Al-Qolbu artinya secara bahasa Arab adalah hati dan akal. Kamus Al-Muhith oleh Al-Fairuz menjelaskan bahwa Al-Qolbu merujuk pada hati dan akal sebagai pengertian dasarnya. Selain itu, dalam kamus As-Shihah, Al-Qolbu juga diartikan sebagai akal. Ini menunjukkan bahwa Al-Qolbu memiliki makna yang melibatkan kedua aspek tersebut. "Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati (qolbu) atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." Dalam Surah Qaf ayat 7, firman Allah SWT menyatakan bahwa terdapat peringatan bagi orang-orang yang memiliki hati (Al-Qolbu) atau yang menggunakan pendengarannya dan menyaksikannya. Ayat ini menegaskan pentingnya hati (Al-Qolbu) dalam memahami dan menerima peringatan yang diberikan oleh Allah SWT. Al-Qolbu berperan sebagai pusat pemahaman dan kesadaran manusia terhadap tuntunan agama. Menurut jurnal penelitian berjudul "QALBU DALAM PANDANGAN AL-GHAZALI" oleh Duriana dan Anin Lihi pada tahun 2015, Al-Qolbu merupakan sesuatu yang halus (al-Lathiifah). Al-Qolbu adalah hakikat dari diri manusia yang halus dan berkaitan dengan sifat-sifat manusia. Al-Qolbu juga berperan dalam merasakan kegundahan dan kebahagiaan. Dalam konteks ini, Al-Qolbu mencerminkan dimensi spiritual dan emosional manusia. Keadaan Al-Qolbu juga memiliki dampak yang luas pada tubuh manusia secara keseluruhan. Apabila Al-Qolbu seseorang baik, maka seluruh tubuh manusia akan berada dalam keadaan baik pula. Ini menunjukkan bahwa hati (qolbu) memiliki pengaruh penting terhadap kesejahteraan fisik dan mental individu.
Qalbu itu sesuatu yang paling utama. Manusia siap untuk berma'rifat dan melihat sesuatu yang gaib dengan qolbunya, tidak dengan salah satu dari anggota badannya. Jika seseorang telah memiliki ilmu tentang qolbu kemudian melatih diri untuk membangkitkan energi qolbu, maka ia mengerti apa yang akan terjadi. Mengerti sesuatu di balik tembok gaib. Bisa menerima bisikan Ilahiyah. Inilah manusia yang sempurna dan mendekati malaikat. Namun qolbu menjadi terhalang dalam berma'rifat kepada Allah jika anggota badan berbuat maksiat. Arau, jika qolbu itu sendiri tenggelam kepada selain Allah. Kitab ini merupakan esensi dari mahakarya Syekh Imam al-Ghazali yang terkenal sepanjang masa. Disarikan dari Ihya Ulumiddin. Untuk memudahkan pemahaman dan lebih tertuju pada kajian khusus tentang qolbu, maka ibarat buah buku ini adalah intisarinya.
