@@DjaManaek setahu saya gendang salih itu berkembang di Karo, kemudian merebak ke Simalungun mungkin karena berdekatan. Gendang salih bahasa Karo, Gonrang Salih bahasa Simalungun. "Salih" dalam bahasa Simalungun dan Karo artinya "Ganti". Maka dalam acara adat yang memakai musik gendang salih, setelah selesai lagu akan ada yang bilang "Salihken (Karo)/ Salihkon (Simalungun) maka setelahnya akan ada landek/ondok/tortor. Belakangan orang Tapanuli (selatan & Utara) juga menggemari musik gendang salih yang akhirnya juga masuk dalam musiknya Tapanuli. Tapi nuansanya tetap beda karena orang Tapanuli cenderung ceria musiknya sedangkan orang Simalungun dan Karo musiknya sendu dan mendayu. Horas dihita Saluhutna Horas Banta Ganupan Mejuah-juah Banta Kerina
Bulang dan Ampu tidak sembarangan di pakai, bisa dipakai untuk acara pernikahan dan carnaval budaya. Naposo nauli bulung jika menari atau manortor cukup memakai pakaian adat dan jagar2 di kepala. Jangan sampai salah paham. Mari kita jaga budaya mandailing agar tetap terjaga