Masjid Gedhe adalah salah satu Masjid inti Kasultanan (Masjid Keprabon) selain Masjid Gedhe Mataram di Kotagede, Masjid Panepen di dekat kediaman Sultan, Masjid Suronatan di Rotowijayan dan Masjid Keputren. Pada masa awal Kasultanan, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Gedhe juga merupakan tempat untuk menyelesaikan masalah perdata terkait hukum Islam. Penyelesaian masalah ini dilakukan di serambi masjid yang disebut dengan Al Mahkamah Al Kabirah yang dipimpin oleh penghulu keraton. Hingga saat ini, Masjid Gedhe selalu digunakan sebagai tempat pertemuan para alim ulama, pengajian dakwah islamiyah, kegiatan kemanusiaan dan peringatan hari besar Islam berbasis budaya keraton seperti Hajad Dalem Garebeg dan Sekaten.
....
The Grand Mosque was is of the main Kasultanan mosques (Keprabon mosques) beside the Mataram Grand Mosque in Kotagede, Panepen Mosque near the Sultan’s residence, Suronatan mosque in Rotowijayan, and and Keputren mosque. During the early reign of Kasultanan, the Grand Mosque also served the functions of settling civil problems according to the Islamic laws. The settlement was done in the mosque’s porch, and was also known as Al Mahkamah Al Kabirah. This was led by the keraton priest (penghulu). Until today, the Grand Mosque has always been used as the meeting point of religious leaders and scholars, center for Islamic teachings and koranic studies, charitable activities, and celebration of Islamic feasts with keraton culture, like Hajad Dalem Garebeg and Sekaten.
__________
Photo: Tepas Tandha Yekti
Source:
KRT. Rintaiswara
Dewan Takmir Masjid Gedhe. Tanpa tahun. Booklet Profil Masjid Gedhe. Yogyakarta: Dewan Takmir Masjid Gedhe
2 июн 2018