Justru untuk meratakan kualitas sekolah ya lewat zonasi. Sehingga dalam lingkungan sekolah yang biasanya diisi anak "buangan", mendapatkan input anak yang pintar yang terpaksa masuk sekolah itu tadi sehingga anak-anak yang kurang pintar bisa termotivasi. Selain itu Kemendikbud akan merotasi guru dari sekolah favorit ke sekolah lain sehingga kualitasnya makin baik. Indonesia akan makin maju, tidak hanya di perkotaan tapi di pedesaan kualitas sekolahnya akan seperti sekolah favorit di perkotaan. Ini cita-cita presiden Jokowi bahwa pembangunan dimulai dari kampung ke kampung
@@ujicoba9806 yang di maksud mungkin kualitas sarpras saudaraku dan kualitas manajemen sekolah. Manajemen mutu sekolah dll. Kalau hanya memeratakan kuantitas siswa dan kualitas siswa tanpa sarana yang mumpuni dan manajemen mutu yang baik. Coba pikirkan saudaraku. Anak anak yang berprestasi tersebut bisa tidak terfasilitasi dengan baik. Bahkan menurunkan motivasi siswa. Apa itu yang di inginkan
@@ajisetiawan5840 bang, apa gunanya guru BK kalau tak bisa memotivasi siswanya? Ini sudah dipikirkan matang-matang oleh para ahli di Kemendikbud kok, menteri kita juga guru besar di bidang pendidikan, baiknya kita jangan sok pintar lah. Juga dengan sistem zonasi ini, diharapkan anak bisa pulang dengan aman dan dekat dengan keluarganya, juga anak gak terlalu capek Apabila harus menempuh jarak belasan bahkan puluhan kilometer hanya untuk sekolah SMA. Soal fasilitas, semua sudah diatur dalam Permendiknas nomor 24 tahun 2007. Jadi sejelek-jeleknya SMA, fasilitasnya diharapkan memadai dan mendukung KBM. SMA negeri kebanyakan sudah tak ada lagi yang sampai masuk sore karena kelas sudah tersedia cukup. Begitulah kiranya
Sistem pendidikan makin kacau Tolong permudah anak didik yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, jgn sampai perjuangan anak didik yang sudah meraih prestasi tidak diterima disekolah unggulan gara2 sistem zonasi
Saya lebih setuju Hapus memetakan sekolah favorit. Membuat anak yg daya pikirnya terbatas akan minder, kasian anaknya tidak bisa berkembang sesuai apa yg dia inginkan.
Bener banget... anak sy kl pakai jalur zonasi ke sklh terdekatpun g diterima dan satu2nya pakai jalur UN dg presentase yg cm 20% .. jd intinya kl mau bercita2 ke negeri ya rmh harus deket atau nilai UN yg mendekati sempurna
Benar sekali. Masa jalur prestasi murni UN hanya 2.5% dari kuota sekolah. Kalau kuota 350 org berarti yg diterima kira2 hanya 9 org. Kasihan anak yg sdh belajar keras kalah dg jarak.
Sistem zonasi itu : 1. bikin anak jd malas belajar, karena gak perlu nilai tinggi cukup rumah dekat sekolah aja. 2. Kecurangan akan makin terbuka. 3. Transparasi? Mimpi aja deh😂. 4. Harga tanah dan rumah di samping sekolah negeri akan jadi mahal. 5. Bimbingan belajar? Gunanya apa ya? Mending main mobile legend aja lah😂
@@nessylarassimanjuntak4637 Betoooll... malah jadi puyeng, katanya zonasiii... tp yg ga keterima jg byk, mau daptar ke sekolah luar zonasi kty hrs zonasi, trs kl ga lulus, anak ini mau dikemanain...
"ENAKNYA YG RUMAH DEKAT SEKOLAH" Anak: pak rumah kita kan dekat sekolah, besok klo UN aku ndak usah belajar gpp?? Bapak: ya gpp kok nak, ndak usah ngerjakan tugas sekolah juga gpp, atau mungkin gurunya ndak usah di dengarkan klopas ngajar, Kamu tinggal tidur jg gpp, KAN RUMAH KITA DEKAT SEKOLAH 😆😆
Sebelumnya mohon maaf kalau ada yang tersinggung oleh kalimat dibawah ini. Saya menyampaikan pesan ini berdasarkan sepengetahuan saya. Dalam seleksi siswa yang akan memasuki jenjang sekolah lebih tinggi, seharusnya bukan JARAK rumah ke sekolah yang dipertimbangkan untuk menentukan calon siswa bisa masuk ke sekolah favoritnya. Melainkan seharusnya dibentuk REGIONAL (ZONA) per sekolah untuk wilayah cakupan, sehingga siswa yang memiliki rumah dalam cakupan tersebut bisa mendaftar di sekolah itu. Selanjutnya siswa yang terdaftar akan diseleksi nilainya. Sehingga siswa dapat bersaing nilai untuk memasuki sekolah favoritnya, bukan malah bersaing jauh dekatnya JARAK rumah ke sekolah. Kesannya malah banyak calon siswa yang memiliki rumah dekat dengan sekolah meremehkan nilai ujiannya dan malah akan mengakibatkan hilangnya motivasi belajar siswa dikarenakan sekarang mereka bisa masuk sekolah favoritnya dengan memiliki rumah yang dekat dengan sekolah (JARAK) bukannya nilai. Tujuan yang diharapkan adanya program baru ini: 1. Meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas akibat pengendara di bawah umur (siswa) 2. Pemerataan siswa ke sekolah favorit Faktor yang dirugikan oleh program ini: 1. Menurunnya kualitas Ujian Nasional 2. Masyarakat yang memiliki lokasi tempat tinggal jauh dari sekolahan 3. Mengakibatkan pemadatan penduduk di sekitar wilayah sekolah 4. Tujuan poin 1 hanya omong kosong 5. Nilai yang seharusnya sebagai tolok ukur siswa, sekarang ganti jarak rumah ke sekolah
Yang namanya adil itu.. Bukan berarti menyamaratakan hak yang diterima oleh semua orang .. Orang yang berusaha lebih keras rasanya patut menerima hak yang lebih dari pada orang yang kurang berusaha.. Agaknya jika kesamarataan hak yang diterima hanya berdasarkan jarak rumah dengan sekolahnya.. Agaknya ada kesalahan berpikir disana.
Berati yg rmhnya jauh dr sekolah...,sulit untuk sekolah negeri😁,,walaupun anak didik tersebut pinter..besuk tak beli rumah 1 meter dekat ama sekolahan dong..ribet kwwkk
itulah bedanya arti kata Adil dengan Merata, kalau Adil itu berdasarkan syarat dan ketentuan (logika) tapi kalau merata berdasarkan (nurani) dgn Predikat pokok-e..
Menteri yg seperti ini merusak nama Pak Jokowi, buat peraturan sak enak nya sendiri, tanpa uji publik, melanggar uu sisdiknas, melanggar uu otonomi, melanggar uu perlindungan anak. Ganti Mendikbud. Ganti yg mampu menjunjung keadilan. Kalau setiap kelurahan pemerintah sudah menyediakan smpn dan sman barulah bisa dijalankan sistem zonasi ini. Jangan tindas hak anak. Ganti Mendikbud !!!
Mau sistem zonasi, SKTM atau apapun harusnya SMA Negri yg akan nerima calon peserta didik harus punya nilai NEM minimal yg pantas dong, kasihan siwsa2 kita yg sudah belajar sungguh2.
Zonasi tu untuk TK dan SD saja ... Kl sdh besar biarlah mereka belajar mandiri bersaing secara sehat.... Ratakan dulu sekolah tiap wilayah... Tiap kecamatan harus ada brp sekolah...
Kalau nilai tidak penting 2020 un tidak usah belajar buat apa belajar kalau nilai un bagus tidak bisa masuk ke sekolah yang berkualitas bagus.gini nih pematah semangat anak pintar yang berumah di plosok
kalau gini, nanti anak anak tidak mematok nilai un yang besar. mereka bisa bersantai-santai, yang penting rumah deket sekolah bisa langsung diterima. gaperlu nilai yang besar.
Nilai UN gede juga untuk apa ? Biar bisa keterima kampus favorit ? Lah kan bisa juga dapet nilai UN gede kalo rajin belajar, gak mesti di sekolah favorit, sekolah disamping rumah juga bisa. Yg penting itu bukan sekolahnya, tapi bocahnya mau belajar apa kagak.
yg masalah itu Kuota zonasi 90%, mestinya masih ada juga jatah/kuota utk jalur Nilai UN atau jalur UN ber zonasi terbatas artinya Tetap berdasarkan nilai UN tapi yg masih dalam zona terbatas misal batasnya Kecamatan jadi calon siswa masih satu kecamatan dgn sekolah yg di tuju.
Setuju ....UN utk rmh nya yg jauh saja dan kecamatan yg tdk bisa jonasi kombinasi. Kalau mau daftar pakai jalur prestasi UN itupun kuotanya hanya 2.5 %......kecil amat.
Contoh Jepang sana klo disana emng pendidikannya udh merata di Jepang juga pake sistem zonasi tpi setiap sekolah di Jepang fasilitasnya sma cara ngajarnya sama gaada sekolah favorit smua sekolah kualitasnya sama Sebenernya niatnya baik tpi waktunya ae sg salah pke banget pendidikan aja lom rata dikasih zonasi ya jelas anak anak yg pinter jdi males belajar anak anak yg males jdi tambah males belajar toh buat apa nilai? Dikira kita kelinci percobaan apa? "Ehh coba pake cara ini dulu deh pak kali aja berhasil" trus pas gagal "pak coba pake yg ini deh keknya bagus" kpn Indo bsa maju klo kek gini?!?!?!?!
1 hal yang kurang disebutkan dari kekurangan sistem zonasi...anak saya dekat dengan SMP N 3 Cimahi tapi stelah proses daftar diketahui jarak nya 2,5 km smntra rumah dan lokasi skolah - dari 1 Km terhalang jalur Rel Kereta Api. Artinya Zonasi ini menggunakan jarak akses Jalan seperti mengunakan aplikasi Gojek/Grab sebaiknya bukan Jarak Jalan TETAPI RADIUS lokasi rumah dan lokasi sekolah. RADIUS itu seperti radar melingkar bukan menarik jarak akses jalan. Kenapa Radius, sebab pemukiman padat seperti lokasi saya hampir pasti ada jalan jalan kecil yg sbnr nya biasa di pakai untuk motor misalkan. Jadi tolong jangan gunakan perhitungan jarak zonasi menggunakan Jarak Jalan seperti Google Maps, sebab kondisi d lapangan berbeda. Akhirnya anak saya dengan NEM yg baik banting setir mendaftar ke SMP Swasta. Bukan soal kualitas negeri vs swasta tapi lebih kepada soal BIAYA SEKOLAH terjangkau jika di Negeri. Saya hanya bisa berkata pada anak saya, Sabar ya nak Swasta maupun Negeri kmu ttp bisa jadi pintar dan bahagia juga sukses di masa depan.
Piknik Nyok by. ARUL , Membingungkan, kan . Karena jadi mengalahkan anak yang berprestasi tinggi. Kasihan anak - anak yang berprestasi tinggi kalau begitu. Enggak adil. 🤔🤔
Piknik Nyok by. ARUL memang jarak yg dipakai kan titik koordinat rumah dan sekolah ditarik lurus. Dan rumah harus sesuai dengan KK yang ada atau memakai surat pindah yg dikeluarkan kecamatan.
Saya Dari kampung . Rumah Saya ke sekolah 8.8km , dan itu SMA negri Yang terdekat Dari Rumah . Kalo sekarang PPDB demikian . Siswa Yang seperti Saya mau di kemanakan .
Sistim zonasi mohon d koreksi...krn siswa cerdas bisa tdk masuk ke sekolah yg di inginkan..krn zonasi...mbok yao kalo mau membuat peraturan di sosialisasikan...buat ap ada UN...nilainya toh tdk bisa buat acuan...
Sebetulnya dalam pendidikan itu yang paling penting perbaiki dulu SDM nya dulu supaya sekolah menjadi kualitas, karena selama ini masih banyak sekolah yang SDM nya sudah kadalu warso belum mengikuti teknologi pendidikan modern
Lho kalo masalah APBD dan APBN gak rata itu kan bukan salah murid dan ortunya, tapi salah pemerintah. Kan yg nyalur2in anggaran itu pemerintah. Kenapa malah bikin alasan untuk peraturan yg merugikan murid dan guru? Kalo soal ada SMA yg favorit yg muridnya datang dari luar kota/bahkan luar provinsi, ya kebijakannya jangan zonasi dong. Kalau mau membatasi wilayah silahkan, misal SMA di jakarta harus orang domisili dki jakarta, tapi jangan abaikan nilai murid2mu. Itu namanya gak menghargai prestasi dan usaha
Bu Retno ni ga ngerti masalahnya. Yang jadi masalahnya adalah banyak calon siswa yg tidak diterima, padahal dekat sekolah. CNN seharusnya mewawancarai orangtua siswa, bukannya bertanya ke KPAI yg kayak tong kosong nyaring bunyinya.
Jkt pake sistem zonasi, tapi penerimaan tetap berdasarkan rata2 nem, meskipun rumah siswa dekat dgn sekolah bagus yh nilai nem nya tinggi2 jika siswa tsb nem nya rendah tetap tersundul / tetap tdk bisa masuk.. info/sosialisasi juga dari awal ga jelas !! Pertama ikut jalur lokal dgn penerimaan 55% (zonasi) tetap berdasarkan nem tinggi, tahap berikutnya jalur umum (bebas boleh daftar di sekolah mana saja), ini malah nem rendah bisa diterima di sekolah yg tadi di jalur umum nem nya tinggi, meskipun hanya terima 35% jml siswa.. sayangnya byk yg terkecoh pada ikut daftar jalur lokal, shg jika sdh diterima & lapor diri di sekolah tsb, maka tdk bisa lagi ikut jalur umum.. Orangtua sistem begini bikin jantung deg2an, main sundul2an, ngilu hati, sedih.. klo kita sbg ortu ga aktif, ga byk tanya dan gaptek, wah bakalan makin pusing deh..
Justru untuk meratakan kualitas sekolah ya lewat zonasi. Sehingga dalam lingkungan sekolah yang biasanya diisi anak "buangan", mendapatkan input anak yang pintar yang terpaksa masuk sekolah itu tadi sehingga anak-anak yang kurang pintar bisa termotivasi. Selain itu Kemendikbud akan merotasi guru dari sekolah favorit ke sekolah lain sehingga kualitasnya makin baik. Indonesia akan makin maju, tidak hanya di perkotaan tapi di pedesaan kualitas sekolahnya akan seperti sekolah favorit di perkotaan. Ini cita-cita presiden Jokowi bahwa pembangunan dimulai dari kampung ke kampung
@@ujicoba9806 padahal sempat galau ketika lihat nilai UN ku yang jelek, karena aku memang jarang belajar, tapi berkat adanya ZONASI aku langsung diterima di sekolah terkenal di kotaku, Yeay!! terima kasih ZONASI, berkatmu aku tak perlu capek-capek belajar
@@leonhuwa3645 mungkin akan dilihat, tapi nilai UN tidak lagi menjadi prioritas utama dalam PPDB, karena 90% kuota penerimaan adalah untuk siswa yang berada dalam zona sekolah
@@ujicoba9806 gw setuju tentang pemerataan tapi kuotanya terlalu besar menurut gw dan harus ada batasan nemnya(minimal 24 gitu)jadi yg nemnya 16/20 gak bisa seenaknya aja zonasi.dan harus nya zonasi itu 20-30%.sisanya entah prestasi,nem murni,kombinasi dll.
mereka tak tahu bagaimana nasib siswa kami yang tak bisa masuk sekolah negeri dan harus masuk sekolah swasta,apalagi orang tua siswa yang hanya pas pasan.ketika orang tuanya tak mampu untuk menyekolahkan lagi mungkin anak tersebut terpaksa berhenti sekolah dan menyebabkan banyaknya pengangguran,keterbatasan pendidikan,dan susah untuk masuk perguruan tinggi maupun kerja. maka dari itu kami meminta seadil adilnya untuk di terima supaya tidak membebani para orang tua kami ini.
Kalau gini nggak usah ada ujian nasional buat apa ujian nasional kalau hasilnya bagus anak pintar nggak bisa dapat sekolah karena rumahnya jauh dari sekolah ini yg merusak sendi sendi pendidikan kejujuran integritas ketekunan kerja keras dan bagaimana kualitas pendidikan akan maju kalau seperti ini parah
Sistem zonasi itu simpel aja Nilai un rata rata 9 gak d trima Sedangkan yang rata rata 7 d trima dgn alasan dekat sekolah Kalo gitu uang bimbel dll kumpulin aja. 8 bln sblm sma kontrak rumah d samping sekolah. Beres Atau nanti ada ladang bisnis baru nitip pindah kk :/
Setuju,mohon maaf menambahkan.sistem ini sebenarnya sistem gagal yang di pakai kembali.tahun 1989 atau 1990 atau 1991(saya lupa tahunnya).saat itu saya tingal dekat stasiun kreta api klender lama jakarta timur dan ada SMA unggulan saat itu menerima lulusan dengan nem kecil dan akibatnya sekolah unggulan tersebut menjadi amburadul.coba di buka file pendidikan saat itu.untuk pendidikan kok memakai sistem gagal.
Doel Kmt tp sebenernya sistem ini bagus tp dgn ctt semua sekolah sudah sama kualitas pengajar dan fasilitas nya efek positifnya adalah kurang nya mobilisasi kendaraan agar lebih efisien jd mengurangi kepadatan d jalan .. tp balik lg apa semua udh siap dgn sistem ini?
Orang yg sekolah tapi masih ikut bimbel itu biar apa sih ? Gak cukup kah ilmu dari sekolah, sampai harus ikut bimbel. Coba kalo ikut bimbelnya doang, gak usah lagi sekolah, terus untuk dapet ijazahnya ikut aja ujian paket A, B dan C. Sama aja kan, tempat bimbel bisa ngasih materi pelajaran yg sama, bahkan lebih baik dari pada guru di sekolah. Terus ijazah paket C juga sah untuk daftar kuliah. Kalo logika mau dipake, semua itu bisa jadi mudah, seperti urusan zonasi sekolah ini, ngapain sih ngotot banget pengen masuk sekolah favorit, sekolah di deket rumah sama aja kok. Semua itu simple, gengsi yg bikin jadi ribet. Makan tuh gengsi.
tahun isi sistem PPDB terparah karena persentase zonasinya sangat tidak adil. Okelah pake sistem zonasi karena kasian yang rumah deket mau ngerasain sekolah disekolah bagus, tapi sebaiknya ngga sebanyak kaya sekarang porsinya untuk kriteria yang zonasi murni. Atau kalau perlu zonasi murni ditiadakan, hanya ada zonasi kombinasi, supaya walau rumah deket tetap berusaha dapat nilai bagus pas UN, ngga cuma ngandelin jarak rumah.
dan kalau bisa gurunya juga di zonasi supaya dapat memberikan contoh kepada siswa yang kurang disiplin. Karena faktanya di beberapa daerah Guru pun tidak disiplin dalam waktu.
Ganti menteri Pendidikan, wawancara diTV one hari ini 11 Jul 18, Statement dan jawaban dari penanya wali murid sangat amat tidak nyambung, menteri pendidikan Tp kok kurang terdidik.
di desa saya ..tidak ada satupun yang di terima di sekolah negeri ... katanya ingin meratakan ... apa yng di ratakan itu pak menteri..!!!! justru mempersulit warga - warga di pedesaan ... yang jauh dari kota..
ariq kamil bisa gimana minggu lalu ponakan ku testing masuk smp tapi banyak orang tua yg main uang langsung ke kepala sekolahnya.begitu keluar hasil test pengumuman ada sebagian ortu murid yg masuk ke kantor kepsek
Komentar Komisioner KPAI ini menyorot "sosialisasi", tidak tepat. Konteks protes adalah fakta nyata bahwa "mutu sekolah" tidak sama karena berbagai hal. Menteri Pendidikan tidak bisa memaksa orang ke suatu sekolah hanya karena "jarak". Bila kelak mutu sekolah sudah merata maka orang tanpa disuruhpun pun baru akan mempertimbangkan jarak.
Sekarang sekolah ngak perlu pinter...... Yg penting rumah kita deket sama sekolahan.... Nem 92,44 tp ngak bisa masuk ke sekolah negri..... Cuman gara gara sistem zonasi..... Tolong bantu biar bisa masuk ke sekolah negri karena biaya sekolah SWASTA sangat MAHAL...
Baron FM setuju, ini pokok nya. ketidakmampuan pemerintah di limpahkan ke siswa/ortu. toh buat permen biaya nya brp besar sih dibanding pemerataan skolah nasional. bermaksud baik dibalik ketidakmampuan.
Justru untuk meratakan kualitas sekolah ya lewat zonasi. Sehingga dalam lingkungan sekolah yang biasanya diisi anak "buangan", mendapatkan input anak yang pintar yang terpaksa masuk sekolah itu tadi sehingga anak-anak yang kurang pintar bisa termotivasi. Selain itu Kemendikbud akan merotasi guru dari sekolah favorit ke sekolah lain sehingga kualitasnya makin baik. Indonesia akan makin maju, tidak hanya di perkotaan tapi di pedesaan kualitas sekolahnya akan seperti sekolah favorit di perkotaan. Ini cita-cita presiden Jokowi bahwa pembangunan dimulai dari kampung ke kampung
@@ujicoba9806 anak yg kurang pintar bisa termotivasi... hello bukannya anak yg pintar jadi kehilangan motivasinya karna jarak lebih penting dr pada nilai.
Seharusnya dipertimbangkan dulu kalau ingin memakai jalur zonasi , rumah saya jauh dari sekolah apakah saya tidak bisa masuk sekolah yang saya idam-idamkan dari saya SMP ☹️☹️☹️
Biar merata sekolah Negri favorite swasta smua dpet siswa, Dan smua sekolah dpet mndapatkan siswa yg pinter jdi smua sekolah Negri maupun swasta punya prestasi smua..
Ujung ujungnya pemerintah menerapkan pendidikan kapitalis.. Dimana sma swasta jauh lbh bermutu drpada negri.. Udh dibikin kyak amerika, sma swasta lah yg bermutu tinggi hingga org org kaya saja yg akan berkualitas, bermutu secara PENDIDIKAN,!! Hati hati dengan rezim ini.. Tipu dayanya..!!
YAUDAH GINI AJA DEH, INI KAN UDAH TELANJUR, SETELAH INI.. PEMERINTAH HARUS MEMBERIKAN FASILITAS YANG LENGKAP KE SELURUH SMA LAYAKNYA FASILITAS DI SMA FAVORIT. SUPAYA YANG NILAINYA JELEK JADI SEMAKIN SEMANGAT BELAJAR, DAN YANG NILAINYA BAGUS GAK KECEWA BERAT TERUS TERUSAN! ADIL KAN KALO GTU..
Kalo memang yg jadi pertimbangan diterima arau tidak diterima jarak rumah dengan sekolah...imformasi seleksi yg dimunculkan di web ppdb bukan nilai ujian...tapi jarak rumah...kalo.yg dimunculkan nilai buat apa?
Ini namanya BESAR NAFSU DARIPADA OTAK. Sudah sering terjadi penerapan sistem baru yg tidak sebanding dengan instrumentnya. Instrument belum siap diterapkan, sistem sudah diberlakukan. Sama halnya dgn sistem Pajak dan BPJS. Sedangkan jika terjadi kesalahan administrasi, akibat negatif masyarakat yg menanggungnya. Coba minta para menteri pelajari sistem penerapan, tahapan dan pendekatan EDP (Electronic Data Processing) sebelum menetapkannya sebagai aturan baru. BIJAKlah wahai penguasa, jangan menjadi NAFSU BESAR tapi OTAK KECIL.
seharusnya sediakan dulu sekolah minimal 2 sekolah bagi wilayah yang jauh dari sekolah zonasi yang terjauh .... selanjutnya baru benahin saprasnya agar harapan pendidikan yang berkualitas dapat terlaksana dengan baik
salah satu pointnya adalah mendekatkan anak dengan lingkungan sekolah. BUKTINYA MANA HA?!!!!!! ANAK SAYA TERGESER DARI SMPN 25,SMPN 46 DAN SMPN 10 PADAHAL ITU DEKAT DENGAN LINGKUNGAN DAN SATU KECAMATAN .....PREEETT!!!!!!OMONG KOSONG.
Kalau mau Zonasi tiap sekolah harusnya di fasilitasi dulu seperti sekolah Favorit ,lah sekarang ini menurut saya banyak sekolah yg belum siap ,sangat tidak setuju sekali dengan zonasi,aneh pemikirannya
Sistem ini memang bagus, seperti di Jepang namun masih kurang matang. Intinya pemerintah niatnya bagus untuk pemerataan pendidikan, jadi tidak ada lagi gengsi di dunia pendidikan terkait sekolah favorit. Biaya? Ah kalo di sekolah favorit juga palah biayanya tinggi kok, swasta palah lebih terjangkau.
Ecstatic Mind , Betul banget . System nya enggak masuk akal. Sepengetahuan saya sekolahan favourite itu milik siswa berprestasi tinggi , yang masuk nilai 10 besar dan bukan 0 besar.
Tujuan nya supaya ga ada sekolah favorite Yg efek nya bakal ada ketimpangan Sistem ini udah d pakai di surabaya mulai thn 2014/2015 an lho Awal nya ricuh memang. Tp membaik hingga skrng
Coba sebutkan minusnya dan plusnya setelah siswa lulus nanti Apa ada perbedaan dalam penilaian terhadap sekolah? Misal dalam mencari kerja apa mereka melihat sekolah favorit? Saat daftar kuliah apa mereka melihat sekolah favorit? Kamu itu jangan egois mas Banyak orang tua yang keluar biaya lebih buat transport anaknya sekolah yang lagi tidak bisa mengawasi anaknya ujung ujungnya main main dalam sekolah, sekolah favorit nga menentukan sukses mas, semua sekolah sama saja tergantung usaha murid nya masing masing Terakhir BEGO DI PELIHARA Ego lu bego
Dwi Dinarsih, Dari pada bentrok melulu. Kalau menurut saya mah lebih bagus mencari pengalaman untuk belajar mendisiplinkan diri . Kalau setiap kali harus bersekolah di daerah Setempat kayak nya boring dan tidak mempunyai kemajuan dalam berpikir. Masalah anak - anak mau main - main mah itu tergantung anak nya yang tidak menghargai jerih payah orang tuanya , jadi tidak mau belajar untuk mendisiplinkan diri.
Maaf ikutan nimbrung nih...jangan pakai kata-kata kasarlah untuk diskusi yang positif dan membangun.tahun 1989 atau 1990 atau 1991(saya lupa tahunnya)...SMA unggulan dekat stasiun kreta api klender lama jakarta timur saat itu menjadi terpuruk karena harus menerima lulusan SMP dengan nem kecil agar memenuhi quota bangku karena sistem itu.akibatnya sekolah tersebut menjadi terpuruk.coba buka file pendidikan lagi di tahun itu.menurut saya harusnya sistem gagal jangan di pakai kembali.(untuk kelakuan anak yang katanya brengsek itu datang dari keluarga dan lingkungan).terima kasih dan mohon maaf sebelumnya dan bukan maksud untuk menggurui.
Saya setuju dengan program baru ini, supaya kedepanya semua sekolah itu tidak ada kata FAVORIT, semua harus menjadi FAVORIT !!!!!! LANJUTKAN !!!!!!! di kota kediri dari jaman dulu SMA FAVORIT ya cuma SMA 2 SMA 1 SMA 7, SMA yang lainnya dipandang sebelah mata!!
Saya rasa tujuan penggunaan sistem zonasi yaitu pemerataan standar/kualitas pendidikan di tiap sekolah baik itu sekolah di perkotaan maupun di pedalaman. Dulu sebelum zaman zonasi, yang masih berdasarkan nilai UN jadi berasa kesenjangan kualitas pendidikannya dimana murid2 yg pintar bergabung terus dengan murid2 yg pintar lagi, sementara murid2 yg tingkat kepintarannya berada di bawah terus berada di bawah karena lingkungannya begitu.
Itu karena orang tua atau murid masih terpaku sekolah favorit, padahal dalam kenyataannya itu semua saya berani bilang gengsi anaknya yang menuntut harus di sekolah favorit, dan mereka itu belum tahu sama sekali bahwa setelah lulus itu tidak ada lagi sekolah favorit, semua sekolah itu sama derajatnya tergantung nilai dia waktu ujian kelak, Dan untuk yang ngomong nilai gak di perhitungkan, kalian itu mencari pembenaran sendiri!, misal dalam satu skolah menampung 300 mirid, dan yng mendaftar dari sistem zonasi saja bisa sampai 500 lebih, disitu ttp di perhitungkan nilai, kalian itu yg menyalahkan sistem zonasi karena terpaku gengsi akan nama sekolah favorit, padahal dalam kenyataannya setelah kalian lulus gengsi yang kalian bawa itu tidak ada nilainya JANGAN KEBANYAKAN GENGSI SUKSES TIDAK DATANG DARI SEKOLAH FAVORIT
Dwi Dinarsih Iya. Saya minta maaf kalau saya kurang paham. Saya dan teman2 yang kena sistem zonasi tahun lalu khawatir gak bisa lolos snmptn karna sekolah kita bukan sekolah favorit. Padahal sebenernya kita bisa masuk sekolah favorit kalau gak ada sistem zonasi. Soalnya dulu ada orang sosialisasi katanya waktu SNMPTN univ itu juga liat dari sekolahnya. Kalau memang tidak terlalu berpengaruh saya minta maaf karena saya terlalu takut tidak bisa masuk univ favorit. Terimakasih berarti saya bisa sedikit lega sekarang.
Gimana cara berpikir p menteri,kasihan buat anak cerdas dan tak mampu,itu terjadi pada keponakan saya dan teman2nya,keponakan saya rangking 1 di sekolahan,akan tetapi untuk masuk ke sekolah negeri jarak 1km lebih,dan yang terdekat sekolah swasta yang sppnya 450ribu per bulan,halllooo p mentri apa anak orang gak mampu dan cerdas gak boleh menikmati pendidikan.
nanti gaperlu tuh punya nilai un besar. percuma. kalah sama yang lebih deket dari sekolah. jadi, nanti cukup beli rumah aja deket sekolah biar langsung diterima!
Setahu saya, dulu calon siswa itu yg butuh sekolahan, tp sekarang sudah kebalik justru sekolahan yg butuh siswa, mgkn karna alasan kondisi yg seperti ini membuat saya setuju dgn adanya pemerintah memberlakukan ZONASI SEKOLAH, jd ini bukan masalah adil atau tdk adilnya pemerintah akan siswa yg cerdas &berprestasi saja,pemrintah bukan cm memikirkan kepentingan peserta didik saja, tp kepentingan yg lain jg,salah satu contoh guru pegawai negri, jd nnti ini sifatnya berkesinambungan utk jangka panjang
Miris ya...seluruh usaha, doa, keringat, kerja keras kita...tidak dipertimbangkan...karena rumah kita tidak didekat sekolah...besok2...usaha, doa, keringat dan usaha kita, kita salurkan bukan untuk mendapatkan nilai yg baik...tapi untuk beli atau kontrak rumah di dekat sekolah....btw...nilai jual rumah di dekat sekolah habis ini pasti naik tinggi ya
Wes karepmu ta wong" ,kabeh aturan seng digawe menungso iku ora ono seng sempurno tapi ora gelem disalahno,yo tetep ae rakyat seng ngrasakno akibate,yen rakyat susah mergo aturan opo yo ngunu iku aturan seng bener.????
Sbg orang tua, kita mau anak kita mendapatkan kualitas pendidikan yg bagus dan baik secara akademik dan non akademik..dan ini sudah hukum alam dlm pendidikan..sedangkan sekolah-sekolah setingkat SMA itu TIDAK SEMUA MEMILIKI KUALITAS PENDDIKAN YANG BAIK..jika hendak menerapkan zonasi, MAKA PEMERINTAH HARUS MENYAMAKAN KUALITAS SELURUH SEKOLAH TINGKAT SMA..Silahkan turun ke lapangan dan bandingkan kualitas baik sekolahnya, pengajarnya dll antara sekolah yang selama ini difavoritkan dengan sekolah yang tidak difavoritkan..sekolah dianggap favorit krn mutu pendidikannya bagus shg tiap orang tua pasti berkeinginan utk memperbaiki kualitas pendidikan anaknya..lha kalau anak yg sudah bagus kualitas pendidikannya lalu masuk ke sekolah yg jelek mutu pendidikannya, lambat laut kualitas si anak jg akan turun..
Butuh sosialisasi lagi karena banyak orang tua yg belum mengetahui sistem zonasi sehingga timbul kepanikan. Sistem zonasi adalah salah satu cara agar kualitas sekolah merata karena penerimaan siswa baru tdk berdasar nilai UN tapi domisili tempat tinggal. Jadi kelak tdk ada lagi sekolah favorit dan tdk favorit. Semua sekolah sama baiknya. Perlu sosialisasi lebih lanjut agar orangtua sedari awal sdh merencanakan sekolah yg akan didaftarkan anaknya 🙏
Sistem zonAsi tdk adil....jls" daerah perum sy yg dekt sm sklh SMA negri haxa satu... Itu pun g bs d terima karna jarak yg terlalu jauh.. Ank sy d terima d sma yg jauh dr zonasi hmpir 3500 m... Hasil UN pun lumyn tinggi .itu pun tdk bs d terima ... Krn haxa sedikit personilnya yg d ambil lwt hsl UN... JLS TDK ADIL .DGN ADAXA ZONASI
Dengan sistem baru seperti ini di harapkan sistem pendidikan indonesia akn merata. No sekolah favorite no sekolah standar. Siswa pintar masuk di sekolah biasa efeknya bisa mengangkat prestasi sekolah yg awal nya biasa saja. siswa kurang pintar masuk di sekolah favorite otomatis siswa akn belajar lebih giat agar berimbang. So gak ada lagi tuh namanya org pintar kumpul dgn org pintar semuaa sama. Insyaallah indonesia kedepan akan lebih baik dengan sistem seperti ini.
Mentri pendidikan harusnya mengontrol pihak sekolah krn kasihan untuk para murid yg layak dan berhak berada di sekolah tersebut.perhatikan jg jumlah sekolah negri dan suwasta agar semua sekolah tersebut bisa menampung pendaftaran baru.jgn sampai tdk ada yg mendapatkan kursi dan tdk dpt melanjutkan pendidikan.
Klo tiap kelurahan ada sekolah SD SMP SMA bisa bikin sistem kaya gini, klo gini kasian yg rumah nya agak jauh dari sekolah manapun udah pasti ngga masuk walau nem gede percuma
Betul, nilai anak saya kecil sekali, logika ga mungkin di terima di negeri manapun, karena dengan sekolah negeri hanya berbatas pagar, harapan ada, tapi saya tidak suka, kasihan yang nilainya gede tapi rumah dengan sekolah berjarak kilo2 meter. (Jalur zonasi).