Piyungan ialah sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di wilayah inilah masalah sampah di Bantul bertumpu. Piyungan ialah tempat pembuangan sampah terpadu. Di lahan seluas 12,5 hektare itulah 600 ton sampah dari tiga daerah itu dibuang, ditumpuk. Bukan hal baru. Pembuangan dan penumpukan itu sudah berlangsung sejak 1996. Antrean truk, bau sampah yang mencemari lingkungan, jalan rusak dan becek, membuat warga berkali-kali memprotes dan menutup akses jalan masuk ke TPST. Penanganannya sebatas jangka pendek saja, asal truk bisa masuk TPST lagi, membuang sampah, dan keluar lagi untuk mengangkut sampah yang lain. TPST Piyungan kembali bermasalah pada 9 Maret lalu. Lokasi ini ditutup setelah jalan menuju dermaga sampah amblas. Kembali dibuka pada 11 Maret, aktivitas pembuangan sampah dari tiga daerah belum lancar. Warga kembali jadi korbannya, Truk sampah tidak membuang ke dermaga, tapi di pinggir jalan menuju TPST. Akibatnya, sampah yang bertumpuk di pinggir jalan mengganggu aktivitas warga. Antrean truk juga terus mengular, Sudah tiga minggu lebih antrean truk sampah memanjang sekitar satu kilometer. Satu truk bisa memakan waktu lebih dari 2 jam untuk bisa membuang sampah ke TPST Piyungan. Amblasnya jalan menuju dermaga diatasi dengan solusi jangka pendek. Pengelola menimbun tanah dan sirtu sebanyak 100 rit truk di lokasi amblasan. TPST dibuka kembali, tapi truk masih antre mengular, mencapai panjang 1 kilometer. Semua solusi di Piyungan hanya bersifat sementara. Pasalnya, TPST ini memang sudah penuh. Jika tidak ada solusi dengan memperluas tempat pembuangan, antrean akan tetap memanjang. Jika memang terus digunakan, warga hanya berharap TPST Piyungan diperbaiki dan dikelola dengan baik. Saat ini, cara pengelolaannya dinilai buruk. Truk banyak membuang sampah di pinggir jalan sehingga sangat mengganggu warga. Solusi jangka panjang untuk TPST Piyungan diusulkan adanya intervensi teknologi di lokasi itu. Volume sampah yang ada sudah terlalu banyak dan TPA Piyungan sudah kewalahan menampungnya. Pengolahan sampah di Yogyakarta membutuhkan insinerator. Dengan insinerator, sampah bisa dikurangi. Pembelian 100 insinerator bisa dimulai pada APBD perubahan 2021. Setiap hari TPST Piyungan harus menampung 600-an ton sampah. Persoalan sampah bakal menjadi bom waktu kalau tidak ada terobosan baru. TPST Piyungan butuh pemusnaan sampah dengan teknologi. Pemprov DIY harus belajar dari daerah lain terkait dengan pemusnahan sampah. Proses mencari rekanan yang mau mengelola pemusnahan sampah di TPST Piyungan sebenarnya sudah dimulai pada 2018. Namun, sampai sekarang, belum ada perusahaan yang bersedia melakukannya. Usulan lain adalah pengelolaan sampah di setiap kabupaten dan kota dilakukan di wilayah masing masing. Harus ada keberanian dari pemerintah daerah untuk mengolah sampah itu, dan bukan ditumpuk. Di Piyungan, sampah hanya ditumpuk, dan itu akan bisa menimbulkan masalah di kemudian hari. Di Bantul, janji bupati terpilih untuk membangun depo-depo pengolahan sampah harus terus ditagih sampai terwujud. Keberanian yang sama juga harus dilakukan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Pemerintah Kota Yogyakarta juga berupaya mengurangi volume sampah. Salah satunya dengan mendirikan banyak bank sampah. Sudah ada 481 bank sampah untuk 630 RW. Sekitar 20% dari jumlah itu belum bekerja secara optimal. Bank sampah mampu mengurangi 2% sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta. Daerah ini menghasilkan 300 ton sampah per hari. Diharapkan peran bank sampah mampu mengurangi produksi sampah hingga 5%.
Ini acara untukmu… #2 SAMPAHKU YA SAMPAHMU, SAMPAHMU YA SAMPAHMU! episode GABUT PODCAST open.spotify.com/episode/5BT96sZsgW0jzuh3HJ1Ibo?si=NYBBu206Q_C8BSYAmSYfQQ
