya buat modal usaha terpaksa jadi modal bertahan hidup. Sempat beberapa kali kantor pajak kasih surat teguran pembayaran pajak, lah usaha aja ga jalan, nomor npwp belum ada gimana caranya. boro2 di tanya keadaan usahanya gimana, karyawan aman atau ngga, petugas yang datang kerumah untuk menyampaikan surat aja tengil.

Saya pernah kerja di pabrik textile yang mulai dari kapas, spinning, weaving sampai printing, berdiri dari 1971 sebelum ada PLN. Tutup bangkrut. Kata direktur, textile tidak ada perlindungan dari pemerintah, bahan baku impor, pajak, saingan dengan impor ilegal.

Tahun 1986 waktu itu saya masih duduk dikelas 1 SMP daerah di tempat saya menjadi sentra tanaman kapas. Tapi gak tau kenapa awal 90an petani tinggalkan tanaman ini. Padahal seingat saya hasil produksinya lumayan bagus. Saya masih ingat betul, saya dibelikan sepeda onthel pertama kali dari hasil jual kapas.

Prinsip bangsa Indonesia " kalo bisa sulit, kenapa di permudah". Dengan di persulit maka duit pelicin akan mengalir . UUD ciptaker saja banyak yang nolak, padahal itu supaya modal asing masuk, tiap tahun pekerja indo nuntuk naik gaji, tapi SDA nya saja kalah sama luar. Bangsa ini banyak berjiwa korup daripada membangun.

Sekarang di Ambon ngurus SIM, ngurus KTP, ngurus KK semuanya sudah sangat mudah pak guru. Satu hari jadi, tanpa nembak-nembak. Saya bangga jadi warga Kota Ambon.

Satu negara yang sering kita lupakan kalau ngomong soal industri garmen; Bangladesh, eksportir garmen terbesar ke 3 di dunia, jauh diatas indonesia. Produk bangla lebih kompetitif, kalau pa guru bilang pekerja di china macam romusha, maka di bangla udah macam budak sahaya (baca insiden rana plaza). Saya kebetulan pemilik umkm mikro padat karya di bidang kayu, kalau eksport itu, kita ga bisa dapet pasar kalau harga tdk kompetitif, itu mah udh dasar kapitalisme. Dengan segala kerendahan diri sy ada saran untuk buruh padat karya: tingkatkan skill, pengusaha mau lho invest besar untuk beli mesin automasi/sistem yg bisa ganti puluhan karyawan.

Assalamualaikum Wr Wb Gugem. Sekedar sharing dari buruh pabrik garmen. Tekstil dan garmen memang erat kaitannya tapi ini adalah 2 industri yang berbeda. Industri tekstil secara umum mengolah kapas menjadi benang, benang menjadi kain sedangkan industri garmen mengolah kain dan bahan baku lainnya seperti benang, kancing, label dsb menjadi pakaian jadi. Dalam aktivitasnya industri tekstil cenderung lebih padat teknologi karena proses pengolahan kapas menjadi benang kemudian benang menjadi kain saat ini lebih banyak dilakukan oleh mesin ketimbang tenaga manusia. Saya tidak ingin berkomentar khusus mengenai Sritex karena saya tidak tau juga kondisi internal perusahaan mereka hingga akhirnya mereka sedemikian terpuruknya, akan tetapi menurunnya permintaan pasar terhadap industri garmen dan tesktil memang nyata terjadi. Industri tekstil di Indonesia berdasarkan pengalaman memang ada ketertinggalan dari segi kualitas dan juga ketepatan waktu pengiriman dibandingkan dengan tekstil dari cina. Hal tersebut menurut opini saya juga terpengaruh oleh kondisi mesin dari pabrik2 di Indonesia yang umumnya masih memakai mesin yang sudah "berumur" dan juga ketinggalan secara teknologi, contohnya adalah sulit sekali menemukan supplier kain printing dengan hasil cetakan yang berkualitas, kemudian ada beberapa case juga keterlambatan pengiriman kain dari supplier Indonesia karena mesin sedang dalam perbaikan. Kain cina memang lebih murah karena sebagian besar kapas mereka produksi sendiri, sebagian masih impor dari Amerika dan mesin mereka juga bisa produksi sendiri. Tetapi masih ada biaya transportasi, logistik, potongan pajak lebih kecil dan nilai tambah lain seperti kemudahan dalam pengajuan klaim barang salah/cacat yang bisa menjadikan pembelian kain dari Indonesia untuk industri garmen di indonesia menjadi lebih menguntungkan ketimbang impor dari cina. Beberapa pabrik setahu saya lebih memilih membeli kain dari indonesia untuk kain dengan warna solid/polos karena beberapa keuntungan yang ada. Akan tetapi untuk kain jenis lain karena faktor kualitas dan ketepatan waktu pengiriman itu tadi akhirnya sekitar 90% kain masih diimpor dari cina. Lantas apakah kemudian industri tekstil di Indonesia perlu meningkatkan industri kapas dalam negeri supaya bisa mengurangi impor kapas dari cina dan Amerika untuk meningkatkan daya saing? Menurut saya sih tidak, karena pertama kita sudah tertinggal terlampau jauh dari kedua negara itu dalam industri kapas dan juga seiring dengan kebutuhan industri yang dituntut untuk lebih ramah lingkungan, tren industri tekstil ke depan akan lebih banyak menggunakan bahan recycle. Kalau industri tekstil Indonesia ingin terus survive ya harus melakukan peremajaan mesin untuk peningkatan kualitas dan ketepatan waktu pengiriman serta perbanyak riset mengenai recycle material sehingga ketika permintaan pasar sudah lebih banyak ke kain recycle kita tidak masih sibuk mengembangkan kain berbahan dasar kapas. Kemudian soal tenaga buruh di industri garmen. Saya kurang setuju dengan pernyataan buruh indonesia dimanjakan. Apakah bekerja selama 7.5 jam sehari dengan mesin jahit dan tuntutan hasil yang zero defect adalah sebuah bentuk pemanjaan? Belum lagi kalau yang bekerja sedang hamil. Apakah iya libur di Indonesia terlalu banyak? Mungkin ini berkebalikan dengan anggapan umum tapi libur di Cina itu lebih banyak ketimbang di Indonesia. Chinese new year: 7-16 hari Dragon boat festival: 2-7 hari National day: 2-7 Hari Golden week: 2-7 hari Tergantung kebijakan masing2 perusahaan dan itu belum semua libur di Cina saya sebutkan. Soal kualitas buruh Indonesia? Teman-teman diluar industri garmen yang hobi mengoleksi fashion branded tentunya tahu perbedaan kualitas buatan Indonesia dengan Vietnam atau Bangladesh. Kualitas buruh Indonesia masih bisa bersaing dengan cina walaupun tentu masih perlu ditingkatkan secara terus menerus. Masalah utamanya adalah bagaimana cara kita bisa menarik para investor atau membuat ekosistem industri ini semakin maju. Bisnis pun tak selalu mutlak soal harga. Jaminan kualitas,kemudahan dan kenyamanan berinvestasi tentunya bisa jadi nilai tambah walau upah buruh kita lebih tinggi dibanding negara berkembang lain (dan masih jauh lebih rendah dari negara maju). Upah buruh jangan sampai diturunkan tapi bagaimana nilai tambah lainnya yang perlu kita tingkatkan. Akhir kata tentunya saya berharap industri garmen dan tesktil ini yang menyerap begitu banyak tenaga kerja bisa bertahan dari kondisi saat ini dan terus maju ke depan. Amin YRA Wassalamu'alaikum Wr Wb

Langkah paling awal untuk kita semua sebagai rakyat indonesia.. 1. Harus CERDAS. (Paling utama) Fungsi nya untuk menyingkirkan para pengkhianat di lingkup pemerintah dan pejabat. Salah satu nya korupsi. Dan lain2x nya.. Contoh salah satu yg di lakukan. Mampu berfikir, kritis berfikir dan bertindak atau memaksa pemerintah untuk tidak berkhianat ke rakyat. Salah satunya : MAKSIMAL, hukuman mati para koruptor. MENENGAH, memiskinkan para koruptor. MINIMAL, membuat malu secara mental para koruptor dan keluarganya.

Just info , di bogor skrg ini gaji untuk operator jait rata² 80-100rb/12jam kerja.. btw klo di dunia pergarmenan itu gada yg nmanya 8jam kerja yagesya trus juga minggu & tgl² merah itu jgn terlalu berharap untuk fix libur 😂 .. saya operator jahit 🤝

Setahu saya perusahaan perusahaan china itu sangat memanjakan buyer nya, salah satu contohnya, china memberikan berbagai sample sehingga buyer happy karna bisa memilih produk yg terbaik, berbeda dengan perusahaan indonesia yang memberikan sample apa adanya, tidak sepeeti china yang membuat sample sebanyak/sevariasi/sekompleks itu, sehingga setiap produksi di china itu pasti puas hasilnya

Analisa yang tepat dan menyeluruh Pak Guru! Klo boleh saya izin menambahkan, ini menurut pengalaman saya yang bekerja sebagai marketing di perusahaan produk aksesories apparel yang mana customer saya adalah pabrik garment. Adanya Resesi di US dan UK juga sangat berpengaruh terhadap menurunnya order dari Buyer disana ke di Indonesia. Untungnya (semoga berlanjut) di Indonesia tidak (semoga tidak akan pernah) kena Resesi, Jepang dan Korea juga, sehingga customer kami yang tujuan export-nya ke Jepang, Korea dan pasar lokal mereka aman. Bahkan Apparel di Indonesia saat ini semakin berkembang Pak Guru dan orang Indonesia sekarang sudah pinter beli produk (ga kemakan merk). Karnanya kita harus bangga dan support terus produk lokal gaes! Camkan itu ya, agar kita gak kena resesi. Aamiin....

Sebenarnya semua itu bisa diproduksi lokal dsn murah, hanyasaja kita ini dari masih sd kurang adanya kurikulum kemandirian semisal wilayah indonesia adlh pertanian dan kelautan tetapi generasinya enggan dibidang pertanian dsn kelautan lebih memilih menjadi artis terkenal ditunjang lg sejak sd tdk ditanamkan skill bertani, melaut(cari ikan), berternak dll....jadi ya...ini yg hrs memodifikasi.agar.bidang tsb diterima.generasi muda...

Satu hal lagi pak guru, Budaya Thrifting juga mendorong produk tekstil impor semakin mudah diterima di pasar kalangan lokal dan membunuh eksistensi produk lokal.

Bisnis tekstil/garmennya Bangladesh lagi maju tuh pak, dulu Bangladesh lebih miskin daripada Pakistan sekarang malah Pakistan yang lebih miskin daripada Bangladesh. Bangladesh dan India melakukan perdagangan bilateral dengan dedolarisasi dimana Bangladesh beli kapas dan sutera India pakai Taka kemudian nanti India bisa beli produk Bangladesh paaki Rupee

Salah satu ciri khas podcast beliau adalah adanya suara2 background yg unik ..suara serangga,anak2, klakson, pesawat, dll..😂

Terima kasih sharingnya guru. Ada beberapa poin yg bs kita ambil sbagai pelajaran : 1) Globalisasi sdh terjadi dan akan terus menguat, kebijakan pemerintah di suatu negara sdh bs berdampak lgsg ke kesejahteraan warga negara lainnya, 2) Tdk ada strategi yg sempurna, strategi hanya berlaku pd timeframe trtentu, krna aturan & strategi setiap negara dlm perdagangan internasional akan terus berubah, 3) Penting bagi penerus bangsa & pemerintah kedepan utk memposisikan Indonesia berkompetisi di tatanan global. Sy rasa kita bukan bangsa yg kecil. 4) Sudah waktunya utk shifting meningkatkan kapabilitas SDM & penerapan teknologi di segala Industri dgn semaksimal mungkin & dgn waktu yg cepat. Krna pada akhirnya efisiensi & produktivitas mjd syarat keberlanjutan industri.

Owh, sekarang saya baru mwngerti pak guru, ternyata bahan baku tekstil Indonesia masih import dari luar (kapas dst). Jadi meski kualitas kain dan jahitannya sangat baik, karena bahan baku semua importz akhirnya kalah di saingan harga untuk pasar lokal & luar negeri). Sangat disayangkan pejabat2 pemerintah dimasa lalu (bahkan sekarang) tidka memikirkan suatu masalah secara holistik. Idealnya memang untuk suatu roduk yg banyak pwnggunanya di dalam negeri, maka akan ideal jk semua produk tsb bisa dproduksi sendiri dari hulu ke hilir (dari bahan baku hingga bahan jadi). Kemampuan berpikir, pengetahuan dan kreatifitas otak manusia di masa dewasa ditentukan oleh masa kanak2nya, terutama sistem pwndidikan yg dterima saat masih sekolah dasar. Di sekolah dasar hanya diajarkan pakaian terbuat dari kain, kain terbuat daei benang, benang terbuat dari kapas. Tapi tidak diajarkan bahwa untuk menunjang perekonomian negara secara langgeng, maka semua kebutuhan wajib dproduksi sendiri dari hulu ke hilir. Jk produksi bahan tidak memungkinkan, bagaimana caranya mengunci kerjasama dg negara produsen jangka panjang & kepastian harga yg murah karena kontrak jangka panjang.sebagaimana yg dlakukan mereka (para negara maju & penjajah) yg mengakali sumberdaya milik kita berupa emas, nikel, dst... Dgn nilai perdagangan yg TIDAK FAIR. Akar masalahnya sepertinya juga masalah PENDIDIKAN TEKNOLOGI. Sudah saatnya pemerintah fokus membina & mendidik bibit bibit baru yg dharapkan dapat menguasai teknologi baru. Ada baiknya uang negara diinvestasikan utk pendanaan penelitian tsb, daripada dhabiskan utk korupsi & suap pemilu. 😌

Negara kita itu sudah krisis sebelum Wabah Virus Corona...Tepatnya tahun 2019 begitu informasi yang saya dapatkan dari bapak Ihsan Noersy

menurut saya, ini opini pribadi saja. selama kita masih berdagang melalui platform online yang dikelola oleh pihak luar (bisa investor nya dll) semua aktivitas penjualan di Indonesia bisa di rekap, harga jual yang diterima di pasar berapa, kualitas nya seperti apa dan sudah terjual berapa banyak dan berapa rupiah, dari situ akan jadi input untuk forecast data untuk produksi dan menghajar balik produk2 lokal yang sudah juara dengan tentuanya, kualitas yang minimal sama dan harga yang jauh lebih murah. jadi, gimana ya? hehe

Satu faktor yg luput dr bahasan. - China juga menguasai teknologi tekstil. Mrk bahkan bisa memproduksi mesin yg computerized. Implikasinya, khusus di bid indstri tektil, China merup one stop shopping (serba ada). Shg biaya pembangunan dan operasional jd sgt murah.

Saya sangat setuju pernyataan Pak Guru Gembul perihal pengurusan SIM hehehe...

dulu inget banget sekitar tahun 2010-2013 ada pemilik brand produk PULPEN dan ALAT TULIS,,pemilik brand tersebut di undang ke metroTV dalam wawancara seputar bisnis,, awalnya beliau punya pabrik besar dan kantor untuk produksi PULPEN dan ATK,tapi setelah beliau pergi ke cina buat R&D,di putuskannya untuk impor PULPEN dan ATK utuh dari cina dan kemudian di label brand beliau,kemudian di distribusikan sperti biasa, kemudian menutup pabrik dan menyisakan Kantor dengan sedikit staff yg efisien,, katanya jauhhhh lebih menguntungkan dan minim resiko dari pada mengoprasikan pabrik dan produksi sendiri,, keknya lama2 korporasi2 besar cepat/lambat juga pasti mengikuti hal serupa(maspion,polytron,)serta brand2 lain yang jual produk2 hasil manufaktur,, kedepan indonesia bakal murni cuman mengandalkan sawit dan pertambangan

kita di anugrahi laut dan dartan, kembali lagi ke masalalu bekerja di bidang maritim dan agraris, pasti kita tetap bertahan hidup, ayo kembali jadi nelayan yang modern, dan petani yang unggul, biarlah tekstil diambil ciana,

Dari sini kita belajar untuk lebih mencintai/ membeli produk lokal agar menjadi brand besar dan membuka lapangan kerja.

Sebagai seseorang yang bekerja di dalam Industri Garmen/Tekstil, Saya merasakan secara langsung penurunan dalam Industri ini, seperti misalnya saja pengurangan jumlah pekerja yang sekarang tersisa hanya setengah dari sebelumnya, permintaan pasar terhadap barang terlalu fluktuatif(naik turun dan tidak stabil), dan lain sebagainya Dan saya memohon kepada penonton yang menonton acara ini tolonglah untuk membeli produk dalam negri untuk keberlangsungan Industri ini dan jutaan pekerja yang menyandarkan kehidupannya di industri ini 16:56 benar sekali apa yang dibilang guru gembul, perusahaan tempat saya bekerja mulai sehabis lebaran akan menggunakan benang jadi buatan china secara total yang sebelum nya kita hanya membeli bahan baku benang mentah saja

Selagi koruptor tidak di hukum mati dan tidak di miskinkan Indonesia bgini saja bahkan lbh buruk

Akar segala maslah keuangan di Indonesia adalah KORUPSI, dan hukuman koruptor tdk maksimal

Ada 1 hal lagi yg pak guru tidak sebutkan. Sangat berperan dalam 'kolapsnya" dunia pertextilan dan garment di Indoneisa. Hal yg membedakan antara China dan Indonesia. Hari buruh di china adalah hari perayaan, dirayakan dalam kegembiraan sama spt tahun baru. Sedangkan di Indonesia, hari buruh itu identik dgn hari demo. Salah satu faktor dalam kolaps nya industri textile dan garment di Indonesia. Tentu selain biaya tinggi akibat birokrasi, biaya siluman, juga tingkat produktifitas rendah. Otomatis, membuat biaya modal semakin tinggi, sangat sangat sulit utk bersaing.

Iya pak ancur2an nyesel investasi di perusahaan textile. 😢 Pemerintah harus berani batasin import textile dan textile ilegal jangan cuman berani larangan nikel aja.

Hee hee. Nggak perlu kuatir. Ayo kerja keras penuh semangat. Jangan ada kata menyerah. Maka YME . Akan membantu hambanya.

Ini karena UU Cipta Kerja telat, sekarang banyak perusahaan dan pembeli LN yang pindah ke Vietnam, temenku di Singapur sekarang pada investasi di Vietnam, orangnya lebih rajin dan kualitasnya bagus, nanti negara kita dikalahkan kekayaannya sama Vietnam.

Dulu Ind bisa berjaya di industri garment krn mengandalkan tenaga kerja murah. Negara² lain yg ga punya sumber tenaga kerja murah skrg ini bisa menutupi kekurangan itu dgn keunggulan technology machine utk industri garment. Shg negara tsb ga perlu lagi menjual bahan baku garment ke Ind. Lagi² inilah bukti negara dgn technology yg maju akan menguasai ekonomi dunia. 💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡

Betul sekali pak guru, ini berlaku di semua jenis produk. Di Indonesia, baru saja pembebasan lahan untuk misalnya bikin pabrik, sudah banyak ormas antri untuk ngejaprem, ketika peletakan batu pertama pun sudah banyak macam perijinan beserta pungli2nya, dan juga tak ketinggalan ormas2 yg cari pendapatan. ketika pabrik berdiri, banyak pula bertebar calo2 tenaga kerja, bahkan dengan aturan minimum naker lokal pun yg di manfaatkan pejabat setempat atau institusi desa jualan lowongan pekerjaan. Hasil produk keluar dari pabrik pun harus menghadapi macam2 pungli baik resmi maupun tidak resmi, bahkan sampai ketika di distribusikan ke gerai2, pungli itu masih ada. otomatis, biaya produk bisa bertambah gila2an. Gimana mau bersaing ma china yg didukung banget sama pemerintahnya, sampai ekspor pun dapet insentif.

Saya pelaku konveksi rumahan.. Alhamdulillah masih bisa bertahan dan tahun ini meningkat.. mungkin yg sangat terdampak garmen besar yg produknya di ekspor, pemain lokal masih cenderung bisa bertahan.

Rumahku tanjung priuk, plumpang semper, deket KBN Cakung, kawasan pabrik Garmen, zaman aku kecil rame bnget, ampe macet parah kalo jam pulang kerja, lalu pelan2 semua pabriknya dipindahin ke Karawang, Jakarta dah ga bisa buat wilayah pabrik lagi, nah sekarang bekasnya masih ada d sana pabrik garmen, tapi udah dikit banget, tadinya rame bgt ky lautan manusia, karyawannya cewek semua, ownernya banyakan Chinese dan Korea, banyak pabrik garmen trkenal d situ. Deket Sukapura, Bulog, Jakut, namanya Kawasan berikat nusantara Cakung.

Nah ini mungkin salah satu pertanyaan yang bisa diajukan kepada para calon pemimpin di Indonesia

Sy melakukan riset kecil kecilan, bahwa memang byk rebranding dari merek pakaian jadi China. Misalnya yg paling kelihatan, muncul sekarang sepatu2 murah 70rb sampai 100rb an, itu walaupun pakai merek Indonesia (biasanya tidak terkenal mereknya) dan di e commerce infonya pengiriman dari kota2 di Indo, itu sebenarnya sepatu China. Pernah lihat beberapa pakaian dan sepatu yg bertuliskan kata "fashion"?, itu kemungkinan besar dari China. Si pabrik indo itu ambil dalam jumlah banyak dan murah yg bermerek "fashion" itu, request dgn tanpa merek, atau kalau dengan merek berarti merek nya di cabut, diganti dgn merek Indo.

Bener banget pak Gembul. Saya termasuk korban PHK di bidang tekstil. Ongkos produksi produksi lokal jauh lebih mahal di banding import dari china, alhasil banyak toko/penjual kain lebih memilih import di banding membuat produksi lokal. Yang pabrik tekstil besar saja sudah hampir koleps, apalagi yang kecil.. dan banyak pabrik tekstil kecil yang sudah gulung tikar.

Pembahasan yang sangat membuka wawasan mengenai industri tekstil, mungkin bukan hanya tekstik akan tetapi disemua lini industri.

Kereeeeen guru pembahasan kali ini.. semoga dr pembahasan ini byk mendengar dan bisa mengembangkan diri demi kemajuan bersama 🤲🤲

Konsep "Widjoyonomics" era ORBA ini yang sepertinya masih berlaku di kita, terutama untuk pelaku usaha yang gemar "High Income Low Labour",. Saran saya, segera sosialisasikan ke masyarakat terhadap pentingnya : "Sadar Kualitas, Sadar Akses & Sadar Menabung" ... at least kreativitas bisa dimulai dari diri sendiri dan bukan bangsa lain (masukan OECD terhadap rendahnya mutu pendidikan kita terutama di pelajaran Membaca, Matematika & IPA) Anyway, terima kasih masukan Guru Gembul ! Alhamdulillah Barakallah saya mendapat guru baru selain : Bpk saya, alm Raden Budiharto dan Alm Bpk BJ Habibie.

Kalau menurut saya kenapa bisnis yg berhubungan sama kain di indonesia itu susah2 gampang itu karena faktor " kita negara konsumtif dengan minim penghargaan pada produk lokal " Secara konsumsi kita tinggi, tapi mau nya murah, dan yg kelabakan adalah pengusaha2 Garmen kecil. Dulu saya pernah terjun di industri Clothing, tahun 2010 - 2015 masih dapat tempat, di sokong event dan hipe anak muda, tapi lihat sekarang, digempur pakaian bekas impor, brand2 lokal ambruk dan jadi susah bersaing

Yth Gugem, mohon di bahas juga pengaruh serikat buruh pada ketahanan industri kita khususnya industri padat karya, kiamat insustri indonesia tidak hanya terjadi di garment, tapi seluruhnya. Nah keberadaan serikat buruh tidak membantu memperkuat industri. Malah merongrong, yang akhirnya daya saing produk indo semakit malah dan lemah. Please bahas ya. Trims banyak

Wawasan seperti inilah yang saya harapkan ada di tiap sekolah:)

saya ujian sim C murni, ga nembak.. test teori ngulang 5x padahal jawabannya udah yakin bener (karena diulang trs sampe apal )pas percobaan ke-6 eh tbtb skornya lolos kayaknya polisinya bosen liat saya, soalnya pas ke satpas sampe dibilang, "mau ngulang lagi ya mas?" udah lolos teori pun pas ujian praktek ngulang 2x, total 7x ujian baru lolos deh.. tapi bangga sekali rasanya huahahah

Sebenernya pemerintah juga udah sadar kiamat textile ini. Dengan membatasi/ melarang pakaian bekas, langkah awal yg masih perlu banyak dukungan dan langkah2 kongkret lainnya

Regulasinya ekspor barang jadi, lebih murah dripada ekspor bahan baku. Klo dindo kebalik, jual furniture ribet(pajak, izin dll), kayunya dijual gelondongan😂😂

point 1, saya pernah kerja di perusahaan telekomunikasi.. dan peralatan semua dari cina, jangankan peralatan elektronik, besi yg dulu disini per kg Rp. 3500 mereka lebih murah ambil dari cina yang harus naik kargo... betapa murahnya harga barang di sana..kalo gak di support pemerintah gak mungkin harga2 bisa ditekan.. point ke 2, saya mulai bikin CV dengan modal seadanya 2014 berharap bisa berusaha sendiri, saya membuat perusahaan kecil agar temen2 yang tidak bekerja bisa ikutan membantu dan masalah terbesar bukan mencari pekerjaan, melainkan pajak dalam negeri kita yang sangat mencekik, untuk perusahaan kecil seperti kami tidak mempunyai bagian perpajakan semua kami lakukan sendiri, dan yang paling aneh adalah kami harus siap denda yang nominalnya sama dengan perusahaan2 besar, okey keterlambatan memang kesalahan kami, karena waktu itu kami masih mulai belajar, dan yang paling menjengkelkan adalah para pegawai pajak yang disebut AR yang tiap kelurahan pasti ada, tidak pernah sekalipun menghimbau, mengajari, atau pun memberikan informasi bagaimana baiknya kami harus melaporkan perpajakan perusahaan kami. jika ingin negara maju mudahkan lah pengusaha2 kecil seperti kami, entah berapa ratus, atau ribuan pengusaha kecil yang gulung tikar karena minimnya informasi hingga menimbulkan denda yang sangat memberatkan dari perpajakan ..

Kalo menurut saya, udh saatnya Indonesia fokus di pertanian, perikanan, dan pariwisata, serta Nikel. Karena itulah kekuatan utama negara kita.

Ditambah lagi banjir kiriman sampah" Baju TRIFTING yang marak di pasaran membuat pedagang baju lokal juga menjerit

Wah , begini sekarang industri tekstil Infonesia pak guru. Terima kasih pak guru informasi ini

Bpk Guru Gembul yth, kalau kita mau jujur, ini semua salah pemerintah yang tidak berani tegas membuat master plan percepatan kualitas industri nasional. Bapak tau tidak, sejak era kemerdekaan, orde baru sampai reformasi, pemerintah selalu secara konsisten melakukan "pembiaran pelemahan rupiah", dengan alasan memperkuat daya saing ekspor. Padahal konsep teori baby infant industry itu tidak boleh diberlakukan bertahun tahun, industri dalam negeri sudah harus memiliki daya saing nasional sejak 5 tahun peluncuran program baby infant industry. Dalam arti kualitas, daya saing, supply chain nya harus bisa rampung dalam 5 tahun pertama dan harus total lepas landas di tahun berikutnya paling lambat dalam 10 tahun. Namun karena keserakahan pengusaha dan oknum penguasa, maka terjadi lah kongkalikong untuk terus bermanja ria dengan pelemahan rupiah dan menekan upah minimum nasional. Bukannya memperkuat ketahanan industri nasional. Bapak tau tidak, industri sepatu kulit kita, itu kulit sapi, yang bagus diolah dan dieksport ke Italy, dan nanti pabrik sepatu nasional harus mengimport good quality leather hasil olahan Italy itu ke dalam negeri. Yang dijual di dalam negeri itu kulit sapi grade C bahkan sampah pabrik kulit, dan itu yang diolah menjadi krecek untuk bahan pangan. Makanya industri kita selalu tertinggal karena besarnya biaya impor bahan baku. Akibatnya upah buruh dikorbankan. Sementara kualitasnya tetap segitu segitu saja. Jangankan bicara economic of scale industry ala China, wong lulus German TUV Standar saja tidak. Saya tau banyak karena pernah kerja di pabrik baik di Indonesia maupun luar negeri, dan saya juga pernah ikut menyusun standar kompetensi profesional untuk salah satu industri sebagai salah satu asessor.

Tapi keperpihakan kita untuk produk garmen dengan "label" dalam negeri cukup bagus sih, masih kita lirik sebagai konsumen. Ini yang harus tetap dijaga sih, sebagai salah satu indikator. Kalau kita mempermudah pengusaha, bisa salah paham tentang oligarki. Kalau kita menekan upah produksi, bisa berbenturan dengan soal buruh. Impor barang bekas, di daerah penghasil garmen saja. Masih banyak pro kontra 😊 Rumit, kesadaran dan pemahaman harus dalam skala luas.

Mungkin saya termasuk yang sudah merasakan krisis terkait Textile ini.. saya buka jasa jahit konveksi skala rumahan.. sudah dari sebelum pandemi ada penurunan order jahitan.. puncaknya pandemi datang, dari yang sedikit tapi ada kerjaan terus.. hingga sekarang cuma ada orderan saat bertepatan dengan momen tertentu, menyambut ramadhan/lebaran.. qadarullah.. Tentu harapan kami para pelaku UMKM yang notabene modal pas-pasan, ada perhatian dan perbaikan dari pemerintah agar ke depannya bisa menjadi lebih baik.. Semangat Indonesia 💪💪

Bikin video tentang metode belajarnya pak guru dong, supaya bisa jadi bahan inspirasi dan evaluasi orang2 yg kesulitan belajar kayak saya🤔

Populasi penduduk di indonesia harus dikendalikan. Biar ga terlalu jadi beban. Populasi meningkat drastis. Perusahaan padat karya sdh ga relevan lg soalnya teknologi sdh makin maju.

mesin2 tekstile di china sudah mengunakan mesin digital..yang kecepatannya produksi lebih tinggi daripada mesin2 mekanik yang di indonesia, selain itu lebih hemat listrik. untuk pabrik2 di indonesia mau pindah ke digital biayanya terlalu tinggi. (kira2 sepuluh tahun lalu) untuk tenaga kerja di china dahulu lebih murah, tapi sekarang tenaga kerja di china sudah mahal makanya pabrik2 di china dipindah ke srilangka dan bangladesh. (kira2 3 tahun ini) untuk saat ini permintaan tekstile kembali lagi ke indonesia dikarena bangladesh dan srilangka standar kerjanya rendah, jadi kualitas kurang terjaga. namun china sekarang melirik ke vietnam karena etos kerjanya lebih baik daripada srilangka dan bangladesh. yang saya perhatikan saat ini itu, garmen china kenapa murah sekali, kuat dugaan china sudah mengunakan mesin jahit komputer otomatis, namun tidak terlihat di media. karena di nalar pasti bisa china membuat mesin garmen full otomatis dari motong pakai laser dan njahit pakai mesin cnc. sumber info saya: langsung dari general manager perusahaan tektile terbesar di indonesia

Suka banget kalau guru gembul bahas ekonomi

dari 6 tahun yll saya udh pernah sharing ke temen temen tentang industri garmen dan tekstil di Indonesia. 10-20 tahun ke depan industri ini tidak akan relevan lagi sama iklim bisnis di Indonesia, karna biaya produksi akan semakin mahal sedangkan pasar maunya harga murah. kesimpulan. Indonesia mau ga mau akan jadi negara maju. belajar kerja - belajar kerja - belajar kerja. semangatttt !!!!

Jadi inget kata Peter Thiel klo mau monopoli pasar kuasain tiap lininya biar dikelola secara mandiri dari mulai harvesting raw material, produksi, sampai supplynya. Perusahaan2 monopoli yaa kerjanya cenderung gitu, awalnya jelas pasti lebih susah karena cenderung minus dulu, tapi nanti pas neracanya dah positif bakal sustain lebih lama dan lebih stabil. Orang indo mikirnya satu atau dua langkah kedepan aja, sehingga raw materialnya impor dan mesin produksinya juga impor.

Sepertinya Sedang menurun Bisnisnya pak Guru, mantap Analisis dari Pak Guru👍🔥

Wah. Abis sholat jumat ada notif dari pak guru. Auto klik lah! 🤣🤣🤣

Mohon doanya agar saya bisa pindah negara,bukan karena saya tidak bangga menjadi warga Indonesia,tapi seperti pa guru bilang mengenai birokrasi Indonesia yang terburuk di Asia.. semoga doa saya bisa kesampean aminn

Thanks Pak Guru, pembahasannya lebih masuk akal daripada channel sebelah yg cuma menyalahkan import baju bekas atas tutupnya banyak pabrik tekstil. Guru Gembul bisa melihat dari segala sisi, mulai dari supply chain bahan baku, produktivitas tenaga kerja rendah, birokrasi pemerintah yg penuh pungli dan strategi marketing negara Tiongkok yg jauh lebih pakem

Saya baru 4 bulan ini buka rumah makan di dekat Pabrik Sritex di Jetis Sukoharjo, dan selama 4 bulan tersebut hingga saat ini masih berjuang hanya untuk bertahan, ternyata saya masuk kesana disaat yang kurang tepat... saya melihat memang pegawai Sritex yang berlalu lalang sudah jauh berkurang sedangkan warung2 yang buka disitu masih banyak sehingga persaingan makin berdarah-darah untuk mendapatkan konsumen...

Saya sempat kaget di dekat rumah, tiba2 muncul toko yang menjual baju branded dengan harga super murah. Setelah saya liat ternyata itu baju bekas. Sangat murah, 100Rb dapat 4 biji merk Adidas, Polo, Nike, dkk bebas milih dan ukuran beragam mulai dari paling kecil sampai XXL wow.... ini mungkin salah satu perusak tekstil di Indonesia. Pemerintah harusnya mengambil langkah proteksionis untuk melarang atau memberikan pajak tinggi untuk baju import apalagi baju bekas import. Jangan mau terlena dengan iming2 "free trade" dengan China, karena Indonesia itu pasti kalah dengan industri China. Tirulah China, mereka sangat proteksionis dengan usaha dalam negerinya.

Diperlukan jiwa nasionalisme dari pemerintah & rakyat utk bangkit dari industri textil ini. Walaupun sulit asal bersama2, sy yakin akan ada jalan keluar.

Ternyata banyak hal yg mengerikan yang sulit di atasi ya. Semoga lekas membaik negeri ku

Di kalangan Pelukis juga Produk2 China terkenal ,bagus murah ,kalau di Kita kain kanvas ,cat lukis ,kuas dll kebanyakan beli dari luar harganya tentu lebih tinggi,kalau di China semuanya pabrik sendiri semua alat2 Lukis ,jadi harga produknya jauh lebih murah,ini yg beberapa Tahun mempengaruhi penjualan2 Karya2 Lukis di Negara Kita ,ada Senior Saya yg dulunya punya galery sekarang tutup ,terpengaruh produk2 China.

Izin menambahkan pak guru, THR di banyak perusahaan tidaklah benar2 THR tapi potongan dari gaji tiap bulan yang dikumpulkan kemudian diberikan pas pembayaran THR, mirip nabung jadinya. Ada perubahan yg terus terang tentang hal ini ada jg yg gk.

Iya benar, saya dulu pernah dengar wawancara: - China dulu tertutup, emang targetnya menuhin kebutuhan dlm negeri dulu baru kalau udah kelar sisanya kirim keluar. - inves perusahan luar negeri di China pajak, bagi hasil, gaji pegawai gak apa murah2 asal kebutuhan baku perusahaan luar tsb harus dibuat dan diadakan didalm negeri (chn) tujuanya selain melatih sdm china jg melatih mandiri kelak biar bisa membuat bahan baku sendiri kalau mau bikin perusahaan yg sama.

Sebenarnya kita tidak kekurangan orang jujur pak guru, tapi kita kekurangan orang cerdas 🙏🏻

Birokrasi Indonesia sangat beruntung, yang penting kenyang sendiri goo 😋😂

Salary pekerja china sebetulnya tidak rendah2 amat, hanya memang dalam urusan jam kerja dan hari libur yg masih banyak pelanggaran, tp mungkin itu salah satu parameter yg menjadikan output nya bisa bersaing dari segi harga

Benar sekali pak guru gembul harusnya indonesia tidak persulit izin pabrik dan mebiayai pabrik tersebut masalah upah ya harus mensejahterakan raktat juga hasil perkebunan di tingkatkan dn cinta produk sendiri yg paling penting

Solusinya Tektil Indonesia fokus produksi barang berkualitas. Selain itu masyarakat di edukasi gaya hidup minimalis sedikit barang tapi berkualitas hindari membeli barang bekas dan barang berkualitas rendah.

Tdk hanya garmen...suami saya di bumn pun sedang ketar ketir, padahal pegawai tetap. Karyawan lagi dicari2 kesalahan, dibuat masalah katanya untuk mencapai target PHK. YA Allah....Lindungilah kel kami, sedang kami serba cukup bukan penerima bansos.

Saya pelaku usaha di bidang ini biarpun kecil2an ,teori soal ini dah pernah saya bahas sama teman2 seprofesi yang agak lumayan kritis pemikirannya soal produk negara itu ,kadang diketawain saat itu sama teman lain yang boleh dibilang rejeki dah ada yang ngatur dan akhirnya saya sudah malas ngebahas itu lagi makasih pak gugel beban pikiran saya selama ini tersampaikan

Thanks Pak Guru, pembahasan yg masuk akal, kita jd tau byk ttng permasalan di Indonesia ini, miris ya dengarnya, itu baru mslh tekstil belum lg yg produksi yg lainnya, gmn ya cara merobahnya,

Alhamdulillah bisnis borongan jahitan keluarga saya masih bisa bertahan meskipun 100% hasil jadinya untuk projek jahitan kiriman/dikirim dari singapura. Salam dari Batam🙏🤲

untuk pabrik yg produksi raw material akan terasa bgt dampakny, tapi untuk yg garmen produk jadi mungkin masih bisa bertahan, Ada yg masih menjadi nilai jual pabrik garmen kita guru , yaitu soal kualitas jahitan dan imagenya di pasar dunia. Klo di store nike / Adidas d luar maunya yang made in Indonesia.

Saya termasuk orang yang kena phk dari PT garment di tahun 2022 kemarin dan sekarang masih nganggur sambil terus berusaha untuk mendapat pekerjaan lagi. Mohon do'anya ya teman-teman, semoga saya bisa dapat segera kerja kembali🥺

Menarik sekali, yuk kita diskusi solusinya, apa yang bisa kita lakukan selaku konsumen maupun pengusaha garmen. 1. Usahakan semaksimal mungkin supply bahan dari lokal, kain yang diproduksi di Indonesia, mungkin kapasnya masih dari luar tapi diusahakan kain dari pabrik lokal atau banyak juga pengrajin kain tenun lokal 2. Upah layak dan fasilitas untuk pekerja garmen tidak apa-apa sih baik, jangan sampai menekan ke penjahit, kita tidak perlu ikutin cara China memperlakukan pekerjanya. 3. Made in Indonesia harus digalakan lebih luas, bukan hanya brandnya aja yang lokal, tapi produksinya, pabriknya, kalau bisa bahannya juga lokal. Banyak beredar produk Brand lokal tapi produksinya di China. Jadi Local Pride harus dikaji dan di sosialisasikan lagi. 4. Ketika ternyata produksi di Indonesia lebih mahal, ya sudah harga jual tidak apa apa lebih mahal, tapi yang kurang mampu gak bisa beli dong? Bisa, tapi beli lebih sedikit, biasa beli baju 100rb an, punya uang 500rb beli baju 5 tapi produksi luar. Kita ubah, uang 500rb beli 1-2 baju tapi produksi lokal. Ada lagi kah solusi dari teman” :) Terima ksih guru gembul sudah mengangkat isu ini, jdi bahan kita diskusi dan beraksi, mengambil peran untuk Indonesia

Mantap penjelasan guru gembul padat karya solusi terbaik dijaman Pak Harto

Dari studi 12 tahun lalu saya sudah sempat pikir, industri textile yg berbahan baku kapas itu tidak cocok untuk Indonesia karena keterbatasan atas penguasaan rantai pasokan bahan baku, dan menjadi dilema dimana industri textile termasuk industri yg menyerap banyak tenaga kerja. 😢

Pada akhirnya gak ada yg bisa nolong kita selain diri kita sendiri. Ada 2 ungkapan bertolak belakang yg saya suka "You'll never walk alone" Yaitu versi ideal dan juga karna saya pendukung liverpool dan versi realitas yaitu "You're fucking alone".

Slogan birokrasi Indonesia 'kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah' Pernah ikut seminar dengan pembicara dari China, Salah satu keunggulan industry mereka : bisa bikin apa aja, mau budget berapa aja pasti Di buatkan. Mau bikin kualitas yahud, bisa Mau bikin kualitas besok rusak , bisa 🙏

Akibat itu, merembet ke bidang usaha jasa sablon kaos, lalu ke penjahit, lalu ke penjual benang, cat sablon, penjual screen sablon, penjual plastik, karyawan usaha-usaha tersebut, tukang parkir usaha-usaha tsb, dan lain sebagainya. 😢

Majalengka, Jawa Barat sudah mulai banyak PHK di Bidang Tekstil dikarenakan memang orderannya juga berkurang. perlahan tapi pasti 2029 sepertinya adalah kiamat bagi industri tekstil di Indonesia.

Harusnya garmen lgsg jual ecer di marketplace saja.. karna kalau sudah masuk toko/pasar itu harga terlalu tinggi di getok pedagang..kadang hampir 3×lipat

Ini kritikan yang baru dan bagus 👍

Sedih sekali rasanya, di faktor yang ke 4/5, (13:06) seandainya benar. Di kepala ada banyak sekali ide berbisnis, perasaan menggebu-gebu untuk bisa buat perusahaan padat karya, berkontribusi positif di ekonomi pada banyak orang. Yaah.. sekarang baru setahun lulus sekolah, sambil bekerja, sambil berinvestasi skill&ilmu baru, mencoba merintis bareng teman jualan kerajinan tangan di market place.

Belum lagi soal keahlian, keterampilan, dan kecepatan tangan dari para buruh di China. Jauh lebih presisi dan kilat daripada buruh di Indonesia. Udah beda gaji, beda pula tingkat produktivitas, keok industri kita.

6:53 salfok di terpopuler nya 😂

Mantab pak guru, semoga didengar president dan ditindak lanjuti. Gk cuma didengar saja.