"Untuk Apa / Untuk Apa?" muncul sebagai tembang dengan durasi yang paling panjang dalam album Hindia, Menari Dengan Bayangan. Penempatan liriknya yang tegas memadati setiap bait membuat lagu ini seperti narasi yang dilagukan sebagai refleksi hidup di zaman seperti sekarang. Baskara Putra, entah baginya iya atau tidak, saya kira cukup berani untuk menyikapi pernyataan dan pertanyaan kompleks perihal menyimak kedewasaan dengan frase "Untuk Apa" yang di bahas dalam dua babak. Seolah masuknya ketukan drum nan lantang di tengah lagu adalah momentum untuk melerai sekaligus menghubungan kedua sisi seperti halnya tanda miring pada judul.
Jika 'Untuk Apa' di bagian awal mengiyakan apa-apa yang tengah berusaha dikejar, mendaki kedudukan yang entah sampai kapan, serta materi yang tak bisa dibawa mati, maka jawaban atas 'Untuk Apa?' yang kedua adalah dampak dari yang terlalu diseriusi akan selalu berakhir cepat dan sendiri. Alih-alih memberi, masing-masingnya akan berakhir dengan saling meracuni. Sebab obsesi bukan tempat yang tepat untuk menumbuhkan perasaan, Ia sama kejamnya dengan mengumbar nafsu terhadap hal yang tidak perlu. Menimbun surga yang tak bisa dibagi, akhirnya pun wafat sendiri-sendiri.
Mengejar suatu hal baiknya juga menyelaraskan sisi-sisi lainnya. Menimbang sebab-akibat akan memunculkan kemungkinan baru; pilihan yang lain. Menghindar dari peran ego yang dominan, maka dari itu seyogianya saling saring. Jangan sampai menimbun yang lebih penting, mengabaikan yang lebih genting. Tak sadar bahwa ada yang lebih berharga, demi sesuatu yang tidak bermakna. Tiap usaha memang butuh diseriusi, namun bukan berarti mengabaikan inti yang lain hanya demi memenuhi sikap duniawi. Dari sana kemudian hasil dari yang diperjuangkan akan selaras dengan ekspektasi. Meskipun takdir sudah terukir, paling tidak ada yang bisa diperbaiki dari hal buruk yang sempat dibentuk.
Dan lagi, menyikapi kesendirian akan berakhir sulit bagi beberapa orang. Menghidupi kebiasaan lama dengan suasana baru yang berbeda akan memunculkan ingatan. Merawat kesedihan. Hal-hal yang sempat terjadi dari tempat-tempat yang pernah kita datangi seakan membiarkan luka itu bertahan lebih lama dari biasanya. Rute pagi yang dahulu ceria hingga menu favorit kini hambar rasanya. Sadari bahwa kini masing-masing dari yang seharusnya kita sekarang berbeda.
_
Temukan saya di lain sosial media!
adhabuyung
kiarakelana
soundcloud.com/adha-buyung
AdhaBuyung
Contact me thru email!
adhabuyung@gmail.com
27 июн 2020
