Disini keturunan india aman ekslusif hanya mau dg kelompok mereka aja bahkan mereka disini makan beef, yg katanya itu tempat bersemayam nya para dewa/i, saya geleng-geleng kepala sendiri nihh
katanya agamanya cinta perdamaian tapi di antara mereka melakukan praktek kasta yg sangat ekstrim,dimana rasa kemanusiaan mereka dikesampingkan demi kasta..
sangat wajar kalo jumlah mesjid mencapai 300rb an, walaupun penduduk muslim india hanya sekitar 14%an, namun perlu diingat bahwa jumlah penduduk india itu sekitar 1,4M...
Sama di Indonesia jg gorengan diaduk2 pake tangan, makanan yg dibungkus dr daun pisang jg diremet2 pake tangan, bdnya itu nampak didepan pembeli sdngkn di Indonesia kan di belakang waktu mengadoni bahan2nya
BRAHMANA, KSATRIA, WAISYA, DAN SUDRA ADALAH BAGIAN DARI CATUR WARNA, BUKAN KASTA Oleh : Ardhana Wijaya Saputra Dalam agama Hindu (kitab suci Veda) tidak dikenal istilah Kasta. Sering kali dalam buku sejarah yang dibaca ketika SD, SMP atau SMA sering menyebutkan bahwa dalam agama Hindu memiliki sistem Kasta. Sistem Kasta yang membeda-bedakan manusia satu dengan yang lain berdasarkan asal usul kelahiran. Miskonsepsi tentang pemahaman Kasta agama Hindu sering kali terjadi sehingga membuat orang Hindu ataupun masyarakat non-Hindu menganggapnya itu hal yang benar. Adanya Kasta dalam Agama Hindu dimulai sejak jamannya Max Muller. Max Muller menterjemahkan Catur Warna sama dengan kata Four cast yang artinya empat colour atau ras manusia. Di berbagai Kitab Hindu, Kasta itu tidak ada. Sebagai contoh, Karna yang merupakan anak kusir kereta, bisa menjadi Ksatria dan menjadi pemimpin daerah Anga (Raja Anga Karna). Rsi Narada yang merupakan anak pelayan juga bisa menjadi Brahmana. Di dalam masyarakat Hindu di kenal dengan adanya sistem Warna, yaitu suatu sistem pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi yang ditekuni, bakat dan keahlian yang dikuasai. Pada perkembangannya, sistem Warna dari agama Hindu ini sering diselewengkan oleh penguasa-penguasa feodal dan pengikut-pengikutnya untuk melanggengkan pengaruh politisnya dimasyarakat. Sistem Warna yang merupakan pengelompokan orang berdasarkan tugas dan kewajiban yang dijalankan di dalam kehidupan bermasyarakat berubah menjadi tingkatan-tingkatan yang membedakan derajat seseorang berdasarkan keturunan. Ide dasar dari sistem ini, yaitu pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi dan keahlian, sering atau bahkan terabaikan sama sekali. Tingkatan-tingkatan kelas inilah yang kemudian disebut dengan Kasta. Feodalisme dimasyarakat Hindu sendiri muncul dengan menyalah artikan konsep Catur Warna yang diungkapkan dalam Veda. Veda sama sekali tidak mengenal sistem Kasta dan tidak ada satu kalimat pun dalam Veda yang menulis kata Kasta. Catur Warna hanya didasarkan oleh kerja dan kualitas seseorang bukan berdasarkan kelahiran (keturunan) sebagaimana produk Kasta yang selama ini dilontarkan. Kasta ini berbeda dengan sistem Warna yang bersumber dari Veda, sistem Kasta yang sering tersamarkan dengan keberadaan sistem Warna ini, adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Portugis yang berarti tembok pemisah. Kasta itu berstruktur tinggi rendah (meninggikan dan merendahkan). Sistem Kasta manusia dibuat oleh kaum penjajah untuk mempraktekkan politik pemecah belah (Devide Et Impera). Di India Kasta mulai ada semenjak kedatangan Portugis (kerajaan Goa, India jatuh ke tangan Portugis tahun 1511). Kemudian setelah itu istilah Kasta mulai diperkenalkan di India dan dilanjutkan pada masa penjajahan Inggris. Sejak itu para misionaris masuk menyebarkan Kristen di India dengan pola mempelintirkan sistem "Warna" di India menjadi sistem Kasta. Sedangkan penerapan politik Devide Et Impera pada masa pendudukan Hindia-Belanda membuat sistem Kasta dalam masyarakat Hindu Bali menjadi semakin kuat dan bahkan menggeser pengertian sistem Warna yang asli. Kasta di Bali dimulai ketika Bali dipenuhi dengan kerajaan-kerajaan kecil dan Belanda datang mempraktekkan politik pemecah belah (Devide Et Impera), Kasta dibuat dengan nama yang diambil dari ajaran Hindu, Catur Warna. Lama-lama orang Bali pun bingung, yang mana Kasta dan yang mana ajaran Catur Warna. Kesalahan-kesalahan itu terus berkembang karena memang sengaja dibuat rancu oleh mereka yang terlanjur "berkasta tinggi". Pada masyarakat Hindu di Bali, terjadi polimik (pro dan kontra) dalam pemahaman Warna dan Kasta yang berkepanjangan. Padahal dalam Hindu (kitab suci Veda) tidak dikenal istilah Kasta. Dalam Hindu tidak dikenal istilah Kasta. Istilah yang termuat dalam kitab suci Veda adalah Warna. Yang dimaksud dengan Warna adalah Catur Warna, yakni pembagian masyarakat menurut Swadarma (profesi) masing-masing orang. Berdasarkan pekerjaan bukan keturunan. Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra adalah bagian dari Catur Warna, bukan Kasta. Ajaran Catur Warna dalam Hindu adalah menempatkan fungsi sosial seseorang dalam kehidupan di masyarakat. Orang boleh memilih fungsi apa saja sesuai dengan kemampuannya. Fungsi sosial ini bisa berubah-ubah. Pada awalnya semua akan lahir sebagai Sudra (lahir dari rahim ibu). Setelah memperoleh ilmu yang sesuai dengan minatnya, dia bisa meningkatkan diri sebagai pedagang, bekerja di pemerintahan, atau menjadi rohaniawan. Fungsi sosial ini tidak bisa diwariskan dan hanya melekat pada diri orang itu saja. Kalau orang tuanya Brahmana, anaknya bisa Sudra atau Ksatria atau Waisya. Begitu pula kalau orang tuanya Sudra, anaknya bisa saja Brahmana atau Ksatria atau Waisya. Begitu pula dengan Ksatria dan Waisya. Itulah ajaran Catur Warna dalam Hindu. Namun dalam penerapannya terjadi penyimpangan penafsiran menjadi sistem Kasta, yang jauh berbeda dengan konsep Catur Warna. Penyimpangan ajaran Catur Warna yang sangat suci ini sangat meracuni perkembangan agama Hindu dalam menuntun umat Hindu selanjutnya. Banyak kasus yang ditimbulkan akibat penyimpangan itu yang dampaknya benar-benar merusak citra agama Hindu sebagai agama sabda Tuhan. Kalau kita mau jujur dan terbuka, sistem Kasta yang tidak adil ini bukan hanya bertentangan dengan falsafah negara Pancasila dan undang-undang 1945, yaitu "Kemanusiaan yang adil dan beradab", tetapi sistem Kasta yang bukan merupakan sistem yang ada pada agama Hindu tentunya merupakan nista yang nantinya malah akan menodai nilai-nilai yang ada pada ajaran Hindu (kitab suci Veda). Kasta dalam Hindu merupakan kesalahpahaman berabad-abad. Walaupun didasari sebagai budaya salah kaprah, dan kekeliruan dalam penafsiran sistem Warna yang bersumber dari ajaran Veda, tetapi banyak pula yang berusaha untuk tetap melestarikan sistem Kasta ini. Dengan alasan melestarikan adat budaya dan agama, mereka mengungkapkan banyak alas-alasan sebagai pembenaran. "Kiranya perlu ditegaskan di sini bahwa kata "KASTA" tidaklah berasal dari bahasa Sanskerta (India) tetapi dari bahasa orang-orang Portugis "Casta" yang diambil dari bahasa latin "Castus". Yang ada sebenarnya dalam bahasa masyarakat Hindu menentukan golongan dalam masyarakat ialah kata "WARNA" yang berarti memilih dimana setiap orang berhak memilih lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Dan lapangan pekerjaan inilah oleh masyarakat ditentukan apakah ia termasuk golongan Brahmana atau Ksatria atau Waisya ataukah Sudra". Jadi pembagian Catur Warna (Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra) itu tidaklah dimaksud untuk menentukan tinggi rendah derajatnya tetapi menurut kepentingan, fungsi dan kesanggupan golongan itu masing-masing. Pembagian ini sebenarnya tidak dimaksud mengagung-agungkan Brahmana atau merendahkan derajat Sudra. Hal ini hanya merupakan simbul belaka. Berdasarkan pekerjaan bukan kelahiran (keturunan). Menurut pandangan Hindu sesungguhnya semua umat manusia sama dihadapan Tuhan. Semua umat manusia bersaudara dalam kesetaraan (Vasudaiva Kutumbakam). Keturunan juga bisa menjadi kebanggaan seseorang. Namun kebanggaan yang berlebihan akan menimbulkan keangkuhan. Kesombongan akan keturunan sehingga akan merasa lebih tinggi dari orang lain. Orang yang mengagung-agungkan keturunan atau kebangsawanan sangatlah tidak baik, apalagi menganggap orang lain lebih rendah. Agama Hindu mengajarkan agar setiap orang saling menghormati dan saling menghargai sesama makhluk ciptaan Tuhan sesuai dengan konsep Tat Twam Asi dan Vasudaiva Kutumbakam. Tuhan menilai seseorang bukan karena keturunan yang dinilai adalah Dharma bhakti dan yajñanya. Demikian pula yang terpenting adalah memiliki etika moral yang tinggi. Satyam Eva Jayate. Dharma Raksati Raksitah. OM Shanti.
@@ヅ2024 😁😁😁🤣 Alhamdulillah... kita biar di Kata Anak Kampung tp masih bisa menjaga kebersihan,temen2ku yg indiA pada Heran klau maen k' kampungku merasa Nyaman Malah pengen punya istri Orang Jawa katanya,tp saya Ledekin tak Suruh Mandi dan Jngan Suka NgiNang 😁🤣😁🤭
Di India bebas bangun mesjid dan org Hindu di sana tidak masalah dengar suara adzan yg keras selama 5 kali. Beda dengan wakanda orangnya paling suka menilai negara orang di sana bangun gereja aja di persulit. Ibadah di ruko bahkan di rumah di grebek katanya gak ada izinya 😂emang wakanda negara lebih arab daripada arab.
Orang yg membangun tempat ibadah maka.. disitu ada cuan tiap minggu.. ada sumbangan tiap saat. Dan lebih parahnya semua itu dijadikan businis.. pahala hanya iming2..
dibalik vegetarisme mereka yang saling melindungi mencintai dan tidak melukai apalagi membunuh sesama makhluk hidup, tetapi tidak berlaku bagi mereka yang selalu menindas minoritas muslim di negaranya (india).
Ooo pantesan sedari dulu bersliweran wira wiri mendengar kata 'uttarpradesh'.. Gak di berita tvri, tv tv swasta, gak di radio, di internet jg.. srg bgt menjumpai kata itu. Uttarpradesh lg..uttarpradesh lg.. Begitu ANDALAN dan MEMPESS..ONNA..nya, sampe bikin bosan😊, dulu mlh gua kira india cm punya satu propinsi itu 😝
India negara yg melarang warganya membunuh/konsumsi daging sapi tp justru india pengekspor 84.955 ton daging sapi ke indonesia terbesar ke dua setelah australia. Melindungi sapi tp menjual dagingnya😅😅
Islam berkembang pesat karena tidak mengenal kasta......semua sama di mata Tuhan....kecuali iman dan taqwanya....! Mayoritas Hindu mulai khawatir.....segala cara dilakukan untuk menekan Islam supaya tidak bisa berkembang......!
India diperkirakan 10 tahun ke depan akan menjadi negara dg jumlah Muslim terbesar di dunia menyalip Indonesia karena pertumbuhan penduduk India lebih cepat dari Indonesia
Adalah bagaimana menyikapi kekerasan sseeorang hindu India yang sudah di luar kendali akal sehat, apakah alal sehat? Akal sehat adalah bertindak dengan hati dan berbcara melalui hati ke hati.
Kita memakan tumbuhanpun itu sama saja membunuh pepohonan dan semak belukar.. tak akan ada manusia yg mampu menghindar dari dosa dan kesalahan yg dimaklumi.. 😂😅
Di India ini misal nya penjual Pani Puri pake sendok pake plastik tangan malah kurang laku dari pada yg jualan nya bar bar langsung make tangan ngaduk ini itu 😂
Tapi sama aja donk mereka nggak menjaga perdamaian makhluk hidup,karena mencabut dan memakan hasil tumbuhan ,kan tumbuhan juga makhluk hidup, dasar kocak