Тёмный

[ Serial Aqidah Eps. 54 ] Munculnya Syi'ah dan Aliran Lainnya - Ustadz Adi Hidayat 

Adi Hidayat Official
Подписаться 5 млн
Просмотров 482 тыс.
50% 1

Munculnya Syi'ah dan Aliran Lainnya - Ustadz Adi Hidayat
Penjelasan secara terperinci mengenai awal mula munculnya Aliran Syiah.
=================
Mari sebarkan kebaikan seluas-luasnya dengan membagikan video ini, subscribe channel, dan aktifkan notifikasi untuk mendapatkan ilmu dan informasi terbaru dari Ustaz Adi Hidayat, Lc., M.A. (UAH)
#KajianUAH #SerialAqidah #Ramadhan1443H
UAH Official Social Media:
/ adihidayatofficial
/ adihidayatofficial
t.me/adihidaya...
/ adihidayatofficial
*Tidak diperkenankan mengunggah ulang konten atau materi kami untuk kepentingan komersil dan monetisasi.
Untuk mendukung Kegiatan Pengembangan Dakwah Quantum Akhyar Institute, donasi dapat disalurkan melalui:
1. Rekening BTN Syariah (BTN, kode bank: 200)
7122 082 337 a.n Yayasan Institut Quantum Akhyar
untuk Operasional Quantum Akhyar Institute.
2. Rekening Bank Syariah Indonesia (BSI, ex. BSM, kode bank: 451)
7088 490 228 a.n Ibrohim Hanif
untuk Operasional Dakwah.
3. Rekening Bank Syariah Indonesia (BSI, ex. BSM, kode bank: 451)
7123 985 634 a.n Ita Haryati
untuk Wakaf Buku Hafalan Al-Qur'an.
4. Rekening Bank Syariah Indonesia (BSI)
111 4444 142 a.n Yayasan Mahad Islam Rafiah Akhyar
Untuk Pembangunan Pesantren MIRA
5. Untuk mendapatkan informasi terbaru seputar program dari Quantum Akhyar Institute, silakan pantau situs www.quantumakhyar.com.
6. Untuk daftar menjadi Mahasantri Mira Institute sebelumnya DIWAJIBKAN membeli Paket Spesial Mira Institute yang tersedia di App UAH Corner.
Jika ingin mendaftar menjadi santri MIRA mira.quantumakh...

Опубликовано:

 

2 окт 2024

Поделиться:

Ссылка:

Скачать:

Готовим ссылку...

Добавить в:

Мой плейлист
Посмотреть позже
Комментарии : 1 тыс.   
@kafmisbach7882
@kafmisbach7882 2 года назад
Saya orang yang banyak salah, tapi saya berusah mengambil tidakan-tindakan dan langkah untuk bagaiman menyimak secara serius apa yang ust Sampaikan. Doa saya semoga Allah memberi Rahmat kepada ust🤲
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@turiyahriyah3598
@turiyahriyah3598 2 года назад
Aamiiin Yaa Robbal'alamiin
@putriputria855
@putriputria855 2 года назад
Aamiin
@wiranggatech1073
@wiranggatech1073 2 года назад
@@cahayailmu2172 Ulama yg mana?? Jangan memfitnah sayyidina Usman.. Semoga Allah memberimu hidayah
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
@@wiranggatech1073 Sebaiknya penyampaian orang dibaca terlebih dahulu dengan cermat.
@ivaelisa7089
@ivaelisa7089 5 месяцев назад
Smoga ustd panjang umur sehat wal afiat ...sy senang mrmpelajari smua aliran ....akan tetapi...berusaha obyektif dlm ...menerima penjelasan...sebab. tidak smua org cocok dgn perspektif kita...smoga yg menyimak ...bertambah pengetahuanya...Amin. YRob
@radityaganesha9035
@radityaganesha9035 2 года назад
Semoga Allah swt memberi kesehatan kepada guru kami, ust. adi hidayat amiin yaa Allah 🤲
@sulisthien8096
@sulisthien8096 2 года назад
Alhamdulillah... Akhirnya aliran ini dibahas.. Semoga kita semua jauh dari aliran ini
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@searchmedia87
@searchmedia87 2 года назад
Bangga punya ustad yg cerdas...
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@AbdulRohim-rl4pe
@AbdulRohim-rl4pe 2 года назад
@@cahayailmu2172 Kuncinya : 1. Sami'na wa ato'na (taat atas dasar keimanan), 2. Ada Hikmah dibalik ketaatan tersebut 3. Dengan Hikmah tersebut Alloh akan Bimbing akal manusia yang terbatas ini. #HanyaAllohYangMahaTahu
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
@@AbdulRohim-rl4pe ketaatan pada wilayah fiqih, itu sangat diperlukan. Sebab kita diajarkan untuk menaati hukum Allah. Namun ini berbeda dengan kajian sejarah apalagi peristiwa masa lalu yang tidak termuat dalam kitab suci, lebih khusus peristiwa pasca nabi saw. Hal itu sangat terbuka untuk berfikir kritis, karena periwayatannya berasal dari manusia yang sangat memungkinkan ada kekeliruan ataupun pemalsuan, karena bukan firman ilahi yang tidak dapat disanggah akal manusia.
@muhammadfarhanfadilah2261
@muhammadfarhanfadilah2261 11 месяцев назад
​@@cahayailmu2172komennya template semua bro wkwkwk
@yeyetnurhayati222
@yeyetnurhayati222 5 месяцев назад
Belon . Belon cerdas.
@sabrinaputrisyahrani2997
@sabrinaputrisyahrani2997 2 года назад
Ya Allah..lindungi kami keluarga kami dri apa2 yg kmi takuti..kuatkn iman islam kami ..bismillaah Masya Allah..ustad Adi H..barokaullah Khair.
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@sherenshe4150
@sherenshe4150 2 года назад
Saudi arabia slalu hadir....jarang coment....slalu dapat ilmu yg bermanfaat dari ustadz adi hidayat...smoga slalu sht UAH...Amiinn
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@suharyati11
@suharyati11 2 года назад
Bismillah Assalamualaikum, Ramadhan segera pergi semoga tetap sehat iman kuat Istiqomah raih ampunan Alloh n dijauhkan dari neraka, panjang umur dlm keberkahan keimanan Istiqomah 🌹❤️💕
@nonameasich3977
@nonameasich3977 2 года назад
Semoga UAH dan keluarga serta kita semua diberikan sehat walafiat dan panjang umur serta diberikan kemudahan dalam mencari rejeki. Aamiin.
@ahmadsyaifullah5296
@ahmadsyaifullah5296 2 года назад
alhamdulillah, barakallah ustadz. banyak catatan saya : khawarij melahirkan pemahaman2 sempit antara lain : tokoh wasil bin atha (murid hasn al basri yang dikeluarkan). pembuat muktazilah ; sekumpulan orang yang mengikuti / mengutamakan rasionalisasi akal sebelum hikmah memahami dalil2 yang ada. (seharusnya 👆: memahami dalil dlu - imani - hikmah datang - lalu bimbing akal) dari paham muktazillah lahirlah paham2 liberal dkk. jabariyah ; sekumpulan orang yang mengikuti runtunan / keterpaksaan takdir / kesemuanya terserah Allah tanpa niatan ikhtiar. (dikenal juga jahmiyah pendirinya jahm bin shafwan dengan jaad bin dinnar). qadariyah ; sekumpulan orang yang mengikuti dasar kemampuan. prinsip utamanya "yang tau kita adalah kita sendiri biarkan Allah Yang Menentukan". (pendirinya ma'bad al juhany dan ghaylan ady masky). dan sebutan fitnah kubra yang tersebut dari nubuat itu muncul dari zaman faham2 ini yg dikemas oleh segolongan2 / kumpulan orang2 diatas diatas.
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@Kocheng_ungu
@Kocheng_ungu Месяц назад
Gerandong
@suwardivolks3308
@suwardivolks3308 2 года назад
Alhamdulillah,banyak sekali ilmu yg disampaikan UAH'muga UAH beserta klg dan crew selalu dijaga ALLOH SWT dmn saja berada,aamiin yra.
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
@itaa19
@itaa19 2 года назад
Jazakallahu khairan ustadz, semoga Allah senantiasa memberi kesehatan kepada ustadz.
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
@just_pinklover
@just_pinklover 2 года назад
Barakallah ustadz..benar2 menelanjangi sepak terjang orang2 liberal ( dulu lbh dikenal orientalis)...semoga umat semakin waspada. sy insyaAllah yakin orang2 sdh tahu siapa2 aktor liberal...yg pintarnya mereka kbanyakan bersembunyi di balik baju organisasi islam terbesar di negeri ini, jd agak sulit utk memberantas, karena mayoritas umat di organisasi tsb tidak sadar dan kita smua tahu umat organisasi tsb orang2 yg sangat keras membela organisasinya, yg sedihnya seringkali terlihat lebih mencintai organisasinya dibanding agamanya...semoga mereka smua tersadarkan, juga umat organisasi islam yg lain, dan kita semua tersadarkan dan ummat islam bersatu kembali. Aamiin.
@baladatuanpuan275
@baladatuanpuan275 2 года назад
masya Alllah, pengetahuan sejarah islam luar biasa,
@istisailillah4511
@istisailillah4511 2 года назад
@@cahayailmu2172 Syiah
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@MedeiaBelliard
@MedeiaBelliard 2 года назад
Berpegang teguh pada agama allah, seperti menggenggam bara api. Cari kebenaran, suarakan kebenaran 🔥
@fastabiqulkhairat2696
@fastabiqulkhairat2696 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@daudscorner928
@daudscorner928 2 года назад
@@cahayailmu2172 Syiah sesat sedang menyusup membela diri😁
@istisailillah4511
@istisailillah4511 2 года назад
@@cahayailmu2172 fitnah syiah
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
@@istisailillah4511 fitnahnya apa
@istisailillah4511
@istisailillah4511 2 года назад
@@cahayailmu2172 silahkan bertaqiyah sepuasmu
@dwisatriani2350
@dwisatriani2350 2 года назад
MasyaAlloh..jazakallah UAH jelas sekali.Semoga selalu diberikan kesehatan keberkahan..amiin
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@hairullah9215
@hairullah9215 2 года назад
Assalamualaikum,nama saya hairullah dari Sukabumi kota, semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan kesehatan untuk UAH
@fastabiqulkhairat2696
@fastabiqulkhairat2696 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@iwan6218
@iwan6218 2 года назад
Inilah tuan guru yg dibutuhkan masyarakat muslim dunia, ustadz mencerdaskan dgn ilmu ilmunya yg luar biasa, sehat terus ustadz spy kita dapat pencerahan iman......amiin
@sulastrisulastri7740
@sulastrisulastri7740 2 года назад
Alhamdulillah bisa menyimak kajian UAH,semoga UAH dan keluarga beserta team diberi perlindungan dan kesehatan oleh Allah SWT. Ya Allah semoga hamba Engkau beri kesempatan untuk dapat berkunjung ke tempat UAH...karena keinginan seorang Ibu yg mempunyai anak laki2 dengan harapan menjadi anak yg Sholih.
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@kamtitini2076
@kamtitini2076 2 года назад
Ya Allah Ya Robb...munculkan Uah2 yang lain d seluruh penjuru negeri ini..Jadikan anak keturunan kami salah satunya..aamiin ya Robb
@sitirodiah3832
@sitirodiah3832 2 года назад
Aamiin yaa allaah
@iiniswati
@iiniswati 2 года назад
Aamiin
@Mrdstdnt
@Mrdstdnt 2 года назад
Aamiin
@bambang9847
@bambang9847 2 года назад
aamiin yaa rabbal 'alamiin..
@dewiharyani1920
@dewiharyani1920 2 года назад
Aamiin yra
@enengeros2760
@enengeros2760 2 года назад
Alhamdulillah Masya Allah terima kasih ilmunya Ustadzkuh 👍👍❤❤💪💪semoga sehat selalu bersama keluarga tercinta...Aamiin yarobbal alamiin
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@tinaayundabastari9565
@tinaayundabastari9565 Год назад
Mashaallah tabarakallah... Bab pembahasan singkat, tapi lumayan lama jam nya, tapi bisa tergolong singkat atau rangkumannya.tapi sangat tersampaikan jika menyimak dengan seksama. Memang 2 jam lebih. Tp jika bosan dan sibuk.bisa di lanjut kan 2 kali menontonnya.dan usahakn dengarkan dan lihat secara fokus supaya tersampaikan.
@syarifahchadijah1212
@syarifahchadijah1212 2 года назад
MasyaAllah tabarakallah ilmu ustadz adi
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@muhammadyani1773
@muhammadyani1773 Год назад
Saya mengagumi pak Ustad adi hidayat.org ya pintar dan Ingatan ya kuat cr menyampaikan pelajaran /tausiyah ya.rsy mau jump dg beliau.
@epahkandar5245
@epahkandar5245 2 года назад
Asalamu alaikum pak ustad. Semoga pakustad sehat walafiah. Dan selalu dlm lindungan allloh swt.amiin Allohuma soli ala Muhammad wa ala ali saidina Muhammad
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@arfalisyakib1434
@arfalisyakib1434 11 месяцев назад
Ya Allah ya Rabb istiqomah kan kami dan anak keturunan kami dijalan MU ya Rabb sampai ajal menjemput 🤲🤲🤲
@dra.rosmawati6198
@dra.rosmawati6198 2 года назад
Smg di Indonesia bisa diterapkan
@nendensuryati6816
@nendensuryati6816 2 года назад
Masya Allah tabarokallah sungguh terpuji sekali ustadz ilmu yg kau raih, trs terang hati ini terenyuh dgn apa yg ustadz terangkan secara mendetail dan begitu jelas penjabarannya. Ya Allah Hu ya robb lindungi ustadz Adi hidayat beserta klrg dan para krunya, saya sangat membutuhkan sosok Ustadz Adi dlm mengetahui tentang Islam sebagai agama ku, Terima kasih ustadz atas ilmunya
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@AbdulRohim-rl4pe
@AbdulRohim-rl4pe 2 года назад
Alhamdulillah, tidak bisa diucapkan dengan kata2, sungguh luar biasa tausiahnya. Terimakasih banyak ustad, semoga membawa keberkahan buat semua sehingga bisa lebih mendekatkan diri kepada Alloh SWT, selamat dunia & akhirat. Aamiin ya Alloh Tuhan semesta alam.
@heverielita4064
@heverielita4064 2 года назад
assalamualaikum pak ustadz semoga pak ustadz selalu dalam keadaan sehat dan di panjang kan umur agar bisa menyiarkan tausiah amin
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@alfiannorrfirdausi3592
@alfiannorrfirdausi3592 2 года назад
Semoga allah jaga muslimin di indonesia
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@Nabila_marsy
@Nabila_marsy 2 года назад
Alhamdulillah, di momen Iedul Adha tahun 2022 ini saya menyaksikan video ini, Alhamdulillah, lagi lagi nikmat Tuhan manakah yg saya dustakan Terimakasih teramat dalam untuk ustadz Adi dan tim. Semoga Allah limpahkan rahmat-Nya yg luas untuk ustadz dan keluarga berserta tim dan seluruh ulama dan seluruh umat Islam Semoga next ada video yg mengkaji soal Sirah untuk kita ambil hikmah sekaligus benteng di tengah kondisi saat ini Selamat Iedul Adha ustadz dan tim. Semuanya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua di awal bulan Dzulhijjah dan seterusnya, Aamiin
@mymmotrednaxela
@mymmotrednaxela Год назад
Aaamiiin Aaamiiin Aaamiiin yarobbal'alamiiin
@jackroybigwin5519
@jackroybigwin5519 Год назад
Lihat dan renungkanlah cara beliau ustadz adi hidayat mengajak umat utk bersedaqah dgn cara yg berkias tp cukup mengusik hati hati yg dermawan dan beriman.. YA ALLAH LINDUNGILAH ULAMA DAN GURU GURU KAMI YG ISTIQOMAH DALAM MENYAMPAIKAN ILMU YG HAQ DAN BENAR DAN REDHOMULAH DALAM MAJLIS ILMU SYARIAT DAN ISLAM.
@dyahngesti4987
@dyahngesti4987 2 года назад
Bismillahir Rahmanir Rahim..Waalaikum salam Warahmatullahi Wabarokatuh..Alhamdu'lillah Aamiin 3xYra👐👐
@iisismayati6593
@iisismayati6593 2 года назад
Masya Alloh ...UAH ilmunya luar biasa, tinggi sekali. Setiap kali memberi penjelasan , detail sekali dan jelas. Semoga Alloh senantiasa menjaga beliau.
@ekoheri8381
@ekoheri8381 2 года назад
Ya, real ulama, bukan karbitan dan bukan kaleng kaleng
@sitinuraeni7219
@sitinuraeni7219 2 года назад
Aamiin ya rabbal aalamiin
@ernawatibintufaisal9830
@ernawatibintufaisal9830 2 года назад
Aamiin
@nannazhoe8907
@nannazhoe8907 2 года назад
Aamiin Allahumma Aamiin
@daudscorner928
@daudscorner928 2 года назад
@@cahayailmu2172 Syiah sesat sedang menyusup membela diri😁
@ustausertank7753
@ustausertank7753 2 года назад
Alhamdulillah seneng sekali kalo dengar penjelasan ustat
@pelajarkehidupan872
@pelajarkehidupan872 2 года назад
Al-Qur'an itu sejati..Kebenaran sejati yang terlihat jelas..
@sadriman1237
@sadriman1237 Год назад
Luar biasa kajian uah, sangat mencerahkan. Semoga ust adi sehat selalu. Aamiin.
@eniriwayati7614
@eniriwayati7614 2 года назад
Maa syaa Allah, semoga selalu tetap berpegang teguh berada di jalan baik dan benar yang di ridhai Allah Aamiin🤲🙏
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@rafkymony
@rafkymony 2 года назад
@@cahayailmu2172 Syiah, semoga Allah memberi petunjuk
@pandamerah9457
@pandamerah9457 2 года назад
@@cahayailmu2172 @Cahaya Ilmu sudahlah agungkan lah Allah Rabbmu yang telah menciptakan kamu bukan Ali, supaya kamu bisa bertemu dengan beliau Khaidar Ali yang lebih dicintai daripada Baginda Rasulullah di surga"
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
@@pandamerah9457 alangkah baiknya memberikan tanggapan sesuai dengan pembahasan. Saya memberikan tanggapan terkait Abdullah bin Saba karena UAH membahasnya. Tanggapan saudara sendiri sebenarnya sudah salah. Seolah olah saya dan kaum syiah mengagungkan Ali lebih dari mengagungkan Allah dan rasulullah Muhammad saw. Dan seolah olah saya dan kaum syiah mencintai Ali lebih dari mencintai Allah dan rasulullah Muhammad saw.
@Kocheng_ungu
@Kocheng_ungu Месяц назад
Gerandong karbala
@saepuloh11
@saepuloh11 Год назад
Masya allah indah sekali isi ceramahnya.. Sangat bermanfaat sekali Tentang mengulas sejarah islam, semoga allah panjangkan umurnya, disehatkan jasmaninya, tambah tambah ilmunya ,, aamiin..
@ririkeka3974
@ririkeka3974 2 года назад
Ketika kepemimpinan dengan sistem Islam..... Subhanallah.... Begitu cerdas para pemimpinnya....
@irmanoval7750
@irmanoval7750 2 года назад
Wa'alaikumsalam Uztad Adi Hidayat, terima kasih atas pembelajarannya untuk menjadi pedoman dalam berkehidupan untuk mendapat ridho Alloh SWT ... Aamiin YRA 🙏
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@إندونيسي-ظ8ر
@إندونيسي-ظ8ر 2 года назад
Di Indonesia sekarang sudah banyak Syi'ah. mereka bertaqiyah dan berlindung di balik kata² Toleransi, moderasi dan sejenisnya.
@samisastro8766
@samisastro8766 2 года назад
Di rezim ini mrk berkembang pesat n bebas apalagi mentri agama yg skrg sangat dipuja2 syiah.
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
TANGGAPAN TENTANG ABDULLAH BIN SABA Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam tarikh al thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam rijal al kasyisyi untuk menceritakan kaum ghulat. Baik tarikh al thabari (sunni) maupun rijal al kasyisyi (syiah), sanad cerita dari keduanya sama sama bermuara kepada Saif Ibnu Umar at Tamimi. Saif Ibnu Umar sendiri oleh para ulama dinilai lemah dalam periwayatan dan cenderung mengarah sebagai pembuat hadis. Beberapa ulama Ahlussunnah yang menilai Saif Ibnu Umar demikian diantaranya adalah: An Nasai dalam kitab Ad Dhuafa wal Matrukin bahwa Saif Ibnu Umar lemah, kemudian Abu Hatim Attamimi dalam kitab Al Majruhin bahwa Saif Ibnu Umar pembuat hadis dan zindiq, serta Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab Tahdzibut Tahdzib bahwa Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, pembuat hadis, dan zindiq. RAGAM SPEKULASI Riwayat Saif Ibnu Umar tentang Abdullah bin Saba tidak didukung riwayat dari selainnya, membuat sosok itu menjadi tidak jelas, sehingga memunculkan ragam spekulasi diantaranya yaitu: Pertama, asal usul. Sebagian menisbatkan Abdullah bin Saba berasal dari suku Himyar. Al Qummi memasukannya dalam suku Hamadan. Abdul Qahir Al Baghdadi memasukannya dalam kabilah Al Hirah. Ibnu Katsir menyebutnya dari Rumawi. Serta Ath Thabari dan Ibnu Asakir menyebutnya dari Yaman. Kedua, berdasarkan kriteria dalam tarik al thabari, seorang peneliti arab bernama Ali Al Wardi mengklaim Abdullah bin Saba adalah Amar bin Yasir yang tenar dengan sebutan Ibnu Sauda, yaitu salah seorang sahabat nabi dan pendukung Ali bin Abu Thalib. Ketiga. Abdullah bin Saba dinilai sebagai sosok fiktif (terkesan imajinasi Saif Ibnu Umar). Sebab ia digambarkan baru masuk islam di zaman Usman namun sudah dapat mempengaruhi umat. Tentu ini sangat tidak logis. Para nabi yang berbekal mukjizat saja butuh waktu lama baru seruannya bisa diterima umat. Beberapa cendekiawan yang berpendapat demikian diantaranya adalah Dr Thaha Husein dan Dr Hamid Hafni Dawud, Dekan Jurusan Bahasa Arab Universitas Ain Syams. Bagaimana pendapat ulama tentang era Usman ? Imam Suyuti dalam Tarikhu Khulafa menjelaskan bahwa di enam tahun terakhir pemerintahannya, Usman enggan memecat pejabat-pejabat yang tidak kompeten dan lalim. Namun ia justru mengangkat pejabat dari kalangan keluarga sendiri. Ia juga memberikan harta Baitul Mal (kas negara) kepada kerabat-kerabatnya sendiri. Sejak saat itu beberapa sahabat mulai menunjukan ketidakpuasannya terhadap pemerintahan Usman dan memicu instabilitas politik.
2 года назад
@Cahaya Ilmu wkwk panjang banget komenya brur Ngalor ngidul tanpa referensi lu
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
@Yin Achmad bukankah tanggapan diatas banyak mengutip pendapat ulama dan cendekiawan, termasuk didalamnya Imam Suyuti, Al alwardi, An Nasai ? Sebaliknya pada pemaparan UAH diatas. Saya tidak mendengar kutipan kitab dan pendapat ulama. Saya hanya mendengar "ini hanya landscape. Detailnya di sirrah."
2 года назад
Inti penyampaian ente apa? Langsung pada intinya.
@samsuls5670
@samsuls5670 Год назад
Semoga kita semua sehat sll.....Aamiin YRA 🤲
@bambangsuryoprabowo414
@bambangsuryoprabowo414 2 года назад
MashaAllah tercerahkan sekali, bagaimana cara" Seperti ini seperti terulang kembali dari jaman ke jaman, Semoga Allah berikan kesehatan dan keberkahan untuk UAH. Aamiin
@indhvyin
@indhvyin 2 года назад
Terima kasih ilmunya alhamdulillah ustad semoga bermanfaat dunia akhirot aamiiin
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@HahahahYhahhaha-ss3ge
@HahahahYhahhaha-ss3ge Год назад
UAH benar benar aset umat Islam pintar cerdas dan jenius, paparannya luar biasa AMAZING bro he❤❤❤❤❤❤
@annisapnk8629
@annisapnk8629 Год назад
Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad wa'ala ali sayyidina Muhammad 😎😁
@dearwin24
@dearwin24 2 года назад
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh. dari balikpapan kami turut hadir menyaksikan, menyimak dan mendo'akan, Semoga Allah SWT *senantiasa* _memberi kenikmatan hidup,_ _memberi rejeki yg melimpah berkah barokah,_ _memberi keluarga yang tentram, damai dan bahagia,_ _memberi keberuntungan didunia dan akhirat_ untuk Ustadz Adi Hidayat sekeluarga beserta tim dan kita semua. Allahumma sholli'ala sayyidina Muhammad wa'ala ali sayyidina Muhammad.
@zulfanramadhan2241
@zulfanramadhan2241 2 года назад
Assalamualaikum ustadz terimakasih ilmunya.ijin untuk mengamalkan... pengen banget jumpa sama ustadz pujaan umat.. sehat selalu ustadz...
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@Shofya999
@Shofya999 2 года назад
Semoga UAH beserta keluarga de beri kesehatan umur yg pnjang d mudahkn segala urusan dunia akhirat ny Dan tetap setia satu istri saja.. Aamiin Allahumma Aamiin 🤲 LOVE U USTADZ IDOLAKU😍😍😍💗💗💗
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
@UmiMuntariAiziatin
@UmiMuntariAiziatin 2 года назад
alhamdulillah syukron ilmunya sangat menginspirasi
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@aamamaliah1292
@aamamaliah1292 2 года назад
MasyaAlloh. Semoga akan lahir lagi ulama2 seperti beliau..cerdas...
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@Kocheng_ungu
@Kocheng_ungu Месяц назад
Gerandong hasad
@HahahahYhahhaha-ss3ge
@HahahahYhahhaha-ss3ge Год назад
Sehat selalu buat UAH ❤❤❤❤❤❤❤
@siaksakti9948
@siaksakti9948 2 года назад
Allahu akbar,,,smga k5 anak saya dpt belajar secara langsung dg ustad adii,,aamiin yaa Allah
@fastabiqulkhairat2696
@fastabiqulkhairat2696 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@ekoheri8381
@ekoheri8381 2 года назад
Smogalah dipermudah jalannya
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
@iwandarmawijaya8057
@iwandarmawijaya8057 2 года назад
terimakasih Ust bermanfaat sekali.
@abdulaziz-cx6ty
@abdulaziz-cx6ty 2 года назад
masya Allah ustad terimakasih ilmunya, bs menjawab rasa penasaran saya selama ini. kenapa ada org yg mempermasalahkan dakwah org lain sedangkan klo liat maksiat dia diam. mungkin dia penganut syiah, wallahualam semoga kita dihindarkan dri segala bentuk ajaran yg salah/sesat dan fitnah akhir zaman
@uliefumi7975
@uliefumi7975 2 года назад
Maa syaa Allah baarakallahu fiikum ustadz
@badrunshodrun8476
@badrunshodrun8476 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua. Taqoballahu minna wa minkum taqobal yaa karim
@jodikawulan3906
@jodikawulan3906 2 года назад
Alhamdulillah menyimak. Semoga keluarga Ustadz dan teamnya juga kita semua selalu sehat dan selalu dalam lindungan ALLAH. Aamiin
@etikahentis5081
@etikahentis5081 2 года назад
Hjiii8u466y
@ernawatibintufaisal9830
@ernawatibintufaisal9830 2 года назад
Aamiin
@enisuryati8858
@enisuryati8858 2 года назад
@@etikahentis5081 es
@enisuryati8858
@enisuryati8858 2 года назад
@@etikahentis5081 Q
@enisuryati8858
@enisuryati8858 2 года назад
@@etikahentis5081 wa es TV di ,
@muhammadalkiromwildan9824
@muhammadalkiromwildan9824 2 года назад
Masya Alloh... 👍👍👍
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@pandamerah9457
@pandamerah9457 2 года назад
@@cahayailmu2172Aku gak peduli sih,dia ada atau tidak , emang dia sapa ? Bukan siapa siapa aku!, Yang penting aku suka sama Baginda nabi Muhammad Al Amin,Abu bakar,Umar,Utsman,Ali, Hasan, Husain,Nabi Yeshu(Isa),nabi moseh (Musa), nabi Noah (Nuh),dan Allah Azza wa jalla Tuhan maha mulia dan tidak ada Tuhan selain dia"
@permataintan5144
@permataintan5144 2 года назад
ini yg di tunggu2, semoga bnyak yg paham tentang SYIAH dan tidak sembarangan berguru atau bertanya tentang agama islam
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@suwatrilhafni2829
@suwatrilhafni2829 2 года назад
InshaAllah muslim indonesia Allah selamatkan dr aliran sesat syiah
@suwatrilhafni2829
@suwatrilhafni2829 2 года назад
YaAllah aelamatkan anak anakqu dr aliyan sesat syiah dan turunannya yg lain
@poncoindonesia6119
@poncoindonesia6119 Год назад
pembunuhan karena politik bukan karena syiah
@yulitawahyuhadiyanti3563
@yulitawahyuhadiyanti3563 2 года назад
masya Allah,, kebuka semua kenapa begini begitu ternyata sudah ada sejak jaman para sahabat,,
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
@muhammadsalmanalfarisi2284
@muhammadsalmanalfarisi2284 5 месяцев назад
Syi'ah memang ditakuti dimana-mana Termasuk PEMERINTAH ZIONIS Israel LA'NATULLAH sangat membenci syi'ah
@nurinaja9357
@nurinaja9357 2 года назад
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته امين يارب العالمين sukron ya usatadh atas penjelesanya jazakakalllahu khoer
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
@cerminkertas3327
@cerminkertas3327 2 года назад
Ada Syiah di TV TV
@Rentalmobilpontianakesqiu
@Rentalmobilpontianakesqiu 2 года назад
di RU-vid ada juga
@daigokil
@daigokil 2 года назад
Ja'far al hadar
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@ujiktaipei2249
@ujiktaipei2249 7 месяцев назад
Luar biasa ustadz.
@masher17_23
@masher17_23 2 года назад
Hati2 di tv skrng uda sering muncul dakwah nya syiah...
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@RizkiAnggiana
@RizkiAnggiana 2 года назад
Alhamdulillah ust adi membahas syiah. Siap2 syiah mulai kepanasan dan mulai mengadu domba.
@okialmatubari6392
@okialmatubari6392 2 года назад
Semoga Allah selalu jaga UAH dan keluarga.
@purnomojoko19
@purnomojoko19 2 года назад
Berasa ikut kuliah 2 SKS, sehat selalu ustadz🙏
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali tuhan.
@salamahachmad6867
@salamahachmad6867 2 года назад
Masya Allah tabarakallah Semoga ustadz Adi senantiasa diberi kesehatan dan kelancaran dlm menyampaikan dan menjalankan tugasnya, aamiin yaa Rabbal'Aalamiin
@disasterr4yam179
@disasterr4yam179 10 месяцев назад
Allah maha besar
@amrullahse677
@amrullahse677 2 года назад
Masya Allah ...penjelasan UAH sngt bermanfaat untuk kita umat Islam ..khusunya generasi muda Islam
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@pandamerah9457
@pandamerah9457 2 года назад
@@cahayailmu2172 tenang mas nanti Khaidar Ali akan akan kesini lagi dia akan menghancurkan salib membunuh babi dan menghilangkan jizyah
@Chanel-D
@Chanel-D 2 года назад
Alhamdulillah nyimak pak ustadz..
@badrunshodrun8476
@badrunshodrun8476 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua. Taqoballahu minna wa minkum taqobal yaa karim
@kayisa4991
@kayisa4991 2 года назад
Luar biasa SYIAH sekarang ini, selalu memecah belah Islam diIndonesia
@badrunshodrun8476
@badrunshodrun8476 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua. Taqoballahu minna wa minkum taqobal yaa karim
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@amira2648
@amira2648 2 месяца назад
Trs yahudi ?
@aliflammim4025
@aliflammim4025 2 года назад
بسم الله الرحمن الرحيم اللهم صل على محمد و ٱل محمد
@welldone9042
@welldone9042 2 года назад
Masya Alloh.. lengkap sekali Ustadz. Semoga semua yg berperan dalam dakwah UAH mendapatkan keberkahan, kebaikan dan kasih syg Allah sampai akhirnya bertemu dg Allah dan Nabi Muhammad SAW.
@ekoheri8381
@ekoheri8381 2 года назад
Aaamiin
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@dwiasmoro5902
@dwiasmoro5902 2 года назад
Agama yg benar itu tidak akan pernah menjelek jelekkan mashab orang lain . Dari akhlaknya saja sudah kelihatan .karena nabi muhammad saw sangat menekankan akhlak.
@elzhaistiqlal1659
@elzhaistiqlal1659 2 года назад
MasyaAllah Tabarakallah... Begitu luar biasa ilmu beliau... Alhamdulillah banyak kajian beliau yg sangat membantu bertambah nya ilmu kita... Ucapan terima kasih yg tak hingga atas pencerahannya... Semoga ustadz UAH... Selalu dlm perlindungan Allah, sehat selalu karna kami ingin terus dan terus belajar dg menambah ilmu... Tabarakallah Ustadz... 🙏🙏🙏
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sebagai sosok 'super power'. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@pandamerah9457
@pandamerah9457 2 года назад
@@cahayailmu2172 udah mas, kalau Abdullah bin Saba gk nyata ya sudah jangan maksa, berarti ini fitnah terhadap klan Syiah padahal tidak seperti itu kan ,tapi kenapa Syiah di Iran mereka melaknat Umar teman Rasulullah dan sebagian mereka berdoa kepada Ali? Kamu bisa melihat sendiri di RU-vid klan Syiah" Aku lebih suka Allah tidak ada Tuhan selain dia dan itu memang benar. karena gk ada yang peduli selain Allah Aku satu satunya orang yang berbeda dari orang lain Mas punya perasaan GK iri sama siapa gitu? Paling saudara iri sama manusia yang lain karena hidup nya lebih baik, Kalau saya benar-benar beda, saya iri sama Allah apa yang dia kehendaki bisa terjadi , makanya saya iri sama pencipta saya sendiri dan Allah tau itu,jadi jangan berpikiran bahwa saya sesat, seperti tuduhan orang orang yang menuduh Syiah itu bukan Islam, Syiah itu cuma klan"
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
@@pandamerah9457 orang yang mencaci sahabat itu memang ada. Tapi salah jika saudara menggeneralisir bahwa semua kaum syiah melakukan itu. Di syiah imamiyah ada ulama rujukan yang disebut marja taqlid, dimana orang yang bertaqlid kepadanya sudah seharusnya mengikuti fatwanya. Marja terbesar syiah imamiyah yaitu Ayatullah Ali Khamenei (Imam Ali Khamenei) pernah berfatwa melarang kaum syiah mencaci simbol-simbol yang disucikan saudara ahlussunnah. Oleh karena itu berdasarkan fatwa ini maka tidak boleh ada pencacian terhadap sahabat. Terkait pencacian sahabat nabi. Hal itu juga sebenarnya bukan doktrin mahzab. Akan tetapi hal itu merupakan reaksi (segelintir orang) terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi sepeninggal nabi saw. Soal doa. Tujuan doa hanya kepada Allah. Namun kita bisa bertawassul melalui orang-orang suci, alim, dan shaleh. Terkait doa tawassul, saudara bisa baca sendiri doa tersebut. Ada 14 manusia suci dalam doa tawassul yaitu Rasulullah saw, Sayidah Fatimah, dan 12 imam.
@christiandarren1894
@christiandarren1894 2 года назад
@@cahayailmu217212 manusia suci? Mending masuk Kristen aja mas
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
@@christiandarren1894 saya ingin tahu posisi saudara terlebih dahulu. Jika saudara muslim. Saya akan menyebutkan dalil terkait kesucian mereka. Namun jika saudara bukan muslim, saya tidak perlu menyebutkannya.
@akhirzaman1978
@akhirzaman1978 4 месяца назад
salam sUkses selalu
@marboworama8765
@marboworama8765 2 года назад
Yg unlike pasti syiah, Qobiltu ustadz atas ilmu dan dakwahnya, Semoga di mudahkan sgala urusan dunia akhirat, aminn ya allah 🤲😊
@silassadrakh9397
@silassadrakh9397 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua
@jafarshodiq3776
@jafarshodiq3776 2 года назад
Yang nyimak pasti wahabi
@ibrahimalan1801
@ibrahimalan1801 2 года назад
@@jafarshodiq3776 what??
@jafarshodiq3776
@jafarshodiq3776 2 года назад
@@ibrahimalan1801 why?
@thoyiadistyodwijayanto7037
@thoyiadistyodwijayanto7037 2 года назад
@@jafarshodiq3776 wahabi itu apa?
@rifaifikberbagi2929
@rifaifikberbagi2929 2 года назад
Nyimak sampai akhir 👍🙏
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@edisaubari699
@edisaubari699 2 года назад
Masya Alloh, semoga akan lahir lagi ulama2 seperti beliau cerdas dan amanah
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@AA-oe5rk
@AA-oe5rk 2 года назад
Ustad,, bagaimana pendapat ustad mengenai islam aboge ?
@jakaparker
@jakaparker 2 года назад
up
@yans-chanel6634
@yans-chanel6634 2 года назад
Terima kasih atas ilmu nya tuan guru ustaz. Semoga sehat walafiat selalu, aamiin yaa Robbal alamin 🤲
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@pandamerah9457
@pandamerah9457 2 года назад
@@cahayailmu2172Puji Tuhan untuk diriku sendiri 🙏 semoga Allah mempertemukan kita dengan Khaidar Ali dan Hasan Husain dan Sang juru penyelamat di hari penghakiman nanti
@budimawanpagalay6113
@budimawanpagalay6113 5 месяцев назад
Akan lbh baik kalau ada narasi singkat yg sedang diuraikan ini
@fatmaassegaf2859
@fatmaassegaf2859 2 года назад
Allah swt berikan kesehatan keslamatan ustat adi hidaya sekeluarga amin ya robbiiii 🤲🤲🤲👍👍👍
@mamaksaya5441
@mamaksaya5441 2 года назад
Sehat selalu ustad
@badrunshodrun8476
@badrunshodrun8476 2 года назад
Murotal Surah Ar Rohman : ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-KuErFPnk0tw.html Semoga bermanfaat untuk kita Semua. Taqoballahu minna wa minkum taqobal yaa karim
@kennyakbar4402
@kennyakbar4402 2 года назад
Masyaa Allah ustad AH. ....panjang Umur dan sehat selalu.
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@pandamerah9457
@pandamerah9457 2 года назад
@@cahayailmu2172 aku juga suka Khaidar dan Hasan Husen mereka adalah manusia mulia dan juga Umar Utsman dan abu bakar,tapi aku lebih memilih Rasulullah karena mereka bukanlah sang juru penyelamat Bagindalah yang akan memberi syafaat kepada mereka
@bapakparidin3729
@bapakparidin3729 2 года назад
Warunggunung.lebak-banten.hadiiir
@ririkeka3974
@ririkeka3974 2 года назад
MasyaaAllah.... Ilmunya ustadz, jadi semakin terbuka pemikiran....
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN ULAMA Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah 'super power' provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat, serta bukan sosok 'super power.' Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@hamdi_tv
@hamdi_tv 2 года назад
Seandainya vidio2 yg cukup panjang bisa dibagi jadi beberapa episode yg lebih pendek, mngkn akan lebih menarik minat pemirsa. Afwan...hanya sekedar saran. Jazakumullahu khairan
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA SUMBER RUJUKAN Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan terhukumi sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab induk ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab induk imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab Abdullah bin Saba menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu instabilitas politik di zaman Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Bahkan dalam kutipan dari Ibnu Musayyab diceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. PESAN PARA ALIM Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari disebutkan bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Selain itu riwayat Abdullah bin Saba dari rijal al kushshi dan asqalani juga tidak terdapat dalam kitab induk; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun ia juga bukan sosok super power sebagaimana riwayat Saif Ibnu Umar. Abdullah bin Saba tidak lain adalah orang yang dihukumi kafir dan terlaknat karena aqidahnya ghulat menyebut Ali bin Abu Thalib tuhan.
@idahelisa7288
@idahelisa7288 2 года назад
Bismillah, Masya Allah, syukron ats ilmu dan pencerahannya ustadz, sngt bermanfaat, jazakallahu khairan ustadz wabarakallahu fiik
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@pandamerah9457
@pandamerah9457 2 года назад
@@cahayailmu2172 udah mas udah, membosankan GK usah memaksa nanti hanya Allah yang tau siapa muslim yang benar dan salah mungkin aku dan mas bukan Islam?, semoga mas tidak disesatkan oleh sang mata ya"
@ferinikechannel8176
@ferinikechannel8176 5 месяцев назад
As salammu aallaikum warohmatulohi wabarokatuh uah, memilih tokoh atau pejabat melalui musyawaroh ulama ulama masjid tentulah ( uah dan uas).
@andrimaulana3973
@andrimaulana3973 2 года назад
UAH salah satu yang menghapal menggunakan jiwa. Makanya beliau selalu menjelaskan tanpa melihat buku,kitab atau tulisan. Selalu sehat untuk UAH dan keluarga Aamiin
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@amanatrahmat3965
@amanatrahmat3965 2 года назад
@@cahayailmu2172 memahami kebenaran itu ternyata sampai serumit itu. Apakah tidak ada yang lebih sederhana untuk membedakan mana yang pantas diikuti dan mana yang tidak pantas diikuti...?
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
@@amanatrahmat3965 jika konteksnya adalah perbedaan pemahaman dalam satu lingkup agama. Maka dapat mengembalikannya ke nash agama bersangkutan. Selama tidak bertentangan dengan nash, maka bukan sebuah masalah. Namun tidak sedikit juga sebuah nash memunculkan ragam tafsir.
@mustofahabsyi5283
@mustofahabsyi5283 Год назад
Rasulullah SAW bersabda kepada Aliy “KedudukanMu di sisiKu sama seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja Engkau bukan seorang Nabi. Sesungguhnya tidak sepatutnya Aku pergi kecuali Engkau sebagai KhalifahKu untuk setiap mukmin sepeninggalku. [As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 1222]
@keluargaandaru9601
@keluargaandaru9601 2 года назад
Semoga Ustadz AH diberikan kepanjangan umur untuk tetap mendakwahkan kebenaran
@cahayailmu2172
@cahayailmu2172 2 года назад
ABDULLAH BIN SABA: NYATA ATAU IMAJINER ? TINJAUAN SANAD Kisah Abdullah bin Saba dalam literatur awal sunni muncul dalam Tariqh Al Thabari. Sedangkan dalam literatur awal syiah kisah Abdullah bin Saba muncul dalam Rijal Al Kushshi untuk menceritakan kelompok ghulat. Dalam Tariqh Al Thabari penukilan kisah Abdullah bin Saba bersumber dari Saif Ibnu Umar At Tamimi. Bagaimana pandangan ulama ahlussunnah tentang Saif Ibnu Umar At Tamimi ? • Dalam Kitab Ad Dhuafa Wal Matrukin karya An-Nasai disebutkan bahwa riwayat Saif Ibnu Umar lemah; • Dalam kitab Al Majruhin karya Abu Hatim At Tamimi disebutkan bahwa Saif Ibnu Umar adalah seorang pembuat hadis dan zindiq; • Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib karya Ibnu Hajar Al Asqalani disebutkan bahwa beberapa ulama menilai Saif Ibnu Umar lemah dalam periwayatan, tidak ada kebaikan darinya, tertinggal, pembuat hadis, zindiq, dan sifat negatif lainnya dalam periwayatan. TANPA RUJUKAN SANAD Kitab-kitab ahlussunnah belakangan ada juga yang menuliskan kisah Abdullah bin Saba namun tanpa menyebutkan sumber rujukan, yakni: • Kitab Maqallat Al Islamiyyin karya Ali ibn Ismail Al Asy’ari; • Kitab Al Farq Bain Al Firaq karya Abdul Qahir ibn Tahir Al Bahgdadi; • Kitab Al Milal wan Nihal karya Muhammad ibn Abdil Karim Al Sharastani. Sementara itu kitab-kitab syiah belakangan yang menulis tentang Abdullah bin Saba namun tidak menyebutkan sumber rujukan, yaitu: • Kitab Al Maqalat wal Firaq karya Sa’ad ibn Abdillah al Asy’ari al Qummi; • Kitab al Firaq karya Hasan ibn Musa al Nawbakhti. TINJAUAN RIJAL AL KUSHSHI Seperti disebutkan sebelumnya bahwa literatur awal syiah yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba adalah Rijal Al Khushshi yang belakangan dikutip oleh Shaikh Al Tusi, Ahmad Ibnu Tawus, Allamah Al Hilli, dan lain sebagainya. Riwayat Rijal Al Kushshi tentang Abdullah bin Saba lebih mirip dengan riwayat Ibn Hajar al Asqalani, bahwa Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Ali dan ternilai sebagai ghulat. Tentu ini berbeda dengan riwayat Saif ibn Umar yang menyebut Abdullah bin Saba muncul di masa pemerintahan Usman. Perbedaan lainnya yaitu riwayat al Kushshi tidak menyebutkan Abdullah bin Saba berperan dalam perang jamal dan shiffin. Meskipun riwayat al Kushshi dan Asqalani berbeda dengan riwayat Saif Ibnu Umar, namun riwayat Ibnu hajar al Asqalani tidak terdapat dalam kutub assittah (kitab hadis pegangan ahlussunnah). Begitu juga riwayat dalam Rijal Al Kushshi tidak terdapat dalam kutub arba’ah (kitab hadis pegangan imamiyah). Ulama-ulama seperti Najasyi, Muhaddits Nurri, dan Muhammad Taqi Syusytari menilai al Kushshi memiliki banyak kekeliruan dan riwayat-riwayat dhaif. Ulama-ulama syiah belakangan yang menyebutkan nama Abdullah bin Saba, baik yang sanadnya nyambung ke rijal al kushshi ataupun yang tidak menyebutkan sumber rujukan, dalam kitabnya menghukumi Abdullah bin Saba sebagai ghulat, kufur, dan terlaknat, sebab ia (Abdullah bin Saba) menyebut Ali tuhan. Hal ini terdapat dalam berbagai kitab, diantaranya adalah kitab Mu’jamu Rijalul Hadis karya Ayatullah Sayyid Khu’i dan kitab khulashotul Aqwal milik Allamah Hilli. PERBANDINGAN RIWAYAT Dalam riwayat Saif Ibnu Umar dikatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan dalang pembunuhan Usman. Riwayat ini berbeda dari Az Zuhri yang dikutip Imam Suyuti dalam kitab Tarikhu Al Khulafa: Az Zuhri berkata ”Usman memangku khilafah selama dua belas tahun. Selama enam tahun pemerintahannya tidak ada seorang pun yang menyatakan kebencian kepadanya. Sebab dia adalah orang yang lebih disenangi orang Quraisy daripada Umar bin Khattab sebab Umar sangat keras dan tegas kepada mereka. Ketika Usman berkuasa, dia bersikap lunak kepada mereka dan menyambungkan semua hubungan dengan mereka. Namun kemudian setelah ia bersikap lamban dalam menyelesaikan perkara mereka. Lalu dia mengangkat kerabat-kerabat dekatnya dalam enam tahun terakhir. Dia memberi kekuasaan kepada Marwan seperlima dari wilayah Afrika. Dia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabat dekatnya dari Baitul Mal. Dia menafsirkan ini sebagai hubungan tali silaturahmi seperti yang Allah perintahkan. Dia berkata ”sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka. Namun saya mengambil apa yang menjadi hak saya dan saya bagikan kepada saudara-saudara dekatku”. Orang-orang pada saat itu mengingkarinya, ini diriwayatkan oleh Ibnu Saad. Ibnu Musayyab juga memiliki pandangan yang sama. Bahkan kutipan dari Ibnu Musayyab menceritakan adanya perselisihan Usman dengan sahabat lainnya: Saat enam tahun terakhir Usman lebih mengutamakan anak-anak pamannya, banyak diantara mereka yang diangkat sebagai pejabat juga. Dia memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dia mengangkat Abdullah bin Abi Sarh menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun. Orang-orang Mesir datang mengadukan masalah yang mereka hadapi dan mereka merasa dizalimi oleh Abdullah bin Abi Sarh. Sedangkan sebelumnya telah terjadi percekcokan antara Usman dan Ibnu Mas’ud, Abu Dzar Al Ghiffari dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itu ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Usman atas perlakuannya kepada Ibnu Mas’ud. Bani Ghifar dan sekutu-sekutunya serta mereka yang membela Abu Dzar juga menyimpan dendam kepada Usman. Bani Makhzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan Usman terhadap Ammar bin Yasir. Selain instabilitas dimasa pemerintahan Usman, riwayat Saif Ibnu Umar juga menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba merupakan pemicu perang jamal dan perang shiffin dimasa pemerintahan Ali. Ia memprovokasi pasukan Ali dan Aisyah dengan cara menyerang keduanya sepanjang malam agar bertikai. Riwayat ini berbeda dari sejarawan dan ahli hadis seperti al Sya’bi (Amir ibn Syarahil al Syi’abi). Terkait perang jamal dan shiffin mari kita mengindahkan pendapat ahlussunnah berikut: • Imam Abu Hasan al Asy’ari dalam kitabnya al Ibanah fi Ushul ad Diyanah bahwa insiden antara Ali bin Abu Thalib, az Zubair bin al Awwam, dan Aisyah. Atau antara Ali dan Muawiyah murni dilatarbelakangi ijtihad, dan bukan ambisi duniawi; • Ibnu Fawrak dalam kitab Majarrad Maqalat al Asyari bahwa Thalhah berseberangan dengan Ali, akan tetapi keputusan mereka dilandasi sebuah ijtihad. Ulama-ulama ahlussunnah diatas berpandangan bahwa perang antara sahabat di masa pemerintahan Ali dilatarbelakangi ijtihad, bukan ambisi duniawi, apalagi karena diprovokasi orang luar. Ulama-ulama lain seperti Abu Ishaq as Syairazi dalam kitab al isyarah ila Madzhab ahl al Haq, Imam Abu Hamid al Ghazali dalam kitab al Iqtishad fi al I’tiqad, dan Syekh Muhammad bin Abdullah al Imam dalam kitab Tamam al Minnah fi Fiqh Qital al Fitnah. Mereka lebih berpandangan bahwa lebih baik tidak berkomentar terkait perang jamal dan perang shiffin. Bahkan Al Ghazali dengan nada yang tegas mengatakan: Seyogianya lazim menampik data apapun yang tak valid dan otentik, sekalipun akurat dan shahih, jangan ditelan mentah-mentah perlu penakwilan agar tak salah paham. Jika memang tidak mampu data sejarah itu, lebih baik mengatakan tidak tahu. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas setidaknya ada dua pendapat tentang sosok Abdullah bin Saba, yaitu: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa Abdullah bin Saba merupakan sosok fiktif, sebab riwayat tentangnya bersumber dari Saif Ibnu Umar yang tidak dipercaya dalam periwayatan hadis oleh kebanyakan ulama ahlussunnah. Sehingga kisah tentang provokasi Abdullah bin Saba di zaman Usman dan Ali juga ikut tertolak, sebab Saif Ibnu Umar yang meriwayatkan kisah tersebut; 2. Pendapat yang menolak riwayat Saif Ibnu Umar, namun menerima riwayat rijal al kushshi dan asqalani. Mereka berpandangan bahwa Abdullah bin Saba bukan sosok fiktif. Namun Ia dihukumi sebagai ghulat, kafir, dan terlaknat. Penerima riwayat ini tidak membenarkan Abdullah bin Saba sebagai pencetus doktrin imamah (kepemimpinan), sebab aqidahnya ghulat karena menyebut Ali tuhan.
@suryaningsih9582
@suryaningsih9582 2 года назад
Alhamdulillaah
@Notanoia
@Notanoia 2 года назад
Lagi viral dan ada yang mulai diberi panggung untuk kaum milenial.. Salam dari Aceh Ustadz🥰
@ekoheri8381
@ekoheri8381 2 года назад
Apa nich maksudnya
@megaDaily
@megaDaily 2 года назад
Sepertinya si jeda nulis 😅
@basicinstinct9763
@basicinstinct9763 Год назад
😱
@SutrisnoO-gc5he
@SutrisnoO-gc5he Месяц назад
Saya 🙋 mencintau Syiah. Kelak mutlak akan di hisap oleh Allah mana yg haq umat islam Kita jgn som benar sendiri 😅
Далее
У КОТЯТ ОТКРЫЛИСЬ ГЛАЗКИ#cat
00:26
[Serial Aqidah] Eps. 1: Pondasi Iman - Ustadz Adi Hidayat
1:20:04
Cara menyelesaikan masalah kehidupan - Ustadz Adi hidayat
1:03:17