Assalamua'laikum ww barokalloh fiik pak Gus AM. Dalil brikut ini adlh sebag dari dalil akhirat, yakni asy syuro 20, barangsiapa berkehendak ahirat akn dpat, brangsiapa brkhendak dunia, ahirat takan dapat, dunianyapunn setengahnya,,atau sebagiannya, makna sebagiannya ini terutama adalh kekurangan rasa tenang untuk nasib setelh wafat, lalu, al.baqarah 4, bil akhiroti hum yuqinun, yg yaqin akhirat, lalu albaqarah, wastainu bishhabr washolat, ....ila a'lal khosyi'in, yaitu : yg yakin akn kembali padaNya dan bertemu, dan doa minta kebaikan dunia akhirat dan dalil2 lainnya. Ini cukup untuk menyebut harus ada terlintas di bpikiran keinginan akhirat, apakh mngharap wajahNya, pahala surga, ridha diterima dirahmati ditolong kelak, bukan hanya ingin diridhoi di dunia, yakni yng tak terlintas akhirat di pikiranya ketika solat, namun ktika bucara akhirat adlh tentunya trlintas. Seandainya ada yg hanya terlintas akhirat ktika dalam bicara untuk mngharap wajah, tapi tak terlintas dlam solat, teorinya adalh takut bida'ah, inilah prtanyaannya : apakah kita berani mngatakn bhwa Rasul saw, dll itu tak mngharap akhirat ketika mngharap ridho, alias beranikah menyebut bhwa Rasul saw, para sahabat, tabi'in, tabiu't tabi'in _ sampai imam yg tiga itu adlh salaf, dan ulama kholaf itu, trmasuk imam Ahmad bin Hanbal rahimahulloh, dst, ktika ingin ridho itu,samasekali tak terlintas gambaran akhirat surga?, ini harus dilatih, dibina sejak 7_11, atau sejak tobat dan sadar, berapun umurnya. Tentunya bahwa niyat sebagai rukun atau syarat syah solat itu, selain masuk waktu,suci dan mnghadap kiblat itu, adlh dipahami smua kaum dewasa baligh mukalaf, bahkn yg tamyiz, yaitu mutlak HARUS ADA DI PIKIRAN, lalu apakah saudara2 nya tak boleh berlatih meniyatkan, melatih berniyat yg lurus, dengan menyengajakan,s MERUPAKAN KEINGINAN YG SPONTAN HADIR DI PIKIRAN? ADANYA KEMAUAN TSB ADLH TENTUNYA MNUNJUKAN SUATU HAL YG MEMANG DIKEHENDAKINYA, KECUALI MEMBOHONGI SENDIRI, YGAN KE ORANG LAIN BAHWA DIRINYA TELAH INGIN AKHIRAT, JIKALAU HANYA BERKELIARAN DI RUHANIYAHNYA JIWA NURANI BATIN QALBU FUAD QULUBUYYUQILUN PIKIRANNYA__BUKAN DI SYU'URUN PERASAANYA, MAKA BUAT APA JIKALAU PURA2, ALIAS TAK MUNGKIN, TOKH TAK ADA YG TAHU, ALHASIL, INI MEMANG HANYA URUSANNYA DENGAN ALLAH AZZA WA JALLA. Kmudian ada pertanyaa awam, dari youtuber __terkenal.international__ di facebooknya yg lama sebelum terkenalnya, seandainya lillah, tapi berharap pahala, surga, ridho yg ujungnya tentunya adlh mutlak juga ingin ke surga, dll, maka kenapa tetap berpamrih, mungkin, maksudnya adlh ktika mnolong, dsb, yg tentunya termasuk dlam.ibadah mahdhoh, jikalau ikhlas, tapi knapa ingin pamrih, mumet aku katanya. Nah, ini adlh alpanya kepahaman ttg pahala, pamrih selamat di akhirat, pamrih bahagia akhirat, dsb, bahwa bukan bermakna tak murni mnolong, ibadah, dsb, namun, " dengan kehendak jujur di kalbu nuraninya bahwa semata2 murni mnolong itu, sekaligus sebagai sunatullah sifat rasa iba, dan sekaligus sebagai taat printahNya, tak berharap pamrih, dari selainNya, imbalan duniawinya, termasuk, tak berharap direspon, dikomentari, dinilai apresiasi,dsb, yakni riya_ kendati betul2 tak berharap dipuji__, alhasil, pamrih pahala, dsb itu adalah tak termasuk pamrih yg disamakan dngan pamrih pada selainNya, yg justru pengertian duniawi inilah yg hanya diterapkan pada semua kontex amalannya"". Kmudian, lebih mencermati ihwal riya ini, ada dalil bahwa sombong itu adlh tak mau mnrima kebenaran dan merendahkn.yg lain, nah, kndati ihwal mrendahkn ini adalah sunatullah, yakni maknanya adlh tak ada yg mau direndahkn, namun tetap dibatasi dalil sangat haramnya syirik asghar riya, alhasil, ingin dihargai tsb, adlh sebatas " disadari bahwa smua jin manusua adlh tak mau dihina" dan ditekankan, bahwa " hanya ingin dihargai, sbagai sunatullah", jikapun ada terlintas kata2 , kapankah, diserahkan padaNya, dsb, maka esensinya adlh" meminta", dan ini adlh trmasuk, bertujuan riya_ ingin dihargai yg dijadikan tujuan dlam amal, bukan hanya sebatas kesadaran bahwa " hanya sebatas ngin dihargai, dan tak diletakkan pada tujuan amal2nya". Juga terkait hal.ini adlh dalil yg masuk surga tanpa amal, dan dalil pahala niyat., yakni sbb : tak hanya disebut berkehendak akhirat, namun hanya satukali pun solat, adlh trmasuk disebut iman dlam makna islam iman ihsan, , seandainya kedepannya tak prnah lagi niyat ahirat dlam solatnya, maka yg ssatu kali itu, adlh, minimal, yakni semakna dengan tahlil klimah tauhidl yg memberati memenuhi Mizan, dsb, juga trmasuk yg tak jadi solatnya namun betul2 tlah bergerak qalbunya, itiqad yg bulat yg pasti dilakukan, dan gagalnya karna sendiri ataupun dari luar, sakit, dsb, namun, jika usianya masih ada, tak mungkin hanya ber itiqad, minimal adlh dibarengi amalan nyatanya yakni solat yg takut neraka ataupun ingin surga, minimal satukali seumur hidup, inilah disebut tahlil kalimat tauhid, ataupun yg keburu wafat, dan hanya sempat ber itiqad, yg diketahuiNya, bukan sebatas remang2, tapi betul2 takut netaka, ataupun yg syahid dunia, adapun alhasil, n yg ke surga tanpa amal, adlh yg tak sempat solat, tapi betul2 tobat takut neraka, dimana akankah yg betul2 tobat takut nraka itu, samaskali takkan solat?, tentunya mutlak diketahuiNya, dan qadarullohnya, dia diwafatkn sebelum sempat solat, dan kndati minimal, maka diampuni sgala dosanya dan ada yg langsung ke sorga, ataupun dibersihkn dulu, trgantung derajat dosanya dalam menzholimi sesama, zholim pda dirinya, mnolong, dsb., dan ini.jika ingin dihubungkn dngn pahala niyat yg berlipat, maka.bisa trmasuk, kndati tak langsung, dikarnakn dia itu, tak hendak beramal solat secara sadar. Adapun, yg pahala niyat , yg akan brlipat itu, dan kamil sempurna, jikallau jadi dilakukan,, adalh yg tlah bergerak kalbu jiwa ruhaninya_ berniyat dalam arti bertujuan" untuk solat," dimana dalam pelasannaanya solatnya sendiri adalah ada lagi niyat, yakni sbagai rukun dan syarat syah solat__namun tak jadi, apakah dibatalkn dirinya sendiri ataupun faktor luar, namun tetap berpahala senilai satu kebaikan. Alhasil untuk niyat akhirat dlm solat itu, juga trkait unsur diluar amalan niyat solat tsb, yg terus2an kalah oleh setan, dan betul2 terasa sangat berat malas, dan terbiasa diperturutkn, misalnya tak mnundukan pandangan, tak mau tolabul.imi yg dalilnya unzhur maa qola, wala tanzhur man qola, lihat isinya, bukan orang yg mngatakannya,dsb, inilah hakikat penentu mujahadah, jihaddunnafs, yakni lulus menjawab ujian yg datang dariNya, sekedar ibrah, berikut ini yg penulis niyatnya adlh bismillah astaghfirullah, yakni basmallah agar tak trputus dan.hakikatnya jikalau tak disadari muncul mendadak ada unsur riyanya, kendati dalam.hal ini, betul2 sekarang tak terasa,__juga saat sekarang dalam mngatakn "tak terasa ini" __namun tetap niyatkan bismillah astaghfirullah, yakni untuk sodaqah mnyenangkn orang, kndati tak disenangi, namun di kitanya mutlak ada keinginan tsb, walau setitik, kedua untuk ibrah taawun, bukan mnolong langsung ,tapi hanya lewat contoh, , insya Allah, ibrah ini, sbb : pnulispun beberapa tahun tak paham asy Syuro 20, dan sempat mnulis diketik, skarangpun ada arsipnya, dan dikirim dua atau tiga, ada yg langsung dan mungkin yg kesasar, tak disampaikn, insya Allah yg langsung adlh maslahat, kendati ktika bertemu langsung dan bicara sebentar, adlh tak dibicarakn, tapi nampaknya ada yg beda, dan memang faktanya dlm kesehariannyapun berubah, entahlah jikalau faktor lainnya, kendati ada negatifnya, yakni berubah dlam segi dawahnya, namun bagi sendirinya adlah tentunya insya Allah sangat maslahat, yg tentunya tetap harus terus jihaddunnafs agar lebih naik lagi taqwanya dan dapat balligho ani walau ayat, qullil haqqo walau kaan maaron, sampaikn walau pahit, dsb. Yg diketik itu, adlh ttg niyat, dsb, dan kiasan2nya yg dasarnya adlh asy Syuro 20, dsb, yg mahabbah, gugur kwajibn, dst, implisitnya adalah mnunggu datangnya sendiri niyat akhirat, lalu beberapa lama setlahnya, lupa apakh beberapa bulan,, apakh dalam setahun ataukh ,dua thun.lebih, dst, pnulis, yg insya Allah adlh taufik, datang sendiri kemauan meniyatkn pahala akhirat, untuk mnjawab asy syuro 20, tsb, dan ini sembari mujahadahl yg sungguh2 sangat berat malas dlam aspek2 lainnya, terkadang kalah mnunda, dan ada beberapa hal yg kendati lewat mujahadah sangat berat malas, namun ternyata hasilnya lain dari harapan, namun bukan bermakna mujahadahnya keliru, ,. Juga sebelumnyapun, ktika sebelum mngetik itu, adalh banyak mujahadah dalam banyak hal,, dan setelah datangnya taufik.meniyatkn akhiratpun, , sampai bebrapa tahun, kranglebih mungkin spuluhtahunan atau sebelumnya limatahunan, pnulis diuji dngan pertanyaan dalil, , yg intinya jangan sampaikn jika dirisendiri blum dapat berlaku dmikian, khususnya scara umum dlm jihaddunnafs, dan yg masih terasa berat adlh dalam mnundukkan.pandangan, karna sudah terbiasa, kendati tak ada maksud syahwat. Halangannya, selain terbiasa, adlh dianggap aneh, tak disukai lawan jenis atau yg tak sepaham, dimana hal mnundukan pandangan ini sebenarnya, ktika sebelum mngetik yg dikirim2 kan tsb pun, pernah dijalankan pnulis, dan gagal, karna faktor luar dan dalam, apakh dominan fktor luar, ataukh seimbang, seingat pnulus, adlh lebih banyak faktor luar, takut anggapan orang, ingin dinilai sbagaimana yg umum,dsb. Alhasil, bukan hanya khusus dlam ihwal meniyatkn akhirat, mungkin ada ujian2 lainnya untuk menaikan kelas taqwa. Kmudian pula ttg yg mohon ampun dari riya, apakh bedanya dngan yg otomatis tanpa doa ternyata di akhirat ,dosa riyanya smuanya diampuni, ataupun dikurangi, berbeda dngan syirik, yg tak tobat seblum wafat yg takkan diampuni,jika sampai mlihat malaikat pncabut nyawa barulah tobat, dimana riya ini, kndati tak sempat tobat, adalh bisa diampuni ataupun dikurangi.berbeda dngan syirik, yg tak tobat seblum wafat yg takkan diampuni,jika sampai mlihat malaikat pncabut nyawa barulah tobat, dimana riya ini, kndati tak sempat tobat, adalh bisa diampuni ataupun dikurangi.
Barokalloh fiik ust. Dr. Aam A, msc, assalamua'laikum ww, barokalloh fiik pa Gus AM, ini mnunjukkan maqom dari sosok dibaliknya, yg ktika diterawangi mantiq logika eschatological, adalh maqom meta parapsikis ___ yg tak mennapak di alam kasunyatan kasar scara semantik leksikal umumnya, yg justru dalam esensi maknanya adalah ilmu hakikat realitas itu sendiri, ___yakni meskipun ilmul yaqin, namun teorinya adalh takkan berupa kehaqulyakinan, manakala maqomnya tak mengawangi angkasa, mengusung metafisika emanasi yg tak "tidak berpenyebab itu" .subhanalloh, masya Alloh, alhamdulillah, dst welldone superb pak Gus AM . Adapun tentang pelita itu, yang adalah kiasan, dimana hanya diketahui cahayaNya, mohon maaf, kalo boleh saya nambahin, seyogyanya hanya dipikirkan terbersit selintas2 saja, dikhawatirkan ada talbis iblis ke arah mujasimah. Saya tadinya hanya mau mengirim komen berikut ini : ttg. Niyat sholat, yg telah dikirim di ctm episide " yg tak brd0sa tak masuk nraka". Menyambung tentang pelita, terdapat dua makna, yakni yg memang redaksinyapun mutasyabihat ttg kiasan atas alamraya, alias bukan senyatanya alamraya, yg kedua adalah jikalau dilihat kaitan ayat sebelum dan sesudahnya, yakni ttg hidayah, dimana seandainya dilihat sekilas, kenapakah tiba2 dimuat ayat ttg alamraya, namun, tak mengapa, jikapun mengambil makna pertama, dalammana tentunya mengacu bil ayat, bil hadits, inti2 nya, salaf tiga generasi awal, kholaf, dst. Makna pertama inipun, ada dua versi tamsil, satunya adlh kiasan Dzat_Nya sebagai sumber Nur_Nya, sepertti kata Gus AM, yg hanya berupa pemahaman kiasan saja, kemudian, hanya kiasan dari makhluqNya_sarana_alat, yg membuat cahaya Nur_Nya itu dapat menyebar. Intinya adalah seyogyanya tak fokus pada pelita tsb, namun hanya pada Nur_Nya. Hal lainnya yg terkait hologram, metaverse, augmented virtual, virtual reality,ruang waktu, energi,materi ,informasi_ilmu berdasar hitungan2 kuantum algoritma, observasi teleskop dsb. , sekilas dicermati dari sudut eschatologi keakhiratan, adalh sbb. : timbulnya ilmu2 tsb, tlah diaturNya muncul seiring pemahaman_pendalaman keigintahuan ,dsb atas ayat2 ttg " senda gurau. permainan, fana, berteduh di perjalanan,jembatan,setitik air di lautan, dsb", dimana tak sedemikian rupa di periode sebelumnya, maka inilah jawaban aktualnya, yg menguatkan aqidah tauhid, dengan hakikat realita hidup ini, yakni, " hanya" berupa sinyal listrik ke benak,dari semua pusat indera, alias tak serumit dahsyatnya big bang,bug crunch, dst., alhasil, manakala naik Apollo, space shuttle, dll, adalah jika divirtualkan, direkam, cctv, di "metavercekan"dsb, maka hakikatnya, yg nampak di virtual reality bioskop, hologram,rekaman digital_pita tsb, adlh sosok2 yg diam di tempat, hanya bergerak seperlunya, alhasil, hakikatnyatanya_ilmiah haqqulyaqin, adlh tak menginjak lantai Apollo, bulan, melayang, dst, demikian juga, smua rasa kelezatan, suara, dll. Namun, tentunya, dikarnakan tlah diciptakan dengan panca indera tsb, maka hidup itulah yg kita jalani, kendati telah ada metaverse, uang krypto,dsb, yg memang tercampur dngan dunia nyata. Alhasil, adlh tak menafikan semua ayat ttg. penciptaan, dst. Tambahan lainnya, di luar itu, adalah ttg ridhoNya, yg ada dua ; ridho dunia dan ridho akhirat, jika hanya bertujuan ridho dunia, berdasar inti Qura'n Sunnah, maka ridho akhiratnya tak diberi, yakni yg minimal diujung hayat, seperti yg syahid dunia. Ada pemahaman kurang lurus, yg harus "di saling tawashaubilhaq_ kan", saling taa'wun, baligho ani walau ayat,dsb, yakni bahwa cintaNya, itu adalh sudah " pol"_ sudah maksimal, , tentunya ini benar, namun cintaNya itu takkan diberi jikalau tak " niyat akhirat" bertujuan ingin kebaikan dunia akhirat, dimana didalam."kebaikan" tsb adlh tlah termasuk bahagia duniawi, yg didasari ketenangan bahwa " telah sedang menempuh jalan lurus". Insya Allah.
Sono pisan pingin kaya dlu bisa ketemu tausiah pak Aam di mesjid tras karena corona di kasih cobaan dri Alloh kita harus byk berdoa , tawadu, dan berzikir di rumah aja 🙏
Hatur nuhun pak ustadz pencerahan nana..anu sakitu mundelna ..mugia pak ustadz di sehatkeun teras..supados tiasa masihan nasehat teras ka jamaahna..Aamiin..
Assalamu'alaikum ww, barokalloh fiik pak Gus AM. Unzhur maa qoola, walaa tanzhur man qola, lihat apayg dikatakan, jangan dilihat dari siapa, juga tawashaubilhag, ballighu ani walau ayat , qulli haqqo walau kaan murron, sampaikan walau pahit. Komentar ini di paling bawah, telah tercampur sebagai konten blog. Sungguh bagus kajiannya ttg taqdir di lima episode ini, dimana dapat diterapkan dalam kehidupan yg khusus dilihat dari sudut jin dan manusia. Saya hanya menambahkan satu ihwal kebenaran, yakni "sudut integralitas kekaffahannya", dimana berdalil dengan asma ul husna, dll, yakni " tak terikat waktu", dan perspektif ini, tak selalu dapat diberpllakukan praktis keseharian seperti kajian Gus. Namun harus diusahakn dapat tertanam di jiwa, dimana hal ini terkait dngan nasib keakhiratan. Ihwal ini adlh, pertama : menyangkut maha mengetahui, dll, alias pada saat menentukan qadha harian, dst, mutlaq wajib dipahamkan bahwa Dia tlah mengetahuinya, bahkan Dia lah yg mengaturnya, alhasil, kiasannya seperti : ini Aku tetapkan qadha harianmu/per menit mu,dst, namun sesungguhnya semua qadha buat segala hal ini tlah tertulis di Lauh mahdudz, yg takkan berubah, yakni dari sudutKu sbagai Penciptanya, yg berbeda dengan makhlukKu, dalam segalanya, yakni tak perlu waktu, proses,dst. Ihwal kedua adalah ttg ayat ; dunia ini permainan, sendagurau, hina, dsb, yg mana hal ini jika dibandingkn dngan akhirat, dan tentunya justru, untuk bekal hidup hakiki itu, diharuskn tak main2. Untuk ini, diilustrasikn ada dua butir langkah khidupan, yg di keduanya dikosongkan dari ihwal ikhtiar yg umum seperti yg di kajian Gus, , kemudian ihwal ikhtiarnya itu diganti dengan ikhtiar yg serius dan yg main2 lalu, yg A adalah yg dianggap "bukan sendagurau/ sama dengan kehidupan akhirat, serius"" yakni yg "tanpa menyertakan kemahatahuanNya sebelumnya atas penentuan qadha/hasil operasi bilangan di layar," , yg A ini, kendati disebut serius, adalah bukan makna hakikinya, dikarnakan justru menjadikan keseriusan itu sebagai segalanya/hubuddunya__kendati tentunya adalah tak menyamaiNya/ bukan musyrik __, lalu terkadang ada jargon, " takkan terulang lagi, keburu wafat, hidup hanya sekali, dsb", padahal di surga itu, segala apapun yg dikehendaki akan didapat, Fushilat 31, dan asy Syuro 22, QAF 35, dll namun tentunya bukan bermakna buruk jikalau punya passion, impian2, dsb, yakni roja harapan. Dan adapun yg B, adalah yg menyertakan sifat maha mengetahui, maha kuasa,dsb, ini disebut " sendagurau", namun hal sendagurau ini adlh dlam hal perbandingan dngan akhirat, dan justru, akan lebih serius mengejar akhirat, ketimbang yg menganggap dunia sbagai segalanya, dimana kebalikannya, kehidupan akhirat itulah yg bukan permainan, bukan hina tapi mulia. Alhasil, hal sendagurau ini, dikarnakn telah komplit dengan sgala sifat asma ul husnaNya, sebagai sifat dari Pencipta tempat dan waktu yg berupa sendagurau ini, maka ini menunjukkan bahwa dunia ini hanya permainan, hina, dsb, dibandingkan dengan akhirat, dikarnakan seolah2 wayang boneka, yg mana tak perlu serius/ dikiaskan sendagurau, karna tokh kesemuanya telah ditentukan, dari mulai mengedip, biji yg bakal tumbuh didalam tanah, semua yg basah dan yg kering,sehelai daun jatuh,dst, yg kesemuanya tak berhingga tak terhitung jumlahnya dimana bukan hanya diketahui, tentunya hanya Dia lah sebagai Pengaturnya. Kemudian, tentunya, dalam kesehariannya, pemahaman kyakinan pada taqdir ini, tak selalu rinci ada di benak, karna seyogyanya semenjak tamyiz baligh mukallaf, adalah telah koheren dilatih diriyadhohkan menjadi melekat dalam jiwa/qullubuyyuqilun/akal kalbu, adapun yg praktis kesehariannya adlh seperti yg di kajian Gus, namun, tatkala tafakur, merenung sesaat walau sdang sibuk, dsb, hal pemahaman ini bisa dipikirkn, dan sekaligus, sambil ikhlas menerima qadar qadhaNya. Dalam hal sifat "tak terikat waktu", dll, maka ihwal alam penciptaan segenap kehidupan ini pun,_boleh juga disebut alam ruh, ataupun alam ruh itupun, adalah pengejawantahan dari alam penciptaan__ adalah seperti hanya setitik peristiwa/ kejadian, dimana disebut " setitik" ,adalh untuk dipahami oleh makhluk. Lalu, berdasar titik penciptaan dan sekaligus dalam titik tsb adalah terdapat tindakan para makhluk yg dimerdekakan untuk memilih, yg mana terjadi kedholiman2, seperti kiasannya dalam rasa sakit mencubit dirisendiri, yg juga dirasakan sama oleh korbannya, dalam mana iblis telah dholim yg tak termaafkan, lalu, kendati langkah kemerdekaan bertindak itu langsung disetopNya, sesuai sifat maha pengasihNya dll, namun peristiwa satu titik itu, adalah telah terjadi, dan Dia adalah mahaberkehendak untuk tak menghapusnya, salahsatu dalilnya : ar Ra'd 39, lalu berdasar titik ini__al qadar/ ukuran, diciptakanlah alamsemesta yg berumur 13,7 milyar tahun ini, berikut Adam as. turun dari surga, dst sampai kiamat, yg disebut qadha_ ketetapan, yg di Lauh mahfudz, dimana kesemuanya adalah telah paling teramat sempurna, biologis makhluk hidup, alam raya mengembang dan mampat, siklus di bumi, poros sumbu bumi, dsb, di sinilah juga, mutlak disertakan rasa khauf takut pada Yang maha pencipta, dsb, ,yg kiasannya walau tak berhingga ketakberbandingannya,namun semata2 untuk mengandaikan, yakni, misalnya hewan qurban ataupun binatang berbahaya, nyamuk, dsb, adalh tak bisa protes ktika mau dipotong. Namun, juga, selain khauf, juga ada roja harapan, berdasar segenap asma ul husna, maha pengampun, pengasih, maha adil,dst. Alhasil, dilihat dari sudutNya, ilmuNya, afa'lNya, mukholafatu berbeda dengan makhluk_ tak terikat waktu/ tak perlu proses dsb, , qadha itu takkan berubah, lalu ar Ra'd 11, ttg takkan mngubah nasib_keadaan, adalah sebagai sunatullah qadar ukuran/ software algoritma. Juga, intermezo, ada kalkulator yg berfitur acak lagu, yg hanya tekan satu tombol, lalu kita tak tahu lagu yg akan keluar, itulah " "penyertaan sifat maha mengetahuiNya,maha kuasaNya,dalam terjadinya qadha dari sudut makhluk, yg Gus kemukakan", alias hanya Dia lah yg tahu, lagu mana yg akan keluar,/qadha di lauhmahfudz, selain juga dari sudut makhluk adalah Dia lah yg menetapkan qadha yg dihasilkan oleh ikhtiar penekanan tombol untuk mengoprasikn bilangan, dan juga, artinya bahwa dalam kalkulator plus ini, adalah berfiturkan software chip ttg segenap yg belum terjadi, yakni fitur acak lagu. Alhasil, kembali ke topik, bahwa yaqin pda taqdir ini, terkait dengan ayat asy Syuro 27,28,29, juga hadits yg senada, yaitu ttg, tak cukup satu lembah emas, namun dua dan tiga, kecuali terhenti tatkala tanah memenuhi mulutnya, namun ini adalah sifat dasar, keinginan manusiawi, yg tentunya dibarengi infaq,dsb. Juga sama, asy Syuro, 27, : jika diberi keluasan harta, akan melampaui batas. Ini juga sifat dasar, dan hanya pengandaian, dikarnakan di teks berikutnya kuranglebih disebut, telah diatur pemberiannya., alhasil, sifat dasar tsb, melekat manusiawi, sebagai ikhtiar pada umumnya, dimana, ada yg terkadang sukses dan tidak, pula jikalau orientasinya untuk niyat akhirat, manfaat yg pertama adalh akan lebih ikhlas menerima, yg kedua adalh akan lebih sedikit kedholiman, ingin lebih untung,dsb, tapi lebih banyak saling bantu,dsb, semisal dalam resesi global, dsb. Asy syuro 27,28,29 ini kontexnya adlh ttg pertolonganNya, yakni kmudian, di ayat 28, ttg, makhluk melata,di langit__ bukan alien, karna alien ini adlh jin__, adalh jentik larva yg masih kecil milimicron, yg dlm 25 °C, menguap ikut terbawa gas, dan masih hidup, lalu di ayat 29, jika dikehendaki sbagai anugerah, maka dipersatukan dngan turun hujan. Alhasil, ketika tak menyertakan asma ul husna, akan ada dua kelompok yg sukar menjawab sunatullah qadar, yakni seperti dalam hadits shahih, namun mewakili umumnya orang : sejumlah sahabat yg galau karna ,rekannya dapat ibadah dan sekaligus infaq yg banyak, lalu dinasihati, agar dzikir subhanallah,dst 33 kali setelah sholat, tapi yg agniyapun sama, maka disabdakan, bahwa krnglebih : itulah pemberian yg dikehendakiNya. disinilah yg sesuai kondisi umumnya adalah disertai jawaban ttg ikhlas pada qadhoqadar, lalu ke:lompok kedua, manakala ada seprosen jelaga di jiwa dari unsur takabur, yg mngacu pada firaun,qarun,dll, yg tak iman padaNya dan juga pada taqdir, yakni hubuddunnya yg terlalu sangat berlebih. Jadi, kedua2 nya, jikalau lebih berorientasi akhirat, maka, akan lebih ikhlas, dikarnakn tokh akan sama2 ke surga. Alhasil juga, tak ada dua qadha, memilih pindah,dst, yg ada adlh pindah dari qadar/ taqdir sunatullah ke taqdir sunatullah/keadaan lainnya/ mengubah nasib, demikian juga silaturahim memperpanjang umur, sama dengan sunatullah kehidupan dalam menjaga kesehatan, dsb, namun ada yg menafsir umur kualitasnya lebih panjang, jariyahnya,dst. dan qadha yg tak berubah ini, adlh dari sudut hakikinya, yg harus tertanam di jiwa _yaqin pda taqdir, dan di kesehariannya adlh betul2 terasa merdeka dalam memilih, bukan wayang boneka, karna memang sekaranglah yg dirasakan makhluk, sbagai pengejawantahan dari alam qadar penciptaan, dan scara teori, ini adalah ajaib, karna scara hakiki adlh tlah terjadi,namun tak disadari, seperti halnya yg tak disadari ktika di alam ruh. Alhasil, kendati disebut menjemput taqdir/ sunatullah qadar ukuran yg telah ditentukanNya sebagai sebuah tabiat kehidupan, dll, namun harus juga disebut bahwa tak ada perubahan dalam qadha, yg semata2 sebagai sebuah ilmuNya,dsb, kendati disebut bahwa diketahuinya sebagai qadha itu,setelah sebuah peristiwa terjadi, namun sebelumnya, tak dapat menganggap bahwa ingin mengubah qadha, apakah kita sudah tahu qadhanya? Alhasil, menganggap ada qadha yg berubah adalah dosa besar, karna menyangkut afa'lNya, sifat2 Nya,dll, inilah salahsatunya untuk susah berniyat akhirat, dikarnakn tadinya lebih banyak niyat dunianya, sedikit alpa dari definisi hukum wajib : " jika ditinggalkn adlh dapat siksa", kendati tentunya adlh tak melalaikan melupakannya.
Duh aku ngga kuat pengen ketawa denger ceramah pa Aam di perjalanan ka , pakai handset sendiri ngga kuat ngakak wk wk wk , semoga pa Aam istiqamah dan husnul khotimah
Kalau boleh mengusul , ustadz di negara kita Indonesia diwaktu menyampaikan pengajian kepada umatnya sebaiknya pakai penutup kepala , rasanya menambah simpati umat muslim mendengarnya .
Barokalloh fiik uah. Assalamua'laikum ww, barokalloh fiik pa Gus AM. Assalamua'laikum ww pa Gus AM, barokalloh fiik. Adapun dalam hal syahid dunia husnul khotimahll tahlil tobat takut neraka di akhirhayat, sebelum melihat malaikat Jabaniyah pencabut nyawa Izroil itu, berdasarkan beberapa dalilnya adalah dipastikan lulus, karena disebutkan bukan sebagai ciri, namun berupa pemberitahuan ketetapan dan sesuai dalil lainnya adalh harus sami'na wa atho'na, alhasil, dipastikan bahwa belum melihat malaikat Jabaniyah pencabutnyawa, dipastikan bahwa telah bertahlil "Takut Neraka", dipastikan bahwa telah tobat dari syirik, munafik, fasiq, kecuali, yg dalam jihad qital syahid akhirat, yg dipastikan munafik pada zaman Rasul saw berdasarkan petunjukNya, adalah hanya jenazahnya yg tetap dihukumi syahid akhirat. Alhasil, kekhawatirannya adalh jikalau tak lulus dan tak syahid dunia, dimana dalam syahid dunia un, ada yg minimal, yakni berdasar dalil tentang " yg ke surga tanpa amal". Teorinya, adalah diakibatkan kurang mengingat neraka, tauhid yg rendah, tak bisa_hapal mengucap tahlil kendati tak lancar dsb. dimana kendati mualaf, ketika intens ke akhirat, tentunya insya Allah lulus, kendati tak syahid dunia, namun telah bertahlil takut neraka, yakni sebagai syarat terpokoknya kebaikan akhirat. Alhasil, bertahlil kalimat tauhid itu, ada dua, yg syahid dunia dan yg tidak, dimana bagi yg syahid dunia pun, yg minimalnya adalah di saat terakhirnya tsb, yakni " "yang tanpa amal masuk surga",__namun seyogyanya khawatir tentang dicucinya , yg secara teori logika mantiqnya adalh selama seperempat jam pun, yakni ukuran yg bisa dipakai di zaman dulu, ketika turunnya Qur'an atau setengah jam, adalah dikali satu detiknya sebesar 2,4 jam dunia yg mana ukuran detik ini adlah ukuran umumnya yg berlaku, kendati zaman dulu belum dikenal, jadi , teorinya adlh khawatir , jika hanya semenit akhirat pun, adalh 2,4 jam dikali 60, yakni 150 jam, yakni 6 hari dunia, dan sepuluh menitnya adalah 2 bulan dunia, setengah jamnya adalh 6 bulan dunia, dimana ktika wafat setelah sekuatnya ketahanan siksaan pada manusia dan jin, lalu dihidupkan lagi, dst __ataupun telah "bertahlIl TAKUT NERAKA" , jauh sebelumnya, dalam waktu lumayan lama sebelumnya, selang hanya beberapa lama sebelumnya, dsb Dalam hal urfi mnempuh jalan.lurus yg niyat akhirat tsb, beberapa thoriqoh duniawinyanya yg syari ada contohnya, yakni bid'ah hasanah dari segi bahasa, yg meski baru, namun mutlak harus ada contohnya, yakni untuk memudahkn urusan duniawi dalam melapangkan beratnya berniyat tsb, adalah yg mendawamkan sedari kecil ataupun hanya beberapa lama sebelum ajal. yg minimalnya adlh syahid dunia, namun maksimal dari segi usianya, dalam mana ada kekhawatiran tak lulus, , yakni yg tujuan utama berharap wajahNya, ataupun brharap ridho rahmat sekarang dan kelak, dengan dzikir2 yg syari, dimana intinya adalah betul2 terbersit terlintas kndati sedzarrah untuk bekal pulang dlam segenap hidup mahdhoh ghoir mahdhoh. Adapun yg hijrah uzlah tanazul kholwat esoteric keakhiratan, dan terkait hadangan iblis setan, yg kmudian agak terganggu kerajinannya, ataupun yg lebih rajin. ,tetap, dsb, dalam hal ibaratnya adalah sbb. : ketika dideteksi adanya gejala dan ditest lab. lalu terbukti adanya virus, maka, ada yg agak berat malas berobat, yg menjadi rajin ketimbang saat sebelumnya dalam kehati2an menjaga kesehatan, ataupun yg tetap, Nah, yg baik adlh yg menjadi lebih rajin, namun syaratnya adlh harus terbukti adanya virus, dimana manakala, tak di test lab, lalu merasa bebas virus, dan kenyataannya pun ktika di test, adalah tak ada virus, maka berobatnyapun, hanya untuk tujuan mengikuti yg saat itu adalh mayoritas melakukan kegiatan makan obat, dsb, untuk dinilai kompak, dihargai sebagai yg patuh, dsb, alias tujuan duniawi semata, dan tentunya adalah boleh, namun luput dari tujuan menangkal virus, karna memang virusnya pun tak ada. Alhasil, untuk tujuan utama akhirat tsb. sunatullahnya adalah terdapat virus hadangan setan, lalu diobati/ dilawan, yg mana berapapun derajat upaya pengobatannya, yg terpokoknya adalah dilakukan, dimana tentunya yg lebih baik adlh yg tetap rajin, ataupun meningkat dibandingkn sebelum hijrah. Dalam hal hijrah ini, uzlah, kholwat, escapism/esotericpositif, ataupun esoteric keakhiratan, terkait dalil dari Ibnu Mas'ud, krang lebih : meski sendiri, namun ada di kebenaran, dimana adapun ternyata banyak yg sama, yg niyat akhirat, maka mujahadah untuk memaksakan berjama'ah, yakni mujadah bersungguh2 tatkala terasa berat untuk melakukan interaksinya, dan juga lebih mujahadah dalam.hal niyat akhiratnya, yg insya Allah lebih naik derajatnya tatkala berjama,'ah. Namun, meski sendirian pun adalah disebut jama'ah, yg imamnya Rasul saw. Juga, terkait dalil, : tergantung temannya, yg mana bukan bermakna memutuskn silaturahmi/juga yg tak ada hubungan darah, dengan yg lama, namun mnambah teman saudara seiman.
Assalamualaikum warahmatullahi wabatokatu, Alhamdulillah ustadz terima kasih atas kajian nya , astagfirullah 🤦 semoga ustadz diberikan kesehatan, panjang umur selamat dunia akhirat beserta keluarga besar ustadz amiin 🙏🙏.
Bandung 21092020 ,ya Alloh ...Alhamdulillah pencerahan qolbu ...mudah"an Alloh memberi kemudahan ,kelancaran tuk sgl urusan yg sedang kami hadapi,Aamiiin yra
Barokalloh fiik Gus AM, maaf mohon izin, ini sekedar tambahan sumbangan saling tawashaubilhaq, ballighu ani walau ayat, dsb. Talbis tipudaya setan, disepakati oleh salaf tiga genrasi awal, kholaf, dst, adlh menyasar semua segi, diantaranya adlh sering terlupakannya asma wa shifat, khususnya mukholafatuh lil hawaditsi_ berbeda mutlaq, maha kuasa,dll. Ihwal ini terjadi ketika memahami qadha di lauh mahfudz, yg hanya satu, ***""" yakni dilihat dari sisiNya, yg sangat haram untuk mencampurkannya dengan pikiran dari sisi makhluq"""***, alias, tak berupa banyak kemungkinan_probabilitas microchip algoritma dalam kalkulator, alias, seyogyanya diluruskannya istilah algoritma dinamis, karna haqqulyaqinnya adalah statis hanya satu, yakni dari : """sisi___ Nya""", namun tentunya, dari sisi makhluq, yg dikaitkan dengan hakikat,adalah "seolah olah dinamis", dan ketika dikaitkan dengan kenyataan, adalah " bukan seolah olah dinamis, namun memang harus dinamis, pilihan2 hidup, dalil : urusan duniamu kamu lebih tahu, dsb. Adapun ttg. qadar itu, ada 2 unsur, pertama adalah hasil pemilihan/ pengejawantahan dari alam penciptaan/alam ruh yg tak disadari makhluq, yg harus hanya dilihat dari sudut sisiNya, yg berbeda dngan makhluk, lalu, yg kedua, sebagai hasil dari pemilihan di alam ruh itu, diciptakanlah qadar berupa sunatullah/tabiat kehidupan/ takaran umum kehidupan, Darilah itu, hasil dari penekanan tombol kalkulator itu, adlh juga ada dua, : bukan hanya kesesuaian dengan sunatullah kehidupan yg umum/tabiat kehidupan_qadar/ukuran/takaran,_ softwarenya yg lengkap berupa kemungkinan probabilitas2 umum kehidupan, namun juga, keluarnya sebuah hasil yg hanya satu ketetapan/qadha/di lauh mahfudz yg terjaga/ tak berubah secara ilmuNya/hakikatnya/sesuai segenap asma wa shifat/ sangat haram menyamakanNya dengan sifat makhluq yg menunggu suatu proses, pengambilan putusan, terdapat banyak kemungkinan, dsb. Jikalau dikiaskan, seperti halnya kalkulator yg ada software musik secara acak, ketika ditekan tombolnya, hanya satu hasil yg tak diketahui sebelumnya, dan hasil itu secara hakikat adlh bukan pilihan dari berbagai lagu, namun secara hakikat, adalah tadinyapun di softwarenya, hanya ada satu.bundling beragam namun bended menyatu inheren, dan ragam yg beraneka sunatulloh tabiat kehidupan inilah yg dipahami makhluk. ,yakni, dipahami bahwa softwarenya itu beragam, yakni yg bukan hakikat, yg " "seolah olah keluarnya satu hasil dari beragam algoritma tabiat kehidupan sunatullah kemungkinan probabilitas yg ada di software, yakni terdiri dari banyak qadha,__ jika begini maka akan begitu, dsb__padahal hakikatnya di software tsb, hanya ada satu algoritma yg segenap probabilitas kemungkinannya blended menyatu inheren _satu data terintegralistik, dsb"", insya Allah maslahat.
Niyat akhirat itu , kiasannya adalah sbb, pertama, ktika ada dua pilihan, dalam hal keinginan, yakni pertama adlh ingin pergi ke suatu tempat yg sangat diinginkn atau lumayan diharapkn, tak trlalu ingin, dsb, misalnya ingin ke Mekah naik haji, atau umroh, jalan2 ruhani ke Palestin,laut mati, bekas tsamud, Hud, menara putih Damsyik, dll, ataupun hanya ingin ke Singapur, Hongkonng, Byzantiym, Turkey, makam al Bukhori, dll, yg kedua adlh ingin pulang ke rumah, kendati rumahnya ada beberapa, Nah, untuk ke rumah, kendati tetap ada rasa ingin, namyn tak trlalu dipikirkn, karna sudah terbiasa, dan teorinya adlh pasti trkabul, jika tak berhalangan. Kmudian dalam ihwal takut, misalnya takut pnyakit yg lebih ringan, seperti flu, MMRr, BCG, tetanus campak, dsb yg biasa diimunisasi , yg kedua adlh takut pada covid, dll.yg lebih berat, semisal tlah lengkap, dngan booster, namun tetap takut varian baru, dsb, ataupun belum booster, maka khawatirnya lebih tinggi. Nah, ingin ke surga, adlh seperti ke Mekah, dsb, yakni harus jadi obsesi, tak boleh sperti pulang ke rumah, yakni mrasa pasti pulang, karna seharihari, dan masuk surga pun tak boleh mrasa pasti. demikian juga takut neraka, yakni sperti belum.vaksin booster, ataupun samasekali belum divaksin, scara umumnya kebanyakan orang adlh betul2 khawatir, dmikian juga ke nraka harys betul2 takut, , dan lebih rendah khawatirnya untuk vaksin pnyakit yg lebih ringan, yakni kiasannya untuk yg tak trlalu takut nraka, karna banyak amal. Hal ini, jika ditanyakan langsung, adlh tetap ingin pulang ke rumah dan takut pnyakit yg lbih ringan, alias menjawab bahwa walau tak ada di pikiran sepert ygi ingin ke Makah, atau yg takut covid, tetap ngin surga, yg kiassannya adalh tetapingin ke rumah, kendati tak trpikirkan karna sudah pasti bisa pulang, dan tetap takut nraka, yg kiasannya walau tak trpikirkan karna tak trlalu bahaya seperti covid, alhasil, niyat akhiratnya adalh seperti yg sudah pasti pulang ke rumah, dan pasti kebal imun. Sdangkn makna asy Syuro 20, adlh harus berkehendak akhirat, harus ada di pikiran, seperti halnya yg ingin naik haji,dll, serta takut covid,dll. Teorinya adlh mudah, namun halalngannya adlh iblis,___ sedikit sisipan, ada pendapat yg tentunya berdasar dalil, bahhwa jin itu , zaman seblum diciptakn Adam as, adalah ada dua kelompok, yg di surga dan yg ke bumi merusak, lalu jin yg di surga memperbaikinya, dan yg di bumi dikejar2 malaikat ke gunung2, dsb, lalu yg di surga, iblis dkk, takabur, demikian seterusnya, seperti di Quran, Nah, yg berbuat rusak di bumi, adlh, jin seperti di surat al jin, dll, tapu tak smuanya di gunung, dsb, juga yg di surga, iblis, tak disebut jamak, krika berkumpul bersama malaikat, dan iblis tak mau tunduk, dan bukan jenis malaikat, tapi jenis jin, yakni iblis itu dari api, dlam makna panas, unsurnya,dsb, ,jin yg di bumi, adlh dari bunga api. Singkatnya intinya adlh minta diberi kesempatan srbanyaknya mngumpulkn suluh nraka dari bahan jin dan manusia, alias sungguh berat pengaruhnya, dan iblis itu tak mati, beda dngan jin kndati panjang umur, dimana balighnya saja , kalau tak salah adlh sratus tahun lebih______ . Kembali pada niyat akhirat, maka adalah trmasuk urfi urusan dunia, misalnya, ktika dibiasakn dari balita ingat akhirat, bukan hanya dibiasakan untuk agar tak riya, tak musyrik, dibiasakan , ingin ridho, tapu tak disertakan bahwa ridho rahmatNya itu adalah dunia dan akhirat, pokoknya harus ada akhiratnya. Dan bukan sesekali, dan tentunya lebih bagus dibiasakn dlam solatnya, dll. Jadu, pbiadaan yg belum lurus itu adalah, agar yakin pada rukun iman yg lima, yang akhiratnya kurang diajarkn dibiasakan, dimana jikalau dudawamkan dilatih , maka otomatis sholatnya akan niyat akhirat, ataupun mengkonjuringkan dalam setIap solat, seperti halnya yg ingin naik haji, YAKNI ADA DI PIKIRAN, DIKARENAKN TAK MRASA PASTI KE SURGA, YAKNI HARUS MOHON RAHMAT Nya, SEPERTI HALNYA IBRAHIM AS, DAN TENTUNYA RASUL YG LAIN JUGA. Contoh yg hanya lebih ,mengajarkn agar ke Allah, brharap ridhoNya, dll, misalnya dlam mnafsir malikiyaumiddin, adlh hanya mnyebut maha kuasa, dst, samasekali tak mnyinggung keterusannya, yakni Mahsyar, Mizan, surga neraka,dsb. Sdangkn niyat itu adlh syarat syah solat ataupun rukun, maka bagaimana yg hanya, niyat ingin rudho di dunia ?_ tntunya tlah syah , karna. ada niyatnya. Dan di asy Syuro 20, penggalannya, mankana yuridu harsyad dunya, nutihi minha, wa ma lahu fil akhiroti min.nashib. Nah, terkait syahid dunia, maka, adlh terkait kalimah tauhid tahlil, yakni, maksimanyal dlm arti saat terakhir, yaitu sebelum sakaratul maut, adlh masih punya, pilihan dan berpikir takut nraka, seperti yg takut covid, yakni sungguh2 takut, ini karna kullu bani Adam khoto, pasti mngaku di akhirhayat, dan tak trpikirlagi surga, maksimal ini adlah dlm segi waktu, namun minimal dlm beramal, kendati tetap memberati memenuhi Mizan, dan trmasuk yg ke surga tanpa amal, juga sesuai dalil ktika Muadz bin Jabbal r.a. berkuda digonceng Rasul saw, ttg tahlil, lalu disebut jangan disebarkn , karna khawatir hanya bersandar pada tahlil tsb.,Mungkin, maknanya jngan " terlalu" disebarkn, ktika saat itu, ataupun, yg lebih tepat, dikarnakn sudah diketahui kmungkinan apa yg bakal terjadinya, memang, jangan untuk seterusnya, dlam makna tak sebagai haram, dan harus disertai penerangannya, dan namunn qadarullah, karna merasa sbagai ajaran yg haq, dan, harus disertai penerangan, maka hadits itu, diajarkan sampai sekarang, juga, wajib, disertai, kerasnya nraka Wail, sedetik sama dngan duasetengah jam, harus takut kalau ,minimal adlh sejam, sbgai ukuran normal, sedari dulu, yg mungkin blum mengenal menit. Juga, ttg mujahadah, iblis sungguh2, hanya satu pekerjaannya, dunia sangat hina, perjalanan,setitik air,dsb. Alias, tak merasa kebal neraka, apalagi ttg bani Adam khoto, itu, maka tentunya dirunut dari mulai dosa besar, musyrik,durhaka,fst, dlm musyrik, ada syifik asghar, dan inilah yg paling dikhawatirkan Rasul saw, dan qadarullah , tlah pnulis rinci, bahwa smuanya mnusua dan jin, adlh tak bebas riya, terutama dlam hal yg seperti tertulus dlam dalil, ; untuk yg wajib harus diperlihatkn, namun untuk sunnah, yg afdhol adlh tangan kiripun tak boleh tahu,, kcuali untuk ibroh,dll, jadi, dikuatkn dngan pengertiannya dan spontan istighfar. Juga, terkait dngan dalil, bahwa kibir itu adlh tak mnrima kbenaran dan merendahkan yg lain, kndati sbagai sunatullah,yakni ingin dhargai. tapi ,bukan brmakna mnjadi tujuan ingin tak direndahkn, karna banyak dalil ttg sangatharamnya riya MUSYRIK kecil. Jadi, niyat dlm.hidup itu adlh ingin bahagia dunia akhirat, kecuali niyat ingin riya suma'h dihargai,direspon,dinilai,dll., karena dihargaipun adlh termasuk kebahagiaan sunatulloh dunia. Adapun, ktika, dipuji dlm mahdhoh, maka sesuai dalil, adlh kesenangan yg disegerakan, dmikian juga dalm ghoir mahdhoh, spontan, hamdallah, dikembalikan padaNya.. Jadi, boleh rinci, berdo'a, dsb, yg terkadang agak sukar dihapal mustami, ataupun, yg ringkas, adlh ingin bahagia dunia akhirat, kcuali riya. Jadi, akan diuji sampai betul2 takut nraka, di maksimalnya ktika syahid dunia, , ataupun, tlah al yaqin akhirati hum yuqinunnya jauh sebelumnya syahid dunia, semingguseblumnya,dsb, dimana, yg tanpa amal ini, adlh, tanpa solat yg niyat akhirat, dimana teorinya satu kali sahaja niyat akhirat, ktika tlah al yaqin, mungkin kedepannya lalai lagi, teorinya tak yaqin aapakah bisa lalai lagi ataukah hanya menjadi terganggu kerajinan dalam sisi kulit luarnya, dsb, namun bukan "malas iibadah'. Dimana maksud malas ibadah itu adalah tak serius total, betul2 acting pura2_ dan suatu saat akan ketahuan, Kmudian dan ktika sungguh kalah terus, maka mohon diingat, ini bukan bida'ah, ini urusan dunia, yakni brtujuan apa dlam gerakan amalan hidup ini, seprti yg betujuan ke pasar,sekolah,dsb,Ke Palestin,Makah,, maka harus ada di pikiran, beda kalau tlah yakin ,seperti ke rumah, inilah pnyakit hati ktika mrasa sudah pasti ke surga . jikalau sudah sama isi pikirannya ktika dlam solat, dngan ktika berbicara, maka itulah urfi yg sudah otoma
Tambahan ttg riya, dalilnya antaralain, ayat ttg mahdhoh wajib sebaiknya ditampakkan, dan untuk sunnah disembunyikan, seperti yg disebut pak UAS, namun boleh ditampakan untuk ibroh, dan kedua2nya dipagari dengan larangan riya, yg alhasil adalah ktika terasa riya, maka spontan istighfar untuk yg wajib, untuk yg sunnah adalah istighfar_ bismillah astaghfirullah_ sambil diniyatkan bahwa amalan sunnah ini punya dua maksud, yakni bertujuan shodaqah menyenangkan orang dengan tujuan akhir ridho rahmatNya, skaligus pahala akhirat surga takut.neraka, dan yg kedua adlh bertujuan taa'wun saling bantu dngan cara ibroh mencontohkan yg insya Allah menginspirasi. Untuk mnyingkatnya, setelah paham konsepnya, maka hanya dengan kata " bismillah astaghfirullah". Kmudian, ihwal riya dalam seluruh khidupan, yg hakikatnya adalah sunatullah tabiat umumnya khidupan , yg namun merupakn hal negatif dengan adanya larangan riya, adalah ktika merasa terhina tersinggung,dsb, lalu spontan, muhasabah segenap langkah hidup, termasuk mahdhoh, ataupun beberapa lama tafakur setelahnya. Maka inilah, mrupakan riya, yg tak langsung bahwa smua mahdhohnya ada unsur niyat tujuan " ingin tak direndahkan", sdangkan riya tsb menggerus sluruh amal, seperti disebut di ayat ttg debu di batu yg tersapu hujan.. Ihwal ketanglangsungan riya ini, seperti disebut dalam do'a mohon ampun dari riya yg sadar dan yg tak disadari, yakni terlupa ataupun tak dipahami sebagai sebuah riya. Namun, dengan mahapenyayangNya, minimal di ujung hayatnya, ada yg mendapatkan syahid dunia, tenggelam,longsor, sakit,dst, yg kendati ada kmungkinan hanya dikurangi sedikit dosa riyanya, ataupun sedang, dsb, namun tetap diampuni dengan diangkatnya dari neraka, dalilnya adalah Az Zumar 53 : mengampuni semua dosa. Alhasil dalilnya adalah "bil khawatim", _dilihat akhirnya, ataupun prosesnya, ketimbang hanya menilai sesaat yg mungkin terkadang terlupakannya sifat al ghofur maha pengampun, dst,__ dan juga supaya diampuni total, adalah tak hanya dengan amalan do'a mohon ampun, dan amalan2 lainnya yg hanya standar, yg tak banyak mengorbankan berbagai perasaan melawan hadangan setan iblis, terutama rasa berat, ktika sudah diyakini bahwa yg hendak ditempuhnya itu adalah yg haq, yg kebalikannya adalah justru harus merasa berat untuk yg negatif. Insya Allah dengan banyaknya tabungan akhirat tsb, maka akan menyebabkan gugurnya dosa riya, sebagai syirik asghar tsb, yg syrik akbarnya sendiri beserta durhaka, adalah dua dosa terbesart. Berikut ini, qadarullah terbaca dalam komentar di forum lain, dan langsung terkait topik, yakni tenta
jikalau sudah sama isi pikirannya ktika dlam solat, dngan ktika berbicara, maka itulah urfi yg sudah otomatis datang, tentunya hal itu berkat pngajaran yg bertahun2 mengorientasika tujuan utama hidup untuk akhirat takut nraka ingin surga,semenjak kanak2, atau msetelahnya. Ada pendapat bhwa akhirat tak bisa mnyatu dngan tujuan dunia, tak boleh ada niyat dunia, silahkn sahaja, asalkn betul2 dlam solatnya tlah ada di benak tujuan surga, ridho KELAK,rahmat, dsb, bukan hanya berkata rmengharap ridho dalam berbicara, yg mana inilah mungkin urf yg belum kurang lurus. Juga, takut nraka ini, seolah berani otak mendidih, karna, masih buramnya bani Adam khoto, selain riya, dll,, adalah tak mlakukan yg dikatakan yakni ingin taqwa, sdangkan jalan lurus solat dalam niyatnya adalah tak trpikir akhirat. tak Mngharap ridho KELAk, DSB, namun tentunya, untuk yg ihwal 2 yg tlah yaqin, ushul, rukun iman yg lima, seandainya yg iman hari akhirnya masih di taraf " ber_Islam"_ dll, adalah tlah lurus, Juga ttg mujahadah itu, adlh untuk yg tlah haqul yaqin lurus, ushul, dll, ataupun untuk yg ada kmungkinan benarnya, dan terasa berat, tentunya inilah hadangan setan, adapun untuk yg haram, adalah harus terasa berat, dan yg syubhat adlh sedikit sekali kmungkinan benarnya. Jadi, kulli murron, sampaikan kepahitan, tanzhur ma qola,wala anzhur man qola, ilhat isi, bukan siapanya, dimana kalbu yg burampun, bisa mlihat titik2 terang di balik jelaga, bukan sbagai syubhat. Alhasil, tahlil itu , skaligus dngan takut akhirat, dan niyat kebaikan bahagia dunia akhirat itu, adlh setidaknya tlah di jalan lurus, berdoa berniyat rahmat ke surga, dimana adapun bahagia dunianya adalah susah dicermati didalami. sperti di asy Syuro 20, dunia dapat penuh, yakni bukan hanya materil, hikmahnya adalah, sbb. Qabla shubuh satu kali, adlh dunia dan seisinya, maka stidaknya dngan niyat surga itu, ada bahagia dunia kndati setitik yg bukan materil, yg jika dibandingkn, maka umumnya semilyar, untuk smua orang , pasti mau, lalu, jikalau tak ke surga, lama di nraka, tentunya tak mau, dan ini disebuti gila untuk yg al yaqinnya lumayan ke atas, lalu sepuluh milyar, sebagai lamunan bagi orang kbanyakan, juga tak mau, jika ke nraka, dan juga disebut gila oleh yg buram, lalu, setrilyun, spuluh, ratusan, sultan aArab, spuluh terkaya, dsb, masih maukah jika tak slamat, lalu ,walau lamunan, dunia dan seisinyapun, seandainya dimiliki sendiri, masih maukah jika ke neraka,? maka niyat ini, scara hakikat adlh tak sebanding berapapun, tak sebanding apapun, tapi disebut gila, jikalau sejuta, semilyarpun tak punya. Inilah penjara bagi mumin, yakni sabda Rasul saw, perhiasan dunia, firman Allah ta a'la, kranglebih, : tak berharga dibanding satu sayap nyamuk. Knapa susah mensyukuri hakikat tsb, inilah karna memang tak terasa langsung, seperti kenyang, haus, sehat,dsb, maka inilah yg jadi ukuran, seperti dlm al Qoshosh 77, jangan lupakan dunia,. Namun, setitik unsur bahagia dunia itu, juga adalah trmasuk dapat bersyukur bhwa tlah ada di jalan lurus , yakni tlah dapat niyat yg lurus dlm hidup : mahdhoh ghoir mahdhoh, jadi, insya Allah dapat memperingan stress akibat dunya, yakni berusaha menyadari mendalami hikmah ttg. "Tak terbandingkan dngan apapun, sehat, keelokan fisik, ketrampilan kemahiran,dsb, ataupun jika dibanding dngan ukuran semata2 material uang, adalah tak terbandingkn dengan berapapun, seandainya dunia dan seisinya dimiliki sendiri, namun ke neraka". , jadi syaratnya adalah jikalau mengaitkannya ke akhirat, jikalau hanya.mengingat dunia, tentunya, tak punya sejuta pun adalah sebuah kejelekan untuk ukuran bendawi dunia.
Ijjin bertanya Aa..Apakah ini sudah bisa dikatagorikan kolbunsalimun, dengansudah memaafkan kesalahan orang lain yang sudah memfitnah namun untuk berbicara seperti dulu masih sulit bahkan tidak ada keinginan untuk berbicara tp tidak marah.mohon pencerahannya
diampuni ataupun dikurangi. Mohon maaf, ini adalah bagian kedua dari komentar ttg akhirat 22 Juni 2022. Nah, yg otomatis diampuni, adlh tentunya ditentukn oleh amalan2 lainnya, dalilnya adlh maha adil, maha penyayang, dsb. Alhasil, ktika doa mohon ampun dari riya,dsb, maka tiga kmunkinannya adlh ditunda, dikabul di surga,___ yakni mngalami lagi persis seperti sekarang ktika minta ampun, dimana, di sana itu, segala apa yg diinginkn dapat trlaksana, Fushilat 31, dan satu lagi ayat, misalnya rasa sedih, bosan,dsb, adlh ada di surga, ktika seseorang mau mngalaminnya, namun beda dngan sekarang, sedih bosannya adlh tak membuat ketaknyamanan di perasaan, misalnya bosan menjalani hidup di masa koboy, masa kerajaan kuno, masa mnjadi super spiderman,dsb, bosan gontaganti yg paling digilai, tuap menit akhirat pun bisa gontaganti, dsb.__, kmungkin ktiga adlh dikabul dialihkn mnjadi keselamatan, nah, sampai di ujung hayat, trnyata kehendakNya adlh dikabul di surga, doa mohon ampunnya tak dikabul, maka dicuci dulu di neraka, dan tetap doanya dikabul, yakni diampuni segala dosanya ,az Zumar 53, dengan diangkatnya dari neraka, artinya adlh diampuni . Alhasil, tergantung amalan2 lainnya, selain amalan doa mohon ampunnya dari riya, demikian juga, yg berdoa mohon ampun dan ternyata diampuni, ataupun yg tak sempat doa, namun diampuni, dengan syarat pernah berkehendak akhirat kendati hanya satu kali, dan hal ini tak bisa ditentukan akan dapat tercapai di akhir hayat, jadi, harus setiap saat ktika tobat, alhasil, memang, al Qoshosh 77, carilah khidupan akhirat, jangan lupakan dunia, maknanya, yg muhkamat adlh, ibadah mahdhoh, dan ghoir, yg implisitnya adlh smuanya diniyatkn akhirat, dan tak boleh lupa bersyukur, Dimana inti dari perintah : cari khidupn akhirat itu, adlh sampai wafat,hatta yatiyakal yaqin, dalam makna al yaqin itu adalh wafat, yakni,pemahaman pertama, dimana makna lainnya, dari al yaqin ini, adalah bil akhiroti hum yuqinun, dan ayat2 lain, yakni niyat akhirat dalam solat ataupun tak sempat solat namun betul2 tlah berkehendak akhirat, ini seperti yg syahid dunia, karna, ada waktu tafakur takut nraka, maka kndati tak sempat solat, dihitung tlah bertahlil la ilaha illalloh, yg pasti Allah azza wa jalla, tlah menentukan, dan mengetahui scara teori duniawi pandangan makhluk jin manusia, adlh pasti solat, _mungkin di dunia jin pun ada longsor, tenggelam, sakit perut, dsb__. , jadi syaratnya minimal syahid dunia itu, adalh kelas berIslam terlebih dahulu, , apalgi ditambah banyak amalan, setelahnya riyanya diampuni, maka smua amalannya dihitung, ataupun yg berIslam dan diampuninya di surga__yakni mngalami lagi moment takut neraka dalam peristiwa syahid dunua itu, dan waktu itu yakni sdi surga itu, adalah langsung diampuniu, berbeda dngan tatkala mngalami di dunia, yakni tak diampuni, dan kmudian dicuci dulu__al hasil, apakah riyanya diampuni ataukah ditunda di surga, adalh ditentukan amalan2 lainnya. . Juga, ihwal niyat di pikiran ini, tentUNYA ADLAH MERUPAKAN URUSAN DUNIa DALILNYA : URUSAN DUNIAMU KAMU LEBIH TAHU, , tak perlu rinci dilihat semua dalil yg ada, apakah untuk hal berniyat ini, diperlukan dalil khusus, seperti halnya mngikatkan unta, sedangjan banyak dalil yg mewajibkannya, bahkan intisari Quran sunnah ijma,, penentu nasib kelak, yg berIslam beda hukumannya dngan yg kafir, sangat haram menolaknya, menentukan derajat tauhid, islam iman ihsan, dsb, ini untuk sendiri, dan mungkin ada kekalahan dalam aspek2 lainnya, alhasil niyat akhirat itu adlh " ingin kebaikan bahagia dunia bahagia akhirat, kecuali riya, niyat tujuan ingin dinilai, direspon, dsbn, dikarnakn, ihwal bahagia akhirat itu adlh termasuk " tak direndahkan", seperti dalam dalil "sombong adlh merendahkn orang", adapun, dalil ttg , pujian dalam mahdhoh, dan juga dlm lainnya, adalah " kebaikan _akhirat_ yg disegerakan", namun tak bermakna boleh dijadikan keinginantujuan, dan hanya sebatas bahwa "sunatullahnya adalh ingin tak direndahkn", dan dzikirnya adlh hamdallah, pujian adlh hanya bagiNya. Insya Allah maslahat dan dapat taufiq. Nah, yg mahabbah pun, tentunya sekaligus akan brharap imbalan surga, yakni tatkala berkata berkeyakinan bahwa jika diridhoi, dirahmati, disayangi, berniyat ibadah untuk bersyukur, dst, maka surga itu otomatis akan diberi, __, , sunatullahnya adalah ketika saat itu seseorang berucap kata "surga", dan berkeyakinan ttg hal otomatis tsb, maka akan terlintas hadir di benaknya kehendak pada surga, alhasil, hal ini, bukan strata tingkatan, kendati, beberapa dalil, menyebut, yg lebih akbar adalah ridwannulloh ridhoNya, ,yg maknanya adalah memang pada hakikatnya , ridho rahmat itu, adlh lebih besar daripada pahala surga, yakni bahwa bisa masuk surga itu adlh semata2, karna rahmatNya. Adapun makna seperti pedagang, adalah yg masih hanya berkeyakinan bahwa, semata berkat pahalanyalah dia ke surga, alias belum paham ttg rahmatNya, yg mana seberapun tak berhingganya pahala, takkan bisa membayar surga, kecuali diberi rahmat ridhoNya. Tambahan ttg riya, dalilnya antaralain, ayat ttg mahdhoh wajib sebaiknya ditampakkan, dan untuk sunnah disembunyikan, seperti yg disebut pak UAS, namun boleh ditampakan untuk ibroh, dan kedua2nya dipagari dengan larangan riya, yg alhasil adalah ktika terasa riya, maka spontan istighfar untuk yg wajib, untuk yg sunnah adalah istighfar_ bismillah astaghfirullah_ sambil diniyatkan bahwa amalan sunnah ini punya dua maksud, yakni bertujuan shodaqah menyenangkan orang dengan tujuan akhir ridho rahmatNya, skaligus pahala akhirat surga takut.neraka, dan yg kedua adlh bertujuan taa'wun saling bantu dngan cara ibroh mencontohkan yg insya Allah menginspirasi. Untuk mnyingkatnya, setelah paham konsepnya, maka hanya dengan kata " bismillah astaghfirullah". Kmudian, ihwal riya dalam seluruh khidupan, yg hakikatnya adalah sunatullah tabiat umumnya khidupan , yg namun merupakn hal negatif dengan adanya larangan riya, adalah ktika merasa terhina tersinggung,dsb, lalu spontan, muhasabah segenap langkah hidup, termasuk mahdhoh, ataupun beberapa lama tafakur setelahnya. Maka inilah, mrupakan riya, yg tak langsung bahwa smua mahdhohnya ada unsur niyat tujuan " ingin tak direndahkan", sdangkan riya tsb menggerus sluruh amal, seperti disebut di ayat ttg debu di batu yg tersapu hujan.. Ihwal ketanglangsungan riya ini, seperti disebut dalam do'a mohon ampun dari riya yg sadar dan yg tak disadari, yakni terlupa ataupun tak dipahami sebagai sebuah riya. Namun, dengan mahapenyayangNya, minimal di ujung hayatnya, ada yg mendapatkan syahid dunia, tenggelam,longsor, sakit,dst, yg kendati ada kmungkinan hanya dikurangi sedikit dosa riyanya, ataupun sedang, dsb, namun tetap diampuni dengan diangkatnya dari neraka, dalilnya adalah Az Zumar 53 : mengampuni semua dosa. Alhasil dalilnya adalah "bil khawatim", _dilihat akhirnya, ataupun prosesnya, ketimbang hanya menilai sesaat yg mungkin terkadang terlupakannya sifat al ghofur maha pengampun, dst,__ dan juga supaya diampuni total, adalah tak hanya dengan amalan do'a mohon ampun, dan amalan2 lainnya yg hanya standar, yg tak banyak mengorbankan berbagai perasaan melawan hadangan setan iblis, terutama rasa berat, ktika sudah diyakini bahwa yg hendak ditempuhnya itu adalah yg haq, yg kebalikannya adalah justru harus merasa berat untuk yg negatif. Insya Allah dengan banyaknya tabungan akhirat tsb, maka akan menyebabkan gugurnya dosa riya, sebagai syirik asghar tsb, yg syrik akbarnya sendiri beserta durhaka, adalah dua dosa terbesart. Berikut ini, qadarullah terbaca dalam komentar di forum lain, dan langsung terkait topik, yakni tentang yg mahabbah pun, adalah tentunya sekaligus Mohon maaf, ini
Koment ini di paragraf kesatu dan keduanya sudah diganti dan dikirimkan. Yg ini, tak dihapus, insya Allah ada ibrohnya bahwa jangan ragu mengoreksi, dimana nilai dari koreksian itu adalah harus dihaqqulyaqini, selama tak ada dalil yg menentangnya. Berikut adlh komen yg keliru di alinea awal ttg. kemungkinan tak lulusnya ujian akhir : Adapun dalam hal syahid dunia husnul khotimahll tahlil tobat takut neraka di akhirhayat, sebelum melihat malaikat Jabaniyah pencabut nyawa Izroil itu, trdapat dua kmungkinan, lulus dan tidak di saat kesempatan ahirnya tsb. Teorinya, adalah diakibatkan kurang mengingat neraka, tauhid yg rendah, dsb. dimana kendati mualaf, ketika intens ke akhirat, tentunya insya Allah lulus. Dalam hal urfi mnempuh jalan.lurus yg niyat akhirat tsb, beberapa thoriqoh duniawinyanya yg syari ada contohnya, yakni bid'ah hasanah dari segi bahasa, yg meski baru, namun mutlak harus ada contohnya, yakni untuk memudahkn urusan duniawi dalam melapangkan beratnya berniyat tsb, adalah yg mendawamkan sedari kecil ataupun hanya beberapa lama sebelum ajal. yg minimalnya adlh syahid dunia, namun maksimal dari segi usianya, dalam mana ada kekhawatiran tak lulus, , yakni yg tujuan utama berharap wajahNya, ataupun brharap ridho rahmat sekarang dan kelak, dengan dzikir2 yg syari, dimana intinya adalah betul2 terbersit terlintas kndati sedzarrah untuk bekal pulang dlam segenap hidup mahdhoh ghoir mahdhoh. Adapun yg hijrah uzlah tanazul kholwat esoteric keakhiratan, dan terkait hadangan iblis setan, yg kmudian agak terganggu kerajinannya, ataupun yg lebih rajin. ,tetap, dsb, dalam hal ibaratnya adalah sbb. : ketika dideteksi adanya gejala dan ditest lab. lalu terbukti adanya virus, maka, ada yg agak berat malas berobat, yg menjadi rajin ketimbang saat sebelumnya dalam kehati2an menjaga kesehatan, ataupun yg tetap, Nah, yg baik adlh yg menjadi lebih rajin, namun syaratnya adlh harus terbukti adanya virus, dimana manakala, tak di test lab, lalu merasa bebas virus, dan kenyataannya pun ktika di test, adalah tak ada virus, maka berobatnyapun, hanya untuk tujuan mengikuti yg saat itu adalh mayoritas melakukan kegiatan makan obat, dsb, untuk dinilai kompak, dihargai sebagai yg patuh, dsb, alias tujuan duniawi semata, dan tentunya adalah boleh, namun luput dari tujuan menangkal virus, karna memang virusnya pun tak ada. Alhasil, untuk tujuan utama akhirat tsb. sunatullahnya adalah terdapat virus hadangan setan, lalu diobati/ dilawan, yg mana berapapun derajat upaya pengobatannya, yg terpokoknya adalah dilakukan, dimana tentunya yg lebih baik adlh yg tetap rajin, ataupun meningkat dibandingkn sebelum hijrah. Dalam hal hijrah ini, uzlah, kholwat, escapism/esotericpositif, ataupun esoteric keakhiratan, terkait dalil dari Ibnu Mas'ud, krang lebih : meski sendiri, namun ada di kebenaran, dimana adapun ternyata banyak yg sama, yg niyat akhirat, maka mujahadah untuk memaksakan berjama'ah, yakni mujadah bersungguh2 tatkala terasa berat untuk melakukan interaksinya, dan juga lebih mujahadah dalam.hal niyat akhiratnya, yg insya Allah lebih naik derajatnya tatkala berjama,'ah. Namun, meski sendirian pun adalah disebut jama'ah, yg imamnya Rasul saw. Juga, terkait dalil, : tergantung temannya, yg mana bukan bermakna memutuskn silaturahmi/juga yg tak ada hubungan darah, dengan yg lama, namun mnambah teman saudara seiman.
Tentunya bahwa niyat sebagai rukun sebanyak 25 butir itu, ataupun khilafiyah sebagai syarat syah solat itu, selain masuk waktu,suci dan mnghadap kiblat itu, adlh dipahami smua kaum dewasa baligh mukalaf, bahkn yg tamyiz, yaitu mutlak HARUS ADA DI PIKIRAN, DAN OTOMATIS ADA DI QALBU_FUAD, dan bagi mustami di " akar rumput derajat taqwa" , yg belum dapat spontan hadir niyat : "lillah yg menyatu dengan niyat rahmat ridho agar diterima dan dimasukan.ke surga", bagaimanakah cara niyatnya?, lalu bolehkah saudara2 seiman tsb membiasakan urusan upaya dunia agar dapat khusyuk ini, untuk belajar meniyatkan/ mengkonjuringkan_ menyengajakan_ melatih menghadirkan keinginan surga._rahmat ridho sekarang dan KELAK? Ihwak melatih ini, dikarenakan untuk menunggu datangnya_hadirnya gambaran niyat akhirat tsb secara reflek, adalah akan lebih lama, berbeda dengan yg sudah sedari kanak2 , yg selalu mengorientasikan segenap gerak hidupnya untuk tujuan utama akhirat_kebahagian dunia dan kebahagiaan utama_akhirnya adalah untuk kebaikan akhirat, yg dalam mana sudah cukup dengan niyat LILLAH, LALU REFLEK DI BENAK QALBU_FUADNYA TERBERSIT_TERGAMBAR ***KEINGINAN*** DIRIDHOI DIRAHMATI UNTUK KE SURGA SEPERTI JALNYA IBRAHIM A' LAIHI SALAM, DAN TENTUNYA RASUL2 LAINNYA, SALAFUSH SHALEH, KHOLAF,DST. Alhasil, aDANYA KEMAUAN TSB ADLH TENTUNYA MNUNJUKAN SUATU HAL YG MEMANG DIKEHENDAKINYA, KECUALI MEMBOHONGI SENDIRI, DAN KE ORANG LAIN BAHWA DIRINYA TELAH INGIN AKHIRAT, JIKALAU HANYA BERKELIARAN DI RUHANIYAHNYA JIWA NURANI BATIN QALBU FUAD QULUBUYYUQILUN PIKIRANNYA__BUKAN DI SYU'URUN PERASAANYA,__ MAKA BUAT APA JIKALAU PURA2, ALIAS TAK MUNGKIN ADA YG BOHONGI SENDIRI, TOKH TAK ADA YG TAHU, ALHASIL, INI MEMANG HANYA URUSANNYA DENGAN ALLAH AZZA WA JALLA.