Lagu ini bercerita tentang masa lalu mereka saat masih kecil di indonesia. Ada suara tokek dan suara bel kendaraan waktu malam. Lalu suara ibu mereka yg meminta mereka untuk tidur krn sudah terlalu larut. Dan ketika mereka merasa ketakutan mereka akan sembunyi di balik sarung yg berbau asap. Love this song. A sweet memory from their childhood in indonesia
Ya zaman2 dulu d waktu malam nya pasti penuh dgn berkumpul sama keluarga, teman2 dn bercerita kosong sambil bermain mengikut imiginasi sendiri... Tidak seperti sekarang yg pastinya sentiasa dengan gajet dn online games
@@sunilram3968 I'm sorry for you to be so cynical for 80 years Indonesia has been I Independent and still and still there is corruption there is corruption but this time they cannot they cannot blame the Dutch I feel sorry for you man
Dit lied vertelt de atmosfeer van de nacht in Indonesië. Het klinkt als een vrije wereld. Ik ken de situatie precies, ik ben blij een Indonesische vriendin te hebben.
i dont know what they tell but i know they really miss indonesia this country is so beautifull that makes tante lien miss it so much. but nowadays a lot of indonesia youngster forget about their country... guys you need to learn that you have a great country
Indonesia is a great country! Up to 2 million Dutch people have Eurasian DNA of East Indian decent. Although the colony was wrong in some ways, it was also a part of human migration where Asia touched Europe. The forced mass migration of Asians from European decent resulted in a strong feeling of rindu rumah towards the Indonesian culture. The history of the Netherlands has some sad pages. I know that many people in Indonesia hate the Dutch, but they did copied a mentality from the Europeans that changed Indonesians in a good way, so i think.
This Dutch with strong Javanese accent reminds me of my Opa & Oma's, they conversed in this language in front of me when i was a kid whenever they talked about secretive matters. this certainly brings good memories for me. But not so fond of the Baboe and Jongos part LOL
Dit is echt mijn lievelings show. Ook al ben ik van en vele latere generatie. Ben er op gekomen door mijn familie. Mijn vader en moeder keken dit vroeger en het deed mijn ooms en tantes altijd aan vroeger denken toen ze nog in Maleisië waren. Echte nostalgie.
Heel mooi. Bagoes sekali. Voorheen in de jaren '70 had ik vanzelf de informele 'pasar maleis' taal opgepikt als belandah dankzij mijn adoptieve Indische familie. Heerlijke cultuur, zo hartelijk en gul.
Dua seniman besar Belanda ini sama2 kelahiran Indonesia...Wieteke van dort lahir dan menghabiskan masa kecil di surabaya, wilhem nijholt lahir dan tumbuh di gombong
saya kenal kakek buyut saya hanya dari cerita oma , karna kakek buyut meninggal saat ibu saya masih anak'' , lalu keluarga kami terpisah'' , ada yang masih di indonesia , ada yang pulang ke belanda dan ada yang pindah ke amerika , alangkah indah nya kalo masih bersatu keluarga kami , kami jadi bisa memahami bahasa lain dari darah kami , kalo liat gini cuma bisa senyum""
Indonesia is unique in Southeast Asia for having this total "amnesia" of colonial culture. I think it's because the Netherlands is not as globally influential as France, Britain and Spain, so Dutch language is so easily forgotten. I'm not defending colonialism, but it's sad that such a large part of Indonesian culture has been forgotten.
@@maesskell true, but Indonesians were still surrounded by Dutch language and culture by the early-to-mid-20th Century. When you see old photos of Indonesia, Dutch words and buildings are everywhere, as much as French in Indochina or British in Malaysia.
semoga tante lien sehat selalu. dan bisa mewariskan bakat kesenimanan dan kecintaannya pada generasi berikutnya. semoga lahir tante lien - tante lien baru, agar belanda-indonesia terasa lebih hangat, bersahabat..
they're talking about being afraid in the dark and hearing the luwak's at night, catching fireflies in the kelambu, hearing the sounds on the streets etc.
Keturunan campuran di Indonesia sebenarnya banyak banget min. Baik itu Arab, Tionghoa, India/Pakistan, Indo-Belanda/Indo-Portugis, dan keturunan Eurasian lainnya kalo dihitung mungkin sekitar 10-15% dari total populasi Indonesia yang punya darah keturunan asing. Cuma ya karena asimilasi sejak lama makanya gak terlalu keliatan pengaruh budayanya. Tapi secara fisik masih kelihatan banget kok kalo sebagian orang-orang Indonesia itu yang punya darah blasteran. Orang asing aja pas nyampe ke Indonesia pada bingung ngeliat keberagaman bentuk fisik orang Indonesia.
@@caesarianwijaya884 Hehe iya mas, keturunan2 Eropa dari jaman kolonial itu banyak kok sebetulnya, cuma gak keliatan aja karena sdh melebur dg berbagai etnik lokal secara kultural, sebatas riwayat dan asal-usul di keluarga aja. Beberapa keturunan Indo-Belanda di Belanda itu ada lho yang masih jalin silaturahmi dg beberapa kerabat/saudara Indonesianya di sini. Salah satunya kayak artis Citra Kirana itu, neneknya kan Belanda, saudara-saudaranya yang keturunan Indo-Belanda di Belanda masih sering ke Indonesia kumpul2
Well, mereka berdua bukan bule, faktanya mereka sebenarnya BAGIAN DARI INDONESIA. ( sm sprti Keturunan Tionghoa dan Arab ) Mereka berdua adalah org2 Indo-Belanda, yg lahir dan sempat tumbuh di Indonesia tetapi menjadi korban “Politik” Pemerintah saat itu (Kebijakan Bersiap yg digagas Bung Karno pada pertengahan 50-an ) yg memaksa mereka pergi dari Indonesia akibat ancaman keamanan serta perampasan bisnis dan hak2 mereka. Mereka pun yg harus terusir, terpaksa menyesuaikan diri dengan kehidupan Belanda yg mereka sendiri ASING. dan keluhan2 tersebut dicurahkan melalui lagu “Ajo Tidoer” ( Ayo Tidur ) ini dimana mereka bernostalgia menceritakan masa2 kecil mereka yg berkecukupan, bahkan punya pelayan pribadi atau (maaf) Kacung. Makanan2 enak, malam yg syahdu lengkap dgn suara toke dan bunyi khas gerobak mie tek2.