Berjualan sapu adalah keseharian Mang Oleh, untuk mengais rezeki demi bertahan hidup.
Sejak lama pria tua ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, dengan harapan ada orang yang membutuhkan dan membeli sapu yang ia tawarkan.
Namun kenyataan tidak sesuai harapan. Terkadang sapu yang ia dagangkan tak juga ada yang membeli, meski ia sudah berupaya sejak pagi hingga malam hari.
Saat bertemu saya, Mang Oleh tengah duduk termenung dengan pandangan kosong. Tangannya terus memegangi kepalanya seakan larut dalam hati dan pikirannya.
Saya merasakan apa yang Mang Oleh rasa dan pikirkan, kemudian berusaha untuk menghinburnya. Setelah lama bercerita saya mengajaknya ke tempat makan. Karena sejak pagi perut Mang Oleh belum terisi makanan.
Dalam perjalanan menuju tempat makan, Mang Oleh menceritakan, jika ia hidup sebatangkara. Tidak punya anak maupun istri apalagi sanak saudara.
Dari hasil jualan dengan keuntungan Rp. 5 ribu perhari ia gunakan untuk mekan sehari - hari.
Sesampainya di tempat makan, saya juga memanggil dokter, untuk memeriksakan kondisi kesehatan Mang Oleh. Lantaran saya lihat kondisi kaki Amang bermasalah. Kakinya mengecil dan ia terlihat kesakitan.
Usai Makan, Mang Oleh diperiksa dan diberi obat. Selain itu, saya juga belanja kebutuhan serta memberinya bekal untuk untuk modal.
Mang Oleh adalah orang hebat yang kembali saya jumpai. Sikap yang patut menjadi contoh, bagaimanapun sulitnya hidup terus berjuang dan berusaha tidak berharap belaskasihan orang lain.
Memiliki budaya malu yang mendasari kehidupan Mang Oleh adalah gambaran masyarakat kita yang tak pantang menyerah meski hidup dalam kondisi serba kekurangan.
#kangdedimulyaditerbaru
#kangdedimulyadichannel
15 сен 2024