Dulu sy sekitar taun 85 an keluarga saya transmigrasi tepatnya di Kabupaten Kampar Riau. Pada masa itu di sekeliling pemukiman itu masih hutan belantara kiri kanan Timur baratnya sejauh mata memandang entah di mana ujungnya. Pada masa itu di tempat kami bermukim tanpa listrik jalan masih tanah semua masih alami. Bahkan kita mau berbelanja ke kota pun kita harus menembus hutan sambil menunggu mobil loging yg lewat untuk kita bisa numpang dengan jarak puluhan kilo untuk sampai jalan raya pekan baru Dumai. Lokasi kami pada masa itu benar benar asli berdekatan dengan hutan belantara atau hutan perawan suasananya sungguh luarbiasa dan terekam jelas dan masih melekat di memori alam pikiran saya. Stiap hari saya di suguhkan dengan suara bermacam macam binatang mulai dari suara burung yang indah sampai suara binatang buas pun kita bisa mendengarnya pada waktu pagi atau di malam hari pada waktu itu. Saya masih bisa melihat berbagai jenis binatang yang sebelumnya seperti si amang uwa uwa burung rangkong kijang dan lain-lain secara tidak sengaja menampakkan diri. Bahkan di siang bolong pun kita bisa menyaksikan bagaimana segerombolan gajah gajah dan babi babi liar yang keluar dari hutan menyerang dan memakan tanaman yang ada di ladang warga,pada waktu itu gajah dan babi merupakan hama yang mengerikan. waktu itu Untuk bisa mengusir gajah dan babi liar kami membuat suara ledakan keras yang berbahan dari karbit kalo pagar tak mampu mencegah hama babi dan gajah. Dari dalam hutan pun kita masih bisa menikmati berbagai jenis buah-buahan hutan seperti buah tampuy cempedak mangga hutan dan lain-lain. dan masih banyak jenisnya sy tidk tau jenis namanya karna memang sy bukan penduduk asli. Di sisi lain ada yang tidak suka saya mendengarnya sampai hari INI. Yaitu suara gergaji mesin yang membabat hutan yg luas untuk di jadikan perkebunan sawit. Dan lenyaplah, terusir sudah hewan penghuni hutan karna keserakahan hawa nafsu manusia. Dulu lautan hutan sejauh mata memandang sekarang sudah menjadi lautan perkebunan sawit sejauh mata memandang. Dulu beruk, kera, dan sejenisnya masih bersuka cita menikmati makanan buah hutan sekarang dia akan banyak kita jumpai mengemis di pinggir jalan perkebunan sawit meminta belas kasihan manusia yang lewat berharap melemparkan makanan. Sedih sy melihatnya Ya Alloh ya Rob... Entahlah entah siapa yg menikmati semua ini, karna masyarakat menikmati sebagai kuli buruh perkebunan sawit. Itupun sudah di syukuri dengan luar biasa. Masyarakat tidk banyak menuntut tetapi sangatlah ironi di Negara yang katanya penghasil minyak sawit terbesar di dunia Ko masih mahal harganya dan terkadang langka.. Salam lindungi binatang dari kepunahan..
Nah iya bro,ini yg membuat kami selalu mengelus dada setiap menikmati kopi di panggiran anak sungai kampar,jauh di dalam hutan kerapkali dengan backsound suara gergaji mesin
Kl mnurut sya kl hanya longing2 yg menggam bil kayu nya sya rasa dak seberapa pak anak2 kayunya bisa tumbuh besar lgi di bandingkan di alih pungsikan perusahan sawit itulah yg paling calaka nya gak akan ada lgi untuk satwa2 berteduh dan tempat tinggal lagi celaka nya pemerintah Indonesia ini tidak peduli sama sekali pkok nya isi kantong penuh dan perut nya buncit beres semua nya gak peduli lgi akibat nya akn bencana alam😌😒😒
bisa ngang ringan dulu mulai dr lingkungam kita...sampe yg besar berbuat lebih luas...klo gak bisa donasi pada lembaga yang memang serius gak sekedar cari makan dr kegiatan conservasinya@@ainawaroh692
03:47 : sundasciurus hippurus / bajing ekor kuda. karena di video ditulis "jenis apa ini?" jd penasaran dan gugling. akhirnya nemu. cuman ternyata artikel bahasa indonesianya agak jarang tentang spesies itu.
Mau tanya, kira² gimn caranya klu tempt tersebut banyak dilewati binatang? Apkh ad ciri² ny? (Sekiranya bisa untk membantu tugas sy untk menganalisis data fauna)