Episode @cekjunchannel5770 ke 295 :
Dalam Liputan ini Cek Jun nengambil tema Sejarah Lomba Bidar Palembang dan Kisah Tragis Putri Dayang Merindu. Dikisahkan bahwa pada Zaman Dahulu tepatnya di masa Adipati Karang Widara memerintah Palembang beliau mempunyai Seorang Saudara bernama Ario Carang (Rio Carang), kedua bersaudara ini sering berselisih paham hai ini dikarenakan perbedaan keyakinan Agama dimana Ario Dillah telah memilih masuk ke Agama Islam, untuk mengurangi konflik akhirnya adiknya Ario Carang memilih untuk pergi ke luar Palembang dan menetap di daerah Uluan, Dikisahkan Ario Carang memiliki seorang putri yang cantik jelita berambut panjang bernama Putri Dayang Merindu. Suatu ketika Putri Dayang Merindu pergi Mandi ke Sungai bersama teman - temannya. Pada saat mandi Putri Dayang Merindu membawa peralatan mandi berupa Bokor Emas yang digunankannya untuk menaruh perlengakapan mandi dan juga menyimpan rambutnya yang panjang yang runtuh saat sang Putri Mandi, Tanpa disadarinya Bokor Emas yang ia miliki hanyut dibawah arus sungai, hingga Bokor Emas tersebut hanyut sangat jauh hiingga sampai berhenti di suatu daerah kawansan Palembang Lamo tepatnya di Kawasan Candi Laras bekas Istana Ariodillah, yang saat ini menjadi Situs Pemakam Ki Gede Ing Suro. Dikisahkan bahwa Bokor Emas tersbut ditemukan oleh Sang Pangeran Muda Putra Raja Palembang, Timbul rasa penasaran Sang Pangeran Palembang yang masih muda untuk mencari tahu siapa pemiliik dari Bokor Emas tersebut. Maka diperintahkannya bawahannya untuk mencari tahu siapa pemilik Bokor Emas, saat itu yang diberikan kepercayaan untuk memimpin pencarian sang pemilik Bokor Emas dipercayakan kepada Menterinya yaitu Tumenggung Mintik atau yang memiliki Gelar lain Pangeran Wiro Kersumo Cirebon yang dikemudian hari akan menurunkan Raja Raja dan Sultan Sultan Kerajaan Palembang dan Kesultanan Palembang Darussalam. Akdhirnya pencarian tersebut membuahkan hasil, dan diketahuilah bahwa pemilik Bokor Emas terebut adalah Putri Dayang Merindu seorang Putri Cantik Jelita yang berambut panjang. Mendengar laporan tersebut tertariklah Sang Pangeran untuk melamar Sang Putri untuk dijadikan istri. Kemudian Pangeran Palembang berangkat bersama punggawa Kerajaan membawa Gegawaan sebagai persembahan lamaran kepada Sang Putri. Sampai disana ternyata lamaran Sang Pangeran ditolak Sang Putri dengan alasan telah memiliki Tunangan seorang Pemuda bernama Dewa Jaya. Akhirnya Sang Pangeran merasa marah, kecewa dan murka, sehingga Sang Pangeran menantang duel Ilmu Silat kepada Tunangan Putri Dayang Merindau, bagi siapa saja yang menang maka berhak menikahi Putri Dayang Merindu, lalu terjadilah duel dua pemuda tersebut setelah beberapa lama Sang Pangeran dan Dewa Jaya Imbang tidak ada yang kalah, akhirnya diputuskan untuk mengubah pertandingan ini menjadi perlombaan Bidar, akhirnya Sang Pangeran Palembang dan Dewa Jaya berlomba mengayuh Bidar, akhirnya keduanya mangayuh Bidar sekuat tenaga hingga kehabisan tenaga dan akhirnya keduanya wafat karena kelelahan. Peristiwa ini membuat Sang Putri Dayang Merindu bersedih dan menyesal. Akhirnya Sang Putri menghadap Sang Raja Palembang dan sebagai bentuk penyesalan Putri Dayang Merindu merelakan tubuhnya dipotong menjadi dua bagian, separuh bagian dikuburkan bersama Sang Pangeran Palembang dan separuh bagian lainnya dikuburkan bersama Tunangannya Dewa Jaya. Akhirnya Raja Palembang menggangguk setuju dan yang mendapat tugas untuk mengeksekusi Putri Dayang Merindu yaitu Tumenggung Mintik. Untuk mengenang peristiwa wafatnya Sang Pangeran, sejak saat itu diadakanlah Perlombaan Bidar di Kota Palembang oleh Raja Palembang setiap tahunnya, dan tetap lestari hingga saat ini masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat Kota Palembang namun diadakan pada saat moment pentingatan HUT Kemerdekaan RI dan HUT Hari Jadi Kota Palemabng, serta Hari2 Besar lainnya. Dan juga tempat mandi Putri Dayang Merindu dinamakan Keramasan dikarenakan Putri Dayang Merindu sering mandi keramas di Sungai tersebut.
20 сен 2024