mengupas bacaan lafadz-lafadz adzan, kali ini kita bahas kalimat ke dua, yaitu asyhadu allaa ilaaha illallah Manakah Yang Benar Asyhadu an la atau Asyhadu Alla | lafadz adzan #adzan #tajweed
Saya melakukan sedikit research, pendapat/narasi di video anda bertentangan dengan point 2 di artikel di bawah ini, dan juga dari analisa pendengaran saya saat adzan di kumandangkan di masjid² besar, seperti masjid nabawi, masjidil haram, mekkah, dan dari bbrp pemenang adzan terbaik : Ini Lima Kekeliruan Membaca Syahadat yang Sering Terjadi saat Azan Sumber : islam - nu -i d 1. Menghilangkan huruf Ha pada kata أَشْهَدُ ad Terkadang kita mendengarkan azan seorang muazin yang membaca أَشْهَدُ menjadi أَشَدُ. Menghilangkan huruf Ha pada kata tersebut tentu akan merubah maknanya. أَشْهَدُ bermakna “Aku bersaksi” sedangkan أَشَدُ bisa mengarah ke makna “keras”. Pelafalan huruf ش juga tidak boleh mengarah kepada pelafalan huruf س karena ini juga akan mengubah lagi makna syahadat ke makna yang lain. 2. Tidak membaca idgham huruf Nun pada huruf Lam Pada bacaan أَنْ لَآ terdapat huruf nun yang berharakat sukun bertemu dengan huruf lam. Dalam ilmu tajwid, bacaan ini dihukumi idgham bi la ghunnah, yakni memasukkan atau melebur huruf nun pada huruf lam dengan dibaca tanpa berdengung. Pada praktiknya, ada muazin yang membacanya tidak menggunakan kaidah idgham bi la ghunnah, namun seolah-olah menghilangkan huruf nun sama sekali sehingga terdengar bacaan أَلَآ. Dengan membaca أَنْ لَآ menjadi أَلَآ tentu juga akan mengubah makna dari “Sesungguhnya tidak ada” menjadi “Ingatlah”. Selain menghilangkan huruf Nun, kekeliruan yang ada pada bacaan ini adalah mengganti hukum membacanya dari idgham bi la ghunnah menjadi idgham bi ghunnah. Yakni dengan menekan dan memperpanjang bacaan أَنْ لَآ menjadi “alla” (huruf lam didengungkan lama). 3. Membaca pendek huruf لَآ Kekeliruan ini yang sering muncul di antara kekeliruan yang lain. Muazin membaca kalimat ‘lā’ pada لَآإِلهَ إِلَّا اللهُ yang seharusnya panjang dengan bacaan pendek. Hal ini sering sering diakibatkan karena muazin menekan bacaan أَنْ sehingga tidak memperhatikan bahwa bacaan di depannya berupa لَآ harus dibaca panjang. Padahal huruf لَآ ini menjadi poin penting dalam membaca syahadat yang berarti “tidak”. Jika لَآ dibaca dengan pendek menjadi لَ, maka artinya akan berubah jauh dan bisa mengarah menjadi arti “Sesungguhnya”. Secara otomatis makna dari syahadat akan berubah drastis karena mengakui sesungguhnya Tuhan selain Allah. Naudzu billah. 4. Membaca huruf إِلَّا tanpa tasydid Kekeliruan selanjutnya adalah membaca huruf إِلَّا pada kalimat إِلَّا اللهُ tanpa tasydid sehingga menjadi إِلَى اللهُ. Ini juga bisa merubah makna syahadat 180 derajat dari makna aslinya. Karena إِلَّا dalam kalimat syahadat ini memiliki arti “kecuali” sementara إِلَى memiliki arti “ke”. Kekeliruan ini bila dibiarkan saja akan menjadi kebiasaan yang sulit untuk diubah. Sehingga para muazin harus benar-benar memahami dan meresapi makna syahadat pada poin ini. 5. Membaca huruf أَنَّ dengan panjang Jika 4 kekeliruan sebelumnya berada pada kalimat tauhid yang ditujukan untuk kesaksian kepada Allah, kekeliruan satu ini terjadi pada kalimat kesaksian kepada Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Terkadang terdengar muazin membaca huruf أَنَّ yang harusnya dibaca pendek, namun malah dipanjangkan menjadi أَنَّا. Hal ini tentu juga akan merubah makna yang tadinya أَنَّ bermakna “sesungguhnya” menjadi أَنَّا yang bermakna “Bahwasanya kami”. Terkait dengan kata أَنَّ ini, juga sering memunculkan kekeliruan lain dalam membaca kalimat Tauhid yang tidak menggunakan kata أَنَّ di dalamnya yakni kalimat لَآإِلهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ. Dalam kalimat ini, huruf أَنَّ yang merupakan huruf nashab tidak ada sehingga mengakibatkan kaidah bacaan dalam ilmu nahwu (tata bahasa) berubah. Kata “Muhammad” jika diawali dengan أَنَّ maka akan berharakat fathah menjadi أَنَّ مُحَمَّدًا. Namun jika tidak ada أَنَّ di depan kata “Muhammad” maka akan berharakat dhammah menjadi مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ. Sehingga perlu diingat perubahan harakat kata “Muhammad” dalam kondisi ada أَنَّ berharakat fathah dan tidak ada أَنَّ maka berharakat dhammah yang selengkapnya sebagai: لَآإِلهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ Dan أَشْهَدُ أَنْ لَآإِلهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ Demikian 5 kekeliruan yang sering dilakukan oleh para muazin yang kurang memperhatikan bacaan dan makna syahadat dalam azan. Hal-hal ini sering terjadi pada muazin anak-anak yang masih dalam proses latihan dan pembiasaan. Namun juga kekeliruan ini ada juga yang dilakukan oleh muazin dewasa dan tua karena sedari awal tidak ada yang mengingatkannya. --------------------------------- *Kemudian sy masih melakukan analisa lagi, terhadap adzan di masjib nabawi, di masjidil haram (Ali Ahmed Almulah, abd almajeed al sarihi) dan adzan di mekah (Syaikh Abdul Aziz Zahrani), juga di versi 5 adzan terbaik di channel ayat alFurqon: Semuanya menyebutkan "anla" hanya saja huruf "an" di baca cepat tapi masih bisa terdengar, saya mendengar dengan cara diulang berkali kali memakai headphone dengan suara cukup keras. terdengar jelas di sebut "ANLA" bukan "ALLA" dimana bagian "AN" (di baca dengan agak cepat di beberapa org dan tidak terlalu cepat di kebanyakan lainnya). jadi berdasarkan research saya, saya berkesimpulan yang benar adalah "anla" bukan "alla" , maaf bukan mau mendiskreditkan channel atau opini di channel ini, saya hanya mencari KEBENARAN sama seperti yang lainnya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bis shawab.
jelasinnya nanggung banget bang, orang yg awam kaya saya pasti malah jadi bingung, karena penggunaan asyhadu ini yg paling sering setidaknya ada 3 konteks, yg pertama adzan, yg kedua tasyahud awal/akhir dalam shalat dan yg ke tiga dalam 2 kalimat syahadat. kenapa gk di jelasin saja kalo kontek dalam adzan begini, dalam shalat begini, dalam 2 kalimat sahadat begini, atau sekalian abang bilang konteks pelafazan yg benar dalam adzan ini juga berlaku untuk pelafazan dalam tasyahud shalat dan dua kalimat syahadat. but thank you penjelasannya bang, coba saya cari sumber lain siapa tahu ada yg jelasin secara spesifik tanpa padanan konteks.
Saya juga bingung katanya di luar alquran ustad yg lain katanya ga pake hukum tajuid contoh seperti di video anla itu nun sukun bertemu dengan lam artinya idghom bilaguna pke hukum tajuid nun nya ga di baca atau alla di baca langsung.. namun pada praktek hukum tajuid pun tetap di pake saya sama dengan antum bingung jadi rancu gak konstiten saya juga pernah juga mendengar adzan asyhadu anla bukan asyaduallah di videi Coba klo misal ga ada perbedaan antara alquran dan selain alquran pasti konstiten enak dalam pengamalan
@AtokWibisono jawaban pake kebijaksanaan, hakikat adzan untuk panggilan orang shalat, mau salah lafdznya pun orang sudah faham tetep hakikat panggilan shalat hehehe
Tanya Uztad, ada muazin kalau azan, pada waktu membaca Lailahillallah, illallah nya tidak di tasydidkan, jadi dia baca la ilaha ii lallah bagaimana hukumnya uztad
@@anysafiraany1207 yg di maksud seperti yg saya tanyakan om tadi bukan alquran tajuid hanya di gunakan untuk alquran sedangkan bacaan syahadat bukan alquran walaupun bahasa arab nun sukun bertemu lam idghom bilaghuna sya faham hukum tersebut masalanya yg di baca ini bukan alquran , klo bercakap bahasa arab , baca hadits , doa jumhur ulama tak pakai tajuid pendapat paling kuat
Ya tetap berguna, ketika membacanya di mukroti maka di baca an mengabaikan hukumnya, tp ketika membacanya tanpa mukrot maka di baca idgham bilaghunah, jadi Jun seperti terlebur
Mkasih ustadz jawabannya soalnya ada pernah adzan seperti itu saya tanya katanya tdk apa2 karna alasannya wawu itu artinya Dan, sy masih keterbatasan ilmu jd ya iyakan aja ustadz meskipun agak ganjel n aneh...
brarti klo di buat tahiyat sholat syahadnya boleh di putus ngge ustad atau dibaca anlah soalnya saya seperti itu bacanya gak saya baca idghom bilaguna? gmna boleh ustad di dalam sholat seperti itu?
@@SantriRB tapi kan ga sampai merubah makna ngge ustad itukan sifat penghias tajuid idghom bilaghun tidak seperti mad bisa merubah makna jika tak di baca