Тёмный

Perayaan Gerebeg Maulud Tahun 1912 Keraton Kasunanan Surakarta Serta Deskripsi dan Sejarahnya 

Apong van Banten
Подписаться 4,3 тыс.
Просмотров 301
50% 1

#tradisi #maulidnabi #sejarah
Video: Eye Filmmuseum Belanda.
-------------------------------------------------------------------
Disclaimer: Saya bukan pemilik video. Jika pemilik video merasa keberatan dengan penggunaan video, silahkan komunikasikan melalui kolom komentar atau melalui media sosial saya.
-------------------------------------------------------------------
Disclaimer: I am not the owner of the video. If the owner of the video objects to the use of the video, please communicate through the comments column or through my social media.
-------------------------------------------------------------------
Sejarah dan Proses Grebeg Maulud, Makna Gunungan, dan Kirab Prajurit Keraton.
Naskah diadaptasi dari tempo.co.
Setiap memperingati hari lahir Nabi Muhammad solallohu alaihi wasallam, prosesi Grebeg Maulud menjadi salah satu hal yang dinanti masyarakat, khususnya masyarakat Yogyakarta dan Solo. Setiap tahunnya, Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta mengadakan tradisi Grebeg Maulud pada tanggal 12 bulan Rabiul Awal tahun hijriyah.
Grebeg Maulud adalah salah satu tradisi adat masyarakat Yogyakarta dan Solo yang diselenggarakan setiap tahun. Grebeg Maulud diadakan untuk memperingati hari kelahiran dan peninggalan ajaran-ajaran Nabi Muhammad.
Grebeg Maulud memiliki arti sebagai wujud syukur dari Keraton Yogyakarta dan Surakarta, atas berkah kemakmuran yang dapat dinikmati bersama masyarakat. Grebeg Maulud adalah salah satu dari tiga Grebeg yang rutin digelar. Dua Grebeg lainnya yaitu Grebeg Syawal dan Grebeg Besar.
Setiap tahun orang-orang rela berdesakan di terik siang untuk memperebutkan gunungan yang dibagikan oleh pihak Keraton. Gunungan adalah arak-arakan berbagai hasil bumi yang bisa diperoleh masyarakat secara gratis. Konon, mendapat gunungan adalah pertanda bahwa orang akan diperlancar rezekinya. Setidaknya ada enam Gunungan yang dipersiapkan. Empat Gunungan diarak dari Keraton menuju Masjid Besar Kauman, sedangkan sisanya dibawa ke Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan Istana Pakualaman.
Prosesi Upacara Grebeg Maulud.
Grebeg Maulud dimulai dengan Miyos Gangsa. Setelah itu, dilanjutkan dengan Numplak Wajik. Di prosesi ini, semua senjata atau pusaka yang dimiliki oleh Keraton dikeluarkan dan dipersiapkan. Kemudian// prosesi dilanjutkan dengan Bethak dan Pesowanan Garebeg.
Dalam Pesowanan Garebeg, nasi yang telah dimasak saat prosesi Bethak dibentuk menjadi bulatan bulatan kecil. Setelah itu, nasi tersebut diletakkan dalam pusaka kanjeng kyai Blawong yang berwujud piring besar. Kemudian dilanjutkan dengan gunungan yang berjumlah enam buah yang diarak.
Tradisi Grebeg Maulud diawali dengan konvoi prajurit Keraton, yang berseragam lengkap dengan senjata khusus. Ada pula prajurit yang membawa alat musik yang dimainkan. Setelah rombongan prajurit pertama keluar, muncul rombongan prajurit yang menunggangi kuda. Setelah itu barulah muncul rombongan gunungan yang siap dibagikan kepada masyarakat.
Sejarah Tradisi Grebeg Maulud.
Grebeg berasal dari kata gumrebeg, yang memiliki arti perayaan. Grebeg adalah warisan penyebaran Islam di Jawa, yang diprakarsai oleh Sunan Kalijaga dan Raden Fatah. GrebegMaulud berawal dari inisiasi Sunan Kalijaga mengadakan tabligh akbar di Kerajaan Demak. Sunan Kalijaga berhasil menggaet beberapa pihak kerajaan dan masyarakat luas untuk hadir di acara tersebut.
Acara Grebeg Maulud yang pertama itu, berisi pertunjukan musik gamelan dan permainan wayang kulit. Acara yang berlangsung di halaman Masjid Agung Demak tersebut memang sebagai media dakwah Sunan Kalijaga. Permainan wayang kulit yang dipentaskan bercerita tentang nilai-nilai keislaman. Acara Grebeg Maulud ditutup dengan makan bersama antara pihak kerajaan dan masyarakat biasa.
Strategi dakwah Sunan Kalijaga tersebut berhasil menarik simpati masyarakat. Masyarakat yang tertarik kemudian mempelajari dan memeluk agama Islam. Tradisi tersebut dianggap sebagai salah satu metode dakwah yang sukses besar. Alhasil, kerajaan Jawa lainnya seperti Kerajaan Mataram Islam, ikut menggunakan metode itu. Di Yogyakarta, tradisi Grebeg Maulud diperkenalkan oleh Sultan Hamengkubuwono I sebagai Raja Mataram pertama.
Gunungan Grebeg Maulud.
Gunungan terdiri atas lima jenis, yaitu Gunungan Kakung, Gunungan Putri, Gunungan Gepak, Gunungan Darat, dan Gunungan Pawuhan yang berisikan hasil bumi, wajik, dan rengginang.
Selain perlambang pemberian sang raja kepada rakyatnya, Gunungan juga merupakan wujud syukur kepada Yang Mahakuasa dalam bentuk uborampe, yang dibagikan kepada masyarakat luas. ***

Опубликовано:

 

11 окт 2024

Поделиться:

Ссылка:

Скачать:

Готовим ссылку...

Добавить в:

Мой плейлист
Посмотреть позже
Комментарии    
Далее
ОНА ОПЯТЬ ПОЁТ 😱
3:05:53
Просмотров 1,2 млн
GUNUNGAN
24:46
Просмотров 33 тыс.