Jazakallah khairan katsiran pak ustadz. Satu hal yg perlu saya tanyakan ustadz, yi ttg upah jagal / operasional Panitia kurban diambil dr uang kas masjid/ BKM. Ket. yg saya dpt dari sebagian Ulama/ustadz bhw secara tegas hal tsb tdk dibenarkan, sementara menurut ustadz justeru hal tsb sangat bagus. Bgmn ini pak ustadz?
Biar tidak membingungkan, kayak didaerah saya. Panitia kurban adl orang yang berkurban. Tukang jagal dan orang yg membagi daging serta orang yg mencacah tulang kita bayar dgn uang sendiri bukan dari hewan kurban. Daging yg dimasak utk makan siang adl dari orang yg berkurban dimana masing masing dipotong 1/2kg daging dari jatah orang yg berkurban yaitu 1/3 dari total bobot hewan kurban.
Ditempat saya panitia ugal2an jatah daging lebih banyak dari yg kurban pdhl sudah narik biaya operasional sepertinya daging kurban sudah dikuasai sepenuhya oleh panitia, apalagi waktu pembelian sapi/patungan untuk tiap tahun ada ± 6-7 ekor sapi yg membeli panitia tanpa sepengetahuan yg korban dan ternyata banyak yg tdk sesuai dg uang yg terkumpul(7 orang=21 juta) dan pengurus inti berpedoman bahwa yg korban sudah pasrah ke panitia. Kira2 bagaimana kasus ini, karena sebagian masyarakat banyak yg komplain. Mohon penjelasan, wassalamualaikum wr. wb.🙏🙏🙏
Sebagian ulama membolehkan, sebagian lagi melarang. Alasannya krn ibadah qurban itu ibadah individu, jadi tidak bisa ditutupi oleh kas masjid yg merupakan uang unttuk ibadah jemaah masjid. Sebaiknya memang dibebankan kepada pekurban. Jadi biaya operasional dibebankan kepada pekurban sejumlah nilai tertentu. Wallahu a'lam
Kalo panitia ngga boleh ngambil bagian sebagai jatah jerih payah tenaganya gimana ? cuma kena darah dan dan kotoran hewan qurban aja ada yang mau jadi panitia seperti itu sy SANGAT SALAUT saya angkat jempol 👍👍👍👍
Tidak boleh panitia menerima upah daging atau bagian hewan qurban. Yang mana pengertian upah adalah sesuatu yang diberikan karena ada tenaga yang dikeluarkan. Begotu barangkali
Disini panitia dpt banyak daging Takmir dapat bagian Panitia dapat bagian trus klo ada sisa dari pembagian dibawa pulang semua entah kepala dging dan kaki dengan dalih upah saya cari anggota ngumpulin duit trus bli hewan Klo bgitu hukumnya gmn ya apakah haram
Didesa kami dan desa sebelas,serta dikampung asal saya,panitya tdk dpt jatah hny dpt makan dr jatah kurban yg diminta daging hak kurban 1/2kg yg dimasak dg biaya operasional dr urunan para kurban
Bila nyerahin ke panitia maka wajib berikrar mewakilkan... Jika diam saja... Maka salah....agama tuuch berdasar riwayat bukan berdasar kebijakan akal semata.
@@AhmadZarkasihmenyerahkan bukan juga seenaknya thd hewan qurban/daging qurban .. panitia juga ada aturannya .. pada prakteknya panitia juga sbg tukang jagal/potong juga ..
Tukang jagal juga sah sah ajah mendapatkan daging kurban asal orang yg berqurban memberikan daging itu jangan diniati ujroh tapi niat memberi daging kurban ajah
Tapi kan jatah yg sepertiga sudah diambil Shohibul qurban... Kalau Shohibul qurban menyerahkan jatahnya ke panitia utk dimasak/dimakan mungkin tidak mengapa...
Assalamualaikum ustadz.. semoga panjenengan sehat² selalu 🙏 Kami mohon pencerahannya ustadz.. soal panitia kurban. kebiasaan yg saya lihat di kampung saya, panitia kurban (yg terdiri dari sekitar 20-25 /orang) mendapatkan jatah daging kurban perorang 2 kantong, dengan asumsi 1kantong sebagai jatah kurban, 1kantong lagi (mungkin) sebagai ganti lelah panitia (entah upah ataukah hadiah/sedekah tak jelas). Benarkah praktek semacam ini ustadz ?, mengingat saya mendengar penjelasan Beberapa ustadz baik di yutub maupun artikel qurban, bahwa praktek mengambil 'lebih banyak' daging kurban yg dilakukan panitia itu tidak diperbolehkan, dianggap sama dengan upah jadi cukup satu kantong saja, Tapi sebagian ustadz yg lain membolehkan, dgn alasan bahwa sedekah qurban itu tidak ada ukuran tertentu nya .. boleh lebih boleh kurang. Jadi panitia dalam hal ini boleh dapat lebih. mohon dengan sangat panjenengan sudi merespon pertanyaan ini, agar menjadi 'landasan' kami (panitia) dalam mengurus qurban besok. Note : Dalam hal ini kami panitia tidak di upah, hanya mungkin disediakan jamuan makan siang dan Snack biasanya. Jazakallah khoir 🙏🙏
alaikumsalam warohmatullah. bagi saya kedua pendapat yang disebutkan tadi tidak ada masalah, sah-sah saja. toh keduanya dikeluarkan oleh ulama yang memang kita sepakat untuk mengikuti mereka semua. karenanya, dalam hal kepanitian, mengamil jatah itu tidak masalah. hanya saja jika mengambil lebih dari satu kantong, bagi saya itu tidak elok, kurang pantas, melihat di tengah masyarakat banyak timbul kecemburuan. sebaiknya, jika memang ingin mendapatkan lebih, kelebihan itu jangan diambil dari hewan sembelihan, akan tetapi diambil dari dana masjid atau dana salah seorang yang sukarela membelikan daging untuk panitia. masalahnya dari dulu gitu, beberapa saudara, tetangga dan warga apalagi yang kurang mampu merasa cemburu dengan panitia yang mendapatkan daging lebih, padahal jika dilihat dari kemampuan, mereka (penitia) termasuk golongan mampu. itu jika terlihat jelas melukai perasaan orang-orang sekitar dan tetangga yang kurang mampu. karenanya bersikap bijak saja. jatah disamakan , sebagaimana jatah warga. tapi panitia mendapatkan lebih bukan dr sembelihan tapi dari daging yang dibeli oleh masjid sebagai hidagang panitia atau dari salah seorang muhsinin. wallahu a'lam.
MESJID GAK USAH IKUT2AN SOAL KURBAN KURBAN ITU SIFATNYA INDIVIDUIL GAK USAH MESJID IKUT2AN BERUPA KAS MESJID KLWPUN ADA SISA2 UANG ATW HASIL JUAL2 KULIT TANDUK DSB MAKA MESJID GAK USAH IKUT2AN
mudah-mudahan saya yang salah. . . . mungkin penjelasannya dengan tulisan lebih bisa dipahami. silahkan download buku saya gratis, ada pembahasan soal panitia qurban di dalamnya: rumahfiqih.com/pdf/x.php?id=544&antara-pekurban-panitia-dan-tukang-jagal.htm
Jazakallah khairan katsiran pak ustadz. Satu hal yg perlu saya tanyakan ustadz, yi ttg upah jagal / operasional Panitia kurban diambil dr uang kas masjid/ BKM. Ket. yg saya dpt dari sebagian Ulama/ustadz bhw secara tegas hal tsb tdk dibenarkan, sementara menurut ustadz justeru hal tsb sangat bagus. Bgmn ini pak ustadz?