Hadir dari indonesia Kalsel salam dulu ya sama Syohibu wilayah makkatu munawaroh Assala mualaika ya syohibu wilayah makkah Ahlal makkah Syohibu makkatu muanawaroh Barokalloh
MasyaAlloh tabarokalloh, in syaa Alloh jika sy tiba di Mekkah suasana ka'ba seperti ini, agar sy bisa tawaf wajib maupun sunah dan bisa berdoa di Multazam sholat Sunnah di balakang makom Ibrohim dan bisa sholat di hijir bisa mencium hajar Aswad aamiin ya Robbal'Aalamiin 🤲 Ismail
Masya Allah semoga Allah memanggil saya untuk ke 2 kalinya dpt berumroh, dan semoga jamaah dibaitullah dlm keadaan sehat semua, terutama Eljunaed sehat selalu🤲🤲🤲 aminn
Tawaf pada Shafa dan Marwah. إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلۡمَرۡوَةَ مِن شَعَآٮِٕرِ ٱللَّهِ*ۖ فَمَنۡ حَجَّ ٱلۡبَيۡتَ أَوِ ٱعۡتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا*ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرً۬ا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ 2/158. Bahwa Shafa dan Marwah termasuk syiar ALLAH, maka siapa yang menziarahi rumah itu atau sama meramaikan, tiadalah kejanggalan atasnya untuk tawaf pada keduanya. Dan siapa yang menyanggupi adalah lebih baik, bahwa ALLAH menghargai lagi mengetahui. Shafa dan Marwah adalah dua tempat terpisah sekira 430 meter di bagian selatan dan timur Ka’bah, masih dalam lingkungan Masjidil Haraam. Pada ayat 2/158 dinyatakan bahwa ada baiknya dilakukan tawaf antara keduanya, namun para jemaah Hajji sudah menentukan sebagai kewajiban yang dilaksanakan dalam hukum ibadah Hajji dan Umrah, disebut dengan SA’I atau berjalan keliling 7 x 430 meter antara Shafa dan Marwah. Dari tradisi yang berlaku, ibadah SA’I ini dinyatakan sebagai mengulangi perbuatan istri Nabi Ibrahim sewaktu berusaha mencari air minum. Dia meninggalkan anaknya, Ismail, yang sedang kehausan ketika masih bayi. Dari shafa dilihatnya bagaikan ada air mengalir di Marwah. Tetapi setelah didatanginya ternyata tanah kering kepanasan, maka yang dilihatnya bermula hanyalah fatamorgana, kemudian dari Marwah dilihatnya pula di Shafa hal yang sama, lalu dia kembali lagi tetapi tidak berhasil menemui air. Seterusnya fatamorgana itu telah menipunya sebanyak tujuh kali, lalu kembali ke tempat Ismail yang ditinggalkan. Di sana ia temui telah ada air memancar dari dalam tanah, kini dinamakan orang dengan telaga Zamzam yang airnya dialirkan melalui pipa-pipa ke tempat tertentu dalam Masjidil Haraam. Tentang semua cerita mengenai perbuatan istri Nabi Ibrahim begitupun mengenai telaga Zamzam yang airnya sangat dibutuhkan dalam lingkungan Masjidil Haraam, tidak pernah kita dapati suatu ayat suci yang menerangkannya. Adanya telaga Zamzam di Makkah benar-benar berupa rahmat dari ALLAH, karena airnya tidak mengalir jika tidak diambil orang, sebaliknya tidak pernah berkurang walaupun ribuan jemaah Hajji mempergunakannya. Mungkin adanya telaga itu berupa kewajaran karena bertempat di lembah antara bukit-bukit, tetapi keadaan dan posisinya dalam lingkungan Masjidil Haraam demikan terang sekali berupa rahmat dari ALLAH. Sebaliknya cerita mengenai bolak-balik istri Nabi Ibrahim mencari air minum tadi, rasanya tidaklah dapat diterima akal fikiran wajar karena tidak mungkin dia mau meninggalkan bayinya sedang kehausan seorang diri di bawah terik panas surya ditempat tandus yang waktu itu Ka’ah belum didirikan. Dan tidak pula mungkin seorang ibu, yang walaupun membutuhkan air, sempat ditipu oleh fatamorgana sampai tujuh kali hingga dia pergi bolak-balik antara Shafa dan Marwah sekira tiga kilometer tanpa hasil. Tetapi apakah hikmah dari tawaf antara Shafa dan Marwah itu? Banyak sekali ayat suci yang harus dibahas dalam hal ini karena menyangkut dengan geologi dan astronomi, seperlunya telah kita bicarakan, maka yang disampaikan disini hanyalah hal-hal yang langsung menyangkut dengan Shafa dan Marwah. Begitu penting persoalan ini hingga ayat suci berikutnya langsung mengancam orang-orang yang sengaja menyembunyikan keterangan-keterangan tentang itu : إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكۡتُمُونَ مَآ أَنزَلۡنَا مِنَ ٱلۡبَيِّنَـٰتِ وَٱلۡهُدَىٰ مِنۢ بَعۡدِ مَا بَيَّنَّـٰهُ لِلنَّاسِ فِى ٱلۡكِتَـٰبِ*ۙ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ يَلۡعَنُہُمُ ٱللَّهُ وَيَلۡعَنُہُمُ ٱللَّـٰعِنُونَ 2/159. Bahwa orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang KAMI turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk sesudah apa-apa yang KAMI terangkan untuk manusia dalam Kitab, itulah yang ALLAH kutuki mereka dan dikutuki oleh orang-orang yang mengutuk. Doa Nabi Nuh yang tercantum pada ayat 71/26 dikabulkan ALLAH hingga sewaktu topan besar berlaku, maka hanyalah orang-orang Islam yang diselamatkan dalam kapal yang sudah dipersiapkan lebih dulu. Jumlah orang itu sedikit sekali. Orang-orang itulah yang kemudian mendapar kembali di suatu tempat yang tidak dinyatakan ALLAH. Pada ayat 11/44 disebutkan bahwa kapal itu, sesudah topan selesai, terdampar Juudi. Tetapi ini bukan nama suatu tempat di muka bumi melainkan istilah Juudi dimaksudkan bagi bumi yang permukaannya telah diperbagus untuk tempat kehidupan. Istilah itu sehubungan dengan JIYAAD berarti jombang atau bagus pada ayat 38/31 dan dengan JIIDU berarti kecantikan pada ayat 111/5.
Mashaa Allah Tabarakallah ..semoga Allah memberikan kesempatan kepada kami utk melaksanakan ibadah haji ditanah suci Mekkah Almukarromah Aamiin Ya Robbal'aalamiin