Ritual Budaya Karo Erpangir Ku Lau Digelar di Lau Debuk Debuk
Alunan irama dari alat musik tradisional Karo Gendang Telu Sidalanen terutama kulcapi membawa suasana mistis pagelaran budaya Erpangir Ku Lau di lapangan Kawasan Wisata Lau Debuk Debuk, Doulu, Berastagi, Karo, Sumatera Utara, Jumat (28/10/2016). Irama itu membuat para peserta terhanyut dalam tarian khas pada masyarakat Karo yang disebut “Landek”.
Erpangir Ku Lau ke Debuk Debuk biasanya dilakukan setiap tanggal 13 kalender Karo atau setiap hari Cukera Dudu Lau menuju Bulan Purnama Raya. Ritus ini dapat menjadi entertainment atau tontonan budaya bagi pengunjung Sumatera Utara terkenal dengan daerah daerah wisata. Sehingga masyarakat Sumut sebaiknya harus menjaga daerah daerah tersebut. Namun, masih ada daerah yang indah namun belum tersentuh oleh masyarakat. Sehingga banyak kominitas yang melakukan penjajakan daerah yang patut dikenalkan kepada khalayak banyak.
Usai ritual, para peserta upacara bergantian mengambil air bunga bercampur jeruk purut dan berbagai ramuan. Sebagian beserta langsung mandi di kolam air belerang.
Untuk itu dengan Galang Kemajuan Center Kabupaten Karo bersama dengan Gerakan Nasional Sadar Wisata Karo juga Karo Trekker Community akan menghidupkan kembali pariwisata tersebut di daerah Tanah Karo, salah satunya upacara tradisional Erpangir Ku Lau.
Hampir lima tahun upacara ini tidak pernah lagi dilangsungkan secara akbar dikarenakan berbagai alasan. Acara akan digelar di Lau Debuk Debuk, Doulu, Berastagi.
Ketua panitia, Salmen Sembiring yang juga ketua Galang Kemajuan Karo mengatakan, dengan diselenggarakannya ritual Erpangir Ku Lau se Sumatera Utara ini akan menghidupkan kembali wisata alam dan budaya Karo di Lau Debuk Debuk. “Ritual ini akan diselenggatakan pada tanggal 28 Oktober 2016 dan melibatkan komunitas dan masyarakat Karo yang masih melakukan tradisi Erpangir Ku Lau. Pihak panitia juga telah melakukan koordinasi dengan komunitas - komunitas ini dan juga pihak masyarakat Desa Doulu sendiri yang seluruhnya sangat mendukung acara ini” katanya kemarin.
Ritual Erpangir Ku Lau memang berpusat ke TWA Si Debuk Debuk, di kaki Gunung Sibayak. Pengelolaan kawasan ini berada di BBKSDA Sumut namun secara administratif berada pada wilayah Pemkab Karo.
“Taman Wisata Alam Si Debuk Debuk memiliki luas 7 hektar tersebut kini terlihat terbengkalai. Demikian juga pelaku ritual yang semakin tidak teratur dan tidak terkoordinir dalam pelaksanaannya. Panitia Erpangir Ku Lau tahun ini mengharapkan dengan adanya acara ini maka TWA Debuk Debuk yang merupakan salah satu icon pariwisata alam dan budaya Karo di Sumut akan bangkit kembali ,” katanya.
Pihak panitia juga telah melakukan koordinasi dengan pihak - pihak pelaku ritual ini dan sangat mendukung acara ini. Panitia juga masih melakukan komunikasi dengan komunitas - komunitas kepercayaan tradisional Karo yang umumnya tidak muncul ke permukaan secara terang - terangan baik di Deli Serdang, Binjei, Medan dan Langkat. Demikian juga pihak pemerintahan Desa Doulu dan tokoh adat Doulu sangat mendukung untuk kesuksesan acara ini.
“Kita sudah sangat merindukan budaya ini agar dibangkitkan kembali sebagai warisan leluhur kita, ritual ini bisa terlupakan jika tidak dibuat acara - acara demikian secara rutin” ujar Mesin Ginting yang merupakan tokoh adat masyarakat Desa Doulu. Tokoh pemuda setempat Ganefo Kaban juga sangat mendukung acara ini untuk semakin meramaikan pariwisata Karo.
Ketua Gerakan Nasional Sadar Wisata Kabupten Karo, Briant Brahmana mengatakan bahwa pengelolaan yang kurang baik dan kalah saing dengan pihak pengelola pemandian air panas di Raja Berneh menjadi salah satu faktor berkurangnya pengunjung ke TWA Debuk Debuk. Padahal cerita sejarah Lau Debuk Debuk juga upacara - upacara tradisional demikian dapat menjadi daya tarik wisatawan. “ Tidak hanya menawarkan keindahan alam vulkanik semata, Lau Debuk Debuk tidak dapat dipisahkan dari beberapa ritual tradisional Karo terutama Erpangir Ku Lau. Seperti dirangkum dari beberapa sumber bahwa minimal sekali setahun Guru-guru (tabib, dukun) dan juga penganut kepercayaan tradisional Karo melakukan tradisi ini,”ujarnya.
Panitia Erpangir Ku Lau mendapat dukungan dari berbagai pihak yang peduli terhadap pelestarian budaya dan pariwisata. Dari Pemerintah Kabupaten dan DPRD Karo dan BBKSDA Sumut selaku pengelola wilayah dan masyarakat sekitar.
Pageralan budaya Erpangir Ku Lau akan kembali digelar tahun depan. Sehingga menjadi agenda budaya di pintu gerbang kabuapten Karo.
24 сен 2024