Dialog adalah pembicaraan dua arah, ada momen kita berbicara, ada momen kita mendengar. Sebagaimana halnya berkomunikasi dua arah, ada pihak yang bicara, ada pihak yang mendengarkannya. Maka kita di samping bisa berbicara, juga seharusnya bisa mendengar. Karena memahami manusia adalah dengan mendengarkannya. Kalau kita bicara sama manusia, kita belum tentu bisa memahami mereka hingga kita mendengarkan.
Demikian pula, anak adalah manusia yang perlu kita pahami. Kita tidak akan mungkin memahami anak-anak remaja hingga kita mau mendengarkan mereka. Ada sebagian orang tua yang tidak bisa mendengar, hanya bisa berbicara. Jika ngomong tidak mau diinterupsi, tidak mau diputus, ngomong terus. Anak tidak dikasih kesempatan untuk bicara. Ada juga pandangan yang mengatakan bahwa anak tidak boleh bicara di depan orang tua, harus diam. Maka, orang tua ini ngomong terus dari A sampai Z, dan dia tidak mau mendengar. Lalu bagaimana dia bisa memahami manusia jika tidak mau mendengarkan?
Apalagi yang di depan kita ini bukan bocah. Remaja adalah manusia yang menuju dewasa. Maka kita perlu mendengar apa yang ada pada diri mereka. Remaja sudah memiliki kemampuan untuk mengungkapkan perasaan dan isi hati. Bahkan, mereka sudah mampu untuk menuangkan pikirannya. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di dalam berbagai kesempatan, Beliau juga mendengar dan menyimak, bukan hanya berbicara.
2 окт 2024