banyak sudah yang buang muka saat aku tak lagi, pandai tuk menyayangi dengan cara sendiri kadang mataku buta, kadang telingaku tuli kadang suaraku enggan keluar kata dan bunyi, pernah kudiabai para pawang pustaka umpatan kutelan tanpa doa penolak bala kala semua rima paling pusaka membuang diriku yang menjelma serupa gulma yang berpular tanpa mimbar, tumbuh tanpa akar, hujan tanpa mendung pula pandai tanpa belajar perjalanan mungkin ajari ku cara berhujat tapi atas nama waktu tak bermaksud kurang ajar tak satupun mengerti apa yang kulalui tak satupun disini ketika ku dalam depresi konsumsi alkohol dan lain telah kulewati semakin dalam kutenggelam diri kucermati ~ dadaku berputar gila dalam rotasi aku tetap begini, tak mau ubah lagi jalanku jalanmu kan tak harus menyatu apa yang kau percaya jalani saja itu ~ yang pudar dipelupuk mata ada rasa cinta, ada harapan yang dulu pernah aku percaya menyulam banyak rima kugiat kala itu terpaku selama terik tak ubah jadi kelabu apa kita apa aku apalah sebuah nirwana jika indah hanya manipulasi akal dunia adakah kita didalam sekumpulan penderita jika benar kita ditanya sebelum hayat dicipta, kawan izinkan ku bertutur tanpa didengar bernyanyi tanpa lagu dan bergumam nafas gelegar riuh yang angkuh bertanya siapa paling benar biar aku salah biar kulum segala ikhtiar jika aku mampu rangkai rindu kan kuredam segala keluh kesah tanpa ragu sebab saat kucoba tuk lebih jauh ku tau semakin ku sadar ku tak beranjak dari hulu
Alihan wahana dari sastra ke hiphop. Muria sama Keilandboi paling indah di dengar. KB banyak terinspirasi dari Jalaluddin Rumi hingga sentuhan Sufi selalu ada pada tiap liriknya. Tabik 🙏