Woe ,, bukang kamong pung moyang sandiri yg lawang penjajah.... Orang laeng pung moyang jua iko lawang penjajah ,, tapi seng manuntut par orang kanal.... Setiap manusia yg lahir tetap di dunia ini pasti ada namanya , entah nama seseorang di berikan oleh orang tuanya atau siapa pun...... Kalo kurang di kenal berarti bukan kurang penting ,, tapi begitulah sejarah kalo di otak atik oleh penjajah.... sama juga dengan pahlawan" dari kampung lain juga yg tidak tercatat namanya dalam sejarah peperangan yg terjadi di maluku...
Sumpah,b asl ambon papa kailolo.tp b trs trg z tau ttg sjrah phlwan2 asl kmpung.stlah lht video ini b mrinding smpe nangis.mksih kk ats videox,smoga lbih lngkp crtax lgi biar yg blm tau jd tau.
Tapi ada salah satu senjata senyap yg anda blm ungkapkan dlm perang Alaka yg di pakai oleh MALESI-MALESI Hatuhaha Melawan pasukan Voc Belanda senjata Senyap tsb sampai skrg di jadikan Syair Kapata ULI-ULIN (Batang Kayu) , Yg biasa di Dendangkan : Sbg berikut : Uli - Ulin No Ti Ria Samanime o Nasyi Hiti Ele , Ria Kehe-Kehe Eya . Compenia E lowa Kura Syahir o Monia Latua Rina Nai Kota Le - Ma Uli 2
Sebelum terbentuknya Kerajaan Islam Hatuhaha di Jazirah Uli Hatuhaha seringkali terjadi kerusuhan-kerusuhan, seperti pada tahun 1382 terjadi peperangan Urisiwa di gunung Sialana anatar kelompok-kelompok yang tidak mau tunduk pada prinsip-prinsip Hatuhaha, antara Kapitan yang satu dengan Kapitan yang lain. Tetapi dengan kehadiran Kapitan ISMAIL AKIPAI USEMAHU di Jazirah ini, maka dapatlah diatasi segala kerusuhan serta membawa perubahan-perubahan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan di antara Kapitan-kapitan maupun tokoh-tokoh masyarakat di Jazirah Uli Hatuhaha. Sehingga daerah ini dapat disatukan dalam satu wadah yakni Uli Hatuhaha. Kapitan Ismail Akipai usemahu dapat menciptakan suatu kondisi yang baik dengan jalan mengangkat Ronerusun Marapaika (Matasiri) selaku kepala adat Hatuhaha Amarima Lounusa dengan istilah Latu Nusa Barakate, yang memepunyai kedudukan tertinggi di Jazirah Uli hatuhaha, dimana kedudukan ini masih tetap dipertahankan sampai saat ini dengan istilah Ketua Latu Pati. Sedangkan pada masing-masing negeri diangkat seorang raja, antara lain: 1. Kapitan Seipati Kabaresi sebagai Latu (Raja) untuk kelompok Sahapori (Kailolo) dengan gelar Latu Surinai. 2. Kelompok Samasuru (Kabauw) Latu Karia Sina (Latu Pisina Sinamahu) kemudian diserahkan kepada Latu Supaholo seterusnya kepada marga Pattimahu. 3. Kelompok Mandelisa (Rohomoni) diangkat dari kelompok Moniya Tihusele ditetapkan Makuku Rahamete dengan gelar Sangaji, dimana marga Sangaji memegang tampuk pemerintahan sampai sekarang. 4. Kapitan Tuai Leisina Tuanoya sebagai Latu (Raja) untuk kelompok Haturesi (Hulaliu). Dalam proses pengangkatan di atas menimbulkan protes dari Kapitan Kohiyasi, yang seolah-olah menghendaki kedudukan tersebut, sesuai dengan kapatah sebagai berikut:Musunipi kup lete asai Lounusa, oAkipai hiti Latu Ronae, eaKohiyasi weitai kanamai, anakai Akipai Paria ipiriSusa hee Latu Ronae, ihiti puna Latu Nusa Barakate Namun sesuai dengan perjanjian bersama antara Kapitan Akipai dengan Kapitan Rihiya Hutubesy pada saat berakhir peperangan Uri-Siwa di gunung Sialana, maka Kapitan Ismail Akipai tetap melaksanakan pengangkatan tersebut dan ternyata pengangkatan tersebut berjalan baik tanpa seorangpun berani menghalanginya.Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa tugas dan fungsi daripada Kapitan Ismail Akipai adalah untuk memulihkan keamanan dan ketertiban dari gangguan, baik yang datang dari dalam maupun yang datang dari luar, serta mengangkat kepala-kepala adat, Latu (Raja). B. TERBENTUKNYA KERAJAAN ISLAM HATUHAHA Berdasarkan informasi dari leluhur kami bahwa di Maluku Tengah tepatnya di pulau Haruku, bagian Utara terdapat sebuah kerajaan Islam yang bernama “Kerajaan Islam hatuhaha”, yang pada saat itu merupakan suatu kerajaan Islam yang terkuat di Lease. Kerajaan Islam Hatuhaha terbentuk daripada lima buah negeri yang disebut Amarima Lounusa, antara lain : 1. Haturesi raka nyawa (Hulaliu) 2. Matasiri nama latu (Pelau) 3. Sahapori serambi (Kailolo) 4. Samasuru huniase (Kabauw) 5. Mandelisa pesy (Rohomoni) Kerajaan Islam Hatuhaha ini sebelumnya bernama Kerajaan uli Hatuhaha, dimana pada tahun 1380 Miladiyah kerajaan tersebut dibawah pengawasan seorang Kapitan yang bernama Kapitan Ismail Akipai yang sakti mandraguna, namun struktur pemerintahannya belum diatur sebagaimana halnya suatu kerajaan. Dengan kedatangan Datuk Zainal Abidin di Jazirah Uli Hatuhaha sebagai penyiar agama Islam banyak membawa perubahan sehingga pada tahun 1410-1412 Miladiyah agama Islam diterima secara bulat oleh masyarakat Amarima Lounusa. Pada saat itu juga Kerajaan Hatuhaha berganti nama menjadi Kerajaan Islam Hatuhaha, dimana pelaksanaan roda administrasi pemerintahan dibagi menurut kedudukan adat, antara lain: 1. Raja Matasiri (Pelauw) sebagai Latu Nusa Barakate Hatuhaha 2. Raja Haturesi (Hulaliu) sebagai Sekretaris Hatuhaha (penyimpanan arsip/ surat) 3. Raja Sahapori (Kailolo) bangsa kapitan sebagai Panglima Perang Hatuhaha serta penjaga keamanan terhadap bahaya yang datang dari dalam maupun dari luar Jazirah Uli Hatuhaha 4. Raja Samasuru (Kabauw) sebagai Ahli Perdagangan (koordinator bidang ekonomi) 5. Raja Mandelisa (Rohomoni) sebagai Imam Hatuhaha, hal ini didasarkan pada Muhudumu merupakan orang pertama yang diIslamkanSetelah terbentuknya Kerajaan Islam Hatuhaha pada tahun 1410-1412 Miladiyah, tahun itu juga merupakan tonggak sejarah perkembangan agama Islam di Jazirah Uli Hatuhaha yang dapat mempersatukan Amarima Lounusa menjadi satu kesatuan, seperti diungkapkan pada kapatah di bawah ini:Hatuhaha taha rua taha rima’oIte looka hiti haha ruma’eaIte looka hiti haha ruma’ioIrehu waela sala isya’iArtinya :Masyarakat Hatuhaha tidak ada perbedaan kelompok, baik dua maupun lima, mereka saling bantu membantu satu sama lain, karena mereka berasal dari satu pancaran mata air. Dengan demikian setiap permasalahan yang timbul di Jazirah Uli Hatuhaha dapat dieselesaikan secara adat hatuhaha yang dinamakan “Musunipi” (musyawarah). Hal ini atas gagasan Kapitan Ismail Akipai.Kerajaan Islam Hatuhaha pada awalnya merupakan satu negeri adat yang besar dalam sejarah, dengan kedudukan ibu negerinya dikenal dengan nama Amahatu yang terletak disekitar pegunungan Alaka. Namun karena proses perkembangan sejarah, negeri Hatuhaha ini terpecah menjadi lima buah negeri yang kesemuanya terpencar disepanjang pesisir pantai pulau Haruku bagian Utara. Negeri Haturesi (Hulaliu) merupakan satu-satunya pecahan negeri Hatuhaha yang penduduknya berpindah agama, sedangkan empat negeri lainnya tetap berpegang kepada agama Islam. Referensi:1)। Richard Z. Leirissa, Drs, Maluku Dalam Perjuangan Nasional Indonesia, Lembaga Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 19752). Abu Bakar Ohorella, Pemuka Masyarakat Kailolo, 19893). Abdul Latif Tuanany, mantan Sekretaris Desa Kailolo, 19894). Hi. Kojabale Marasabessy, Pemuka Masyarakat Kailolo, 1989
@@wahyubentrok7487 tuang coba ale buka ale pung dolo katanya bt carita ini salah ??? sakarang bt tanya kamong pung panglima tuh sapa? KATANYA panglima hatuhaha di SAMASURU la coba buka jang mau sabarang