Evaluasi = gua dengerin lagu ini pas lagi ngerawat bokap gua yang udah sakit selama satu tahun, pas gua dengerin dan nyanyiin lagu ini, gua nangis gak henti" depan bokap gua.
Padahal mah kalau konflik, ya konflik aja. Di musik, konflik itu malah sehat, btw. Asal ngga sampe bentrok fisik sama cekal-cekalan aja. Beberapa yang aku tahu: 1. Dangdut Rhoma Irama vs rock Godbless di era 80an, dua-duanya malah makin produktif. 2. 2000an itu perang dingin komunitas Palu vs Republik Cinta. Asuhannya Bang Pay vs asuhannya Ahmad Dhani. Dan dua-duanya malah lomba bikin karya semua. Banyak musisi baru dari sana yang moncer. 3. Poprock vs melayu sama boyband. Peterpan-Padi dkk vs Kangen band-Radja-Wali sama Smash. 4. Iwan Fals vs Slank. Ini bahkan mungkin konflik terbesar tahun 2000an. Sampe sekitar 10 tahun lebih, mereka dilarang jadi tamu di 1 event yang sama. 5. Denger-denger dulu Sony juga konflik lawan Musica. Makanya pada lomba bikin nyanyi bareng. Search aja Indonesian Voices bawain lagu Rumah Kita, vs Marilah Kemari dan beberapa lagu lain di Musica. 6. Sekarang sih bibit-bibitnya udah ada. Indie vs major label. Apalagi Baskara udah keluarin statemen 'metal' itu, kan? Harusnya dilanjutin aja. Siapa tau anak metal malah makin terpacu.
Yes, Stevi Item (Deadsquad-Andra&TheBackbone) berkata "gk perlu klarifikasi, klo mau songong ya songong aja gk usah tanggung", rebel kok minta maaf, jadi hilang wibawa dimata fansnya"
@@aJAY-gk2vn nah, nama kayak Stevie Item, Eben, Andre 'bacot' Tiranda, dll jadinya malah kena spotlight, kan? Sayang ada Corona, sih. Atensi macam gitu ke mereka harusnya udah bisa jadi amunisi buat 'perang'.
Terakhir sebelum ini kalau ga salah juga ada konflik dangdut koplo vs lagu pop modern. Hasilnya: nama Via Vallen menggila, lagu "Meraih Bintang" jadi anthem Asian Games, dan lagu pop ngga mati tuh.
sebenarnya "merasa paling" itu udh tren anak muda dr dlu, era metal (melayu total) org2 ngomong musik sampah, mendayu2 dan cinta melulu, masuk era indie org2 juga ikutan ngatain, musik sok puitis, senja senja tai anjing. tren melawan arus itu udh selalu dianggap keren dan edgy oleh sebagian anak muda yg haus atensi dan tdk punya jati diri
tren melawan arus itu udh selalu dianggap keren dan edgy oleh sebagian anak muda yg haus atensi dan tdk punya jati diri keren kata" lu yg ini, setuju gw padahal apa susahnya sih ikutin arus yg lu mau aja kan gampang, tanpa harus usik arus org lain
gua setuju bngt sama openingnya "interview bbrpa tahun lalu, tapi baru hits sekarang" "yaa bisa jadi emng wawasan baskara dengerinnya lagu metal ya segitu-gitunya" setuju bngt, soalnya baskara dengerin lagu apa, ya dia doang yang tau.
Dari awal paling suka lagunya Hindia yang featuring Rara Sekar Membasuh sih. Walau Baskara di .feast membuat statement yg berhasil membuat banyak orang emosi, tapi tak bisa dipungkiri dia adalah salah satu musisi bertalenta. Tapi balik lagi ke selera musik masing² sih, tidak ada yang lebih bagus dan tidak ada yang lebih buruk. Buat fansnya Hindia, saya juga suka sama karyanya Hindia, tapi tolong jgn merendahkan selera orang lain apalagi sampai men-dewa-kan idola kalian. Itu tidak sehat. Saya ngomong apa sih, maklumin aja bre, ngelantur siang-siang panas gini wkwkwk
@@muhammadirvanfachreza2690 di twitter sama ig parah juga bre, ada orang yg suka lagu dangdut lsg disuruh stop dengerin lagu itu dan ganti disuruh ganti haluan jadi pendengar setia hindia. Pusing sendiri bacanya
@@panjisatriapan9169 Gausah ngegas juga bre. Oh berarti Tulus yang tidak membuat semua instrumennya sendiri itu tidak bertalenta juga ya bre? Ohh gitu, paham-paham. Berarti definisi orang bertalenta itu orang yang harus apa apa sendiri ya? Paham.
kang soleh ini layaknya orang tua yg penuh pengalaman di tengah perjalanan musik indie Indo...menertawakan sebuah proses / fenomena yang memang biasa terjadi (sok keren dari yang lain)
Sebagai kritik ya Kang, beberapa kekurangan Kang Soleh sebagai reviewer dan kritikus musik populer adalah pengetahuan teknis musik, dan kurangnya effort untuk riset. Jadi sebagian besar adalah review lirik saja. Padahal kita bukan sedang menjalankan kritik sastra. Harusnya imbang porsi musik dan liriknya. Seorang Lester Bangs dan Jan Wenner akan riset dalam siapa saja kolaborator, jadi tidak ada "siapa ini ya saya tidak tahu". Juga akan mengaji musiknya secara komposisi dan teknis, bukan hanya sekedar "wah tipikal lagu modern, enak diputar di lounge". Kang Soleh punya kemampuan jurnalistik yang di atas rata-rata jurnalis musik Indonesia. Jika bisa dilengkapi sisi musikalnya, pasti menurut saya lebih gila. Sebagai benchmark di Indonesia, bisa look up to Marcell Thee (sekaligus vokalis Sajama Cut) yang tulisannya sudah masuk ke banyak media dalam dan luar negeri.
Bagusan gini sih menurutku. Kang Soleh me-review menurut taste dan ada orang2 yg relate sama itu. Salah satunya Rolling Stone Indonesia. Kalau setelah itu pengen lihat review yg lebih technical-minded, baru baca punya Marcel. #IndahnyaKeberagaman.
Gue suka sama boxset ini karna cukup niat dibikinnya dan detil gak asal-asalan boxsetnya dari luar sampe dalem (terlepas dari boxset yg dibikin belialbumfisik ya). Rapih pokoknya. Emang cocok buat dikoleksi. Karna namanya boxset, menurut saya pribadi boxnya sendiri salah satu yg penting juga.
makasih kang udah upload lagi jadi ada temen buat ngabuburit hehe. . saya sendiri gk tau band feast pun lagunya. tp saya dengerin bberapa lagu hindia, asyik. tp yaa gk pngn ngulik siapa penyanyinya hehe. . buat kang Baskara, makasih udah bikin lagu yg enak. maaf klo saya enggak ngulik orangnya. tp ini lagu favorit saya: Besok Mungkin Kita Sampai, Evaluasi.
Rang orang lebih intrik sama intro/bridging yg kang soleh bilang di awal, padahal inti bahasannya bukan disitu. Setuju atau engga, ini album memang sangat personal tapi dalam cakupan yang masih general (gimana coba), banyak point yg diutarakan Baskara mewakili secara harfiah & tanpa rasa "pretensius" di kalangan anak muda bahkan orang tua muda baru, bener juga kata kang Sholeh, ini album layaknya nonton film yg notasi awal sampe akhir alurnya sudah dirancang sedemikian rupa dan saya termasuk orang yang sangat menikmati album ini hampir dikeseluruhan aspek (diluar wejangan & voice note). Kang Sholeh menikmati sekali di lagu rumah ke rumah dan yg relate biasanya sudah punya cerita panjang naik turun soal kehidupan, saya pribadi begitu dengar apapun yang terjadi seoalah olah saya yg menulis lagu itu, sangat dekat sekali dan tanpa bumbu tambahan yang terkesan berlebihan, good job Baskara!
bagaimanapun Baskara membuat warna dalam lagunya, gaya bernyanyi, musik, lirik...masih masuk...sedangkan seumuran dia ada dul jaelani, yang punya potensi dan sumberdaya...tapi bikin sesuatu nanggung karena nggak bisa lepas dari bapak dan grup bapak nya...biasa banget dengan gaya puritan ala dewa yang karya2 barunya sepi peminat
Saat ini saya mengandalkan review nya kang Soleh untuk beli album, secara sekarang sudah tidak ada lagi majalah musiknya. Ha ha ha haa..... lanjut terus Kang Soleh.
Entah kenapa gua dengerin Hindia itu sama kaya dengerin feast. Mungkin karena vokalnya yang sama kali ya dan yang gua dengerin lagu secukupnya yang nadanya menurut gua gak jauh dari feast (gua belum dengerin satu albumnya). Tapi dengerin sekilas lagu2 dari ulasannya Soleh penilaian gua berubah. Hindia sepertinya lebih berwarna daripada feast. Gua sepakat sama Soleh kalau album Menari dengan Bayangan ini begitu intim. Baskara dari lirik yang disebut Soleh terasa seperti mengajak pendengarnya untuk masuk ke dunia pribadinya. Seperti membaca buku harian miliknya.
Gw suka Baskara putra saat jadi Hindia drpd saat jadi vokalis Feast. Maaf, opini pribadi saya, buat saya feast musiknya overpolish seperti mau outstanding tp terdengar di kuping ku jadi album terlalu gado gado aja dan terkesan menggurui di departemen lirik. Tp hebatnya, baskara as Hindia di Menari dengan bayangan musiknya simpel, sederhana, mengalir begitu aja dengan lirikan lbh ke curhat, apa adanya.
menurut gw emang gk seharusnya dibandingin hindia ama feast, tujuan bas bikin hindia ya karna dia pengen bikin musik yg kontra dari feast, klo lirik feast terkesan berat dngan kata" yg asing di telinga, ya hindia liriknya dibikin santai kyak curhatan,, tapi mnurut gw dua"nya tetep punya kesamaan yaitu keresahan yg real
Dari zaman majalah RSI dulu, review album kang Soleh ini selalu bisa memaksa aku mendengar musik yang mungkin secara taste dan kesan awal sudah malas dengarnya, itulah hebatnya review kang soleh, btw kangen juga kalau bg ricky siahaan bisa cover album metal kyk RSI dulu, ensiklopedia musik metalnya luar biasa 👍🏽
Karyanya menurut saya bagus, Tapi fansnya sok edgy anj*ng. artisnya langsung dijadiin nabi palsu sama fansnya. Jadi peringatan untuk seniman² yg lainya pastikan fans anda tidak norak karena akan berpengaruh terhadap citra anda sebagai seniman.
Gw seminggu sekali ke kerawang cuma buat lihat orang yg gw suka berangkat kerja 😅,kadang bisa ktemu kadang ngga,yg penting klau gak ktemu bisa lihat dari sisi jln dia berangkat ,(chat kadang di bls kadang kgak,mkanya gw suka langsung ksana) ,sory curhat 😅🤣🤣 berangkat pake mtr dari Bekasi ke kerawang pasti dengerin full album hindia sambil pake headset ,berasa tenang di jln 😁,dan slalu berdoa apa yg gw perjuangin ada hasilnya,ini masih awalnya ,trmksh buat hindia udah bikin lagu yg bikin gw smngt , trmksh jg om review nya .🙏
Saya suka .Feast dan Hindia, related lagunya menurut saya. Heheh balik lagi tiap orang punya selera musik yg beda" dan Its kkay. Karena musik itu universal tidak bisa di kotak-kotakan, nikmati dan dengarkan lah lagu yg kalian suka.
Besok mungkin kita sampai, dehidrasi, untuk apa, secukupnya sangat relate dengan diri saya. Kalo mendengarkan track track dari album ini seakan bercerita tapi sambil nyanyi😅
tapi bukan bermaksud ngebelain ya bang, maksud dari si interview yang dia bilang lebih keras dari lagu metal manapun tuh kaya cuma buat perumpamaan si lirik peradaban yang cukup “nusuk” dan “keras” sih menurut gue, hiperbola aja kaya kita sering ngomong “ini pinternya mah dosen juga lewat” gtuloh, terlalu berlebihan aja ini orang yang gede2in masalahnya :(