TINTA MAHABBAH
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengirim seorang utusan kepada Wahsyi bin Harb (Pembunuh Sayyidina Hamzah r.a.) agar ia memeluk Islam.
Maka Wahsyi balik mengutus seseorang dengan kata-kata: “Wahai Muhammad! Bagaiman Engkau menyeru aku (untuk memeluk Islam) sedangkan engkau mengatakan bahwa barangsiapa membunuh atau mempersekutukan Allah dengan sesuatu atau melakukan zina, maka ia berdosa dan siksa untuknya akan digandakan pada hari Kiamat nanti dan kekal di dalam neraka dalam kehinaan, sedangkan aku telah melakukan perbuatan-perbuatan itu?”
Inilah yang menyebabkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan wahyu:
اِلَّامَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلً صَالِحًا فَاُولٰٓئِكَ يُبَدِّلُ اللهُسَيِّاٰتِهِمْ حَسَنَاتٍۗ وَكَانَ اللهُغَفُوْرًا رَّحِيْمًا
“Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al Furqan: 70)
Sejarah mulai mencatat kehidupan Wahsyi, seorang berkulit hitam asal Habasyah saat ia berada di Mekkah menjadi hamba suruhan pembesar Quraisy, Jubair bin Muth’im.
Seperti kebanyakan orang di zaman itu, orang-orang Quraisy memperlakukan hamba dengan tidak semestinya. Seperti halnya Jubair bin Muth’im, ia memperlakukan Wahsyi dengan tidak manusiawi.
Ketika itu hamba dianggap tidak memiliki nilai. Mereka seolah terlahir hanya untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada sang majikan. Maka begitu wajar jika para hamba termasuk Wahsyi begitu merindukan kebebasan.
Namun bagi Wahsyi, impian menjadi manusia yang merdeka hanya bisa menjadi angan-angannya saja.
Sebab ia merasa tak memiliki kesempatan untuk bebas dari perhambaan yang selama ini mengikatnya.
#kisahislami
#kisahsahabatnabi
#wahsyi
#nabimuhammad
#rasulullah
#wahsyibinharb
#kisahnyata
#ceramahislam
#tintamahabbah
16 янв 2023