Dikisahkan, kala itu para tokoh pembesar keluarga Abdul Muththalib berdatangan ke rumah Rasulullah untuk dapat berbesan dengan putri paman mereka, Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Sesepuh mereka (orang yang tertua dalam keluarga) Abu Thalib datang mendekat kepada Rasulullah seraya berkata, "Wahai keponakanku, engkau telah menikahkan Zainab dengan Abu al-Ash ibn Rabi dan ia merupakan menantu terbaik, tetapi para sepupumu yang lain merasa engkau pun harus memberikan kepada mereka seperti yang telah engkau berikan terhadap lbnu Rabi'. Mereka juga tidak kalah mulia dan terhormat dari Ibnu Rabi'."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pun menjawab, "Engkau benar wahai pamanku."
Seperti kebiasaan Rasulullah dalam menikahkan para putrinya, beliau meminta izin kepada dua putrinya tentang pernikahan mereka dengan putra paman mereka Abdul 'Uzza, 'Utbah dan 'Utaibah putra Abu Lahab.
Kedua putri Rasulullah itu bukanlah putri yang berani menentang perintah ayah mereka atau menimbulkan kesulitan bagi keluarga dan sanak familinya. Diam dan tenang adalah jawaban mereka.
Beberapa hari kemudian, pernikahan mereka pun berlangsung dengan tenang dan tentram. Sayyidah Ruqayyah dinikahi oleh Utbah bin Abu Lahab sementara Ummu Kultsum dinikahi oleh saudaranya, Utaibah.
Sang ayah yang penyayang, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam memberkahi pernikahan ini. Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam menyerahkan perlindungan kedua putrinya tersebut kepada Allah Subhanahu wata'ala.
Demikian pula Sayyidah Khadijah yang melepaskan kedua putrinya dengan tetesan air mata. Beliau Radhiyallahu'anha pun lebih banyak meluangkan waktu untuk memberi perhatian kepada sang suami yang terpercaya dengan menjamin ketenangan dan kedamaian saat Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wata'ala.
Di samping itu, Sayyidah Khadijah merawat putri terakhirnya yang tinggal bersamanya, yang menjadi penghibur dan penyejuk hati baginya. la adalah Fathimah Az-Zahra yang pada saat itu masih kecil, manja, dan dicintai oleh sang ayah.
Pada awalnya, Sayyidah Khadijah kurang berkenan dengan pernikahan itu. Soalnya, beliau membenci perilaku ibu Utbah, Ummu Jamil binti Harb. Istri Abu Lahab itu terkenal berperangai buruk dan jahat. Beliau khawatir putrinya akan memperoleh sifat-sifat buruk dari ibu mertuanya.
Abu Lahab yang gampang emosian ini kerap menghasut orang-orang Makkah agar memusuhi Nabi dan para sahabat. Begitu pula istrinya, Ummu Jamil. Ia selalu berusaha mencelakai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
Kisah lain menyebutkan, begitu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam menerima risalah dari Allah Subhanahu wata'ala dan menyeru umat manusia kepada agama yang benar, berkumpullah kaum Quraisy dan mulai menyusun konspirasi jahat terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Salah seorang juru bicara mereka berkata, "Sesungguhnya, kalian telah melepaskan beban Muhammad. Karena itu, kembalikanlah putri-putrinya agar ia sibuk mengurus mereka!"
Mereka segera menemui ketiga menantu Rasulullah dan mengatakan, "Ceraikanlah istrimu dan kami akan menikahkanmu dengan wanita Quraisy mana saja yang engkau kehendaki!"
Abu al-'Ash menolak untuk memulangkan Zainab kepada Rasulullah karena ia telah memilih Zainab melebihi seluruh wanita Quraisy. Adapun kedua putra Abu Lahab segera mengiyakan tawaran mereka. Utbah memilih calon istri untuk menggantikan Ruqayyah. Ia memilih seorang gadis dari keluarga Sa'id ibn 'Ash.
Akhirnya, kedua putri Rasulullah itu pun kembali kepada keluarganya sebelum sempat berbulan madu.
Bagi keluarga Rasulullah yang jujur dan beriman, ujian dan cobaan di jalan Allah itu hanya semakin meningkatkan ketabahan dan keteguhan mereka.
Sejak masa-masa awal bi'tsah (pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul), Rasulullah telah mengatakan kepada Khadijah sang istri tercinta, "Waktu istirahat telah lewat wahai Khadijah."
Sayyidah Khadijah pun mengerti yang dimaksud oleh kalimat Rasulullah ini. Sayyidah Khadijah pun meneguhkan hati untuk selalu berdiri di samping sang suami, Nabi yang mulia.
Sayyidah Khadijah selalu menguatkan Rasulullah dan meringankan beban yang beliau hadapi hingga hilanglah duka yang beliau rasakan.
Kedua putri Khadijah, Ruqayyah dan Ummu Kultsum juga mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh kedua orangtua mereka. Mereka tahu sejauh mana penderitaan yang dihadapi oleh keluarga Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam akibat berbagai bentuk penindasan, gangguan, dan siksaan yang diperbuat oleh kaum dan sanak keluarganya.
#KisahIslami
#KisahNabiMuhammadSAW
#TintaMahabbah
10 апр 2021