Umurku saiki 74 tahun yen wis krungu gending" jowo ngene iki wis eling jaman isih ono ndeso semangat maneh koyo raden kokrosono, salam kanggo dulur" ku kabeh.
Salah satu Ketawang favorite saya. Matur nuwun di-upload. Ketawang Subhakastawa sering dibunyikan ketika Permadi/Abimanyu turun dari Pertapaan Sapto Argo. Syair lagunya yang umum dilantunkan : >>> Punopo to mirah ingsun, Prihatin waspo gung mijil, Tuhu dahat tanpo karyo, Sengkang rinemekan gusti, Gelung rinusak sekarnyo, Sumawur gambir melathi. >> Walaupun iramanya enak didengar, dan serasi dengan adegan wayang, namun sesungguhnya syairnya tidak tepat untuk mengiringi adegan tsb. Kenapa?, karena syairnya berkisah tentang kesedihan hati sang kekasih yang begitu dalam, hingga dimintai maaf pun tidak diresponse dengan postitip. Malah sebaliknya diekspresikan dengan merusak dandanan. Kalau Alm Pak Narto Sabdho lain lagi. Beliau mengganti dengan syair yang sesuai, spt : Lon-lonan dennyo lumaku,...dst, yang mengkisahkan perjalanan Permadi/Abimanyu di pegubungan melewati jurang curam.... Saya sendiri sering membunyikan Ketawang ini ketika istri sedang marah-marah,...tetapi tidak berpengaruh apa-apa, mungkin dia gak ngerti maknanya,...he..he...
Ingat masih muda dulu ikut katahan krawitan waktu masih usia 20th sekarang sudah ber usia 75th sangat senang skali rasanya trimakasih pada anak2muda yang masih melestarikan budaya Jawa semangat anak2ku semuanya semoga kalian diberi kesehatan murah rezeki dan panjang umur trimakasih
