• BUNGA TERATAI DALAM TR...
#KeindahanDalamUpacara
#BungaPadmaAtauBungaTeratai
#BungaPadmaSebagaiSimbolPadmaMandala
Dalam tradisi Hindu, pelaksanaan Satyam, Siwam, dan Sundaram adalah equal. Sesuatu yang diyakini benar, didukung dengan yang suci dan indah.
Indikator keberhasilan upacara juga dinyatakan dengan keindahan. Misalnya Krsna dalam Mabaharata menyatakan jika apabila suatu yajna sukses tandanya akan turun hujan bunga di langit yang diikuti dengan suasa genta. Ketika Asvamedha Yajna dilangsungkan oleh para Pandawa ternyata hujan bunga dan suara genta sempat tidak muncul. Setelah diperiksa ternyata ada kelalaian untuk memberikan daksina kepada pemimpin upacara. Sesudah daksina diberikan barulah tanda-tanda tersebut muncul. Selain itu alam bagi roh orang yang berbuat kebajikan digambarkan dengan tempat serba indah yakni surge. Kendatipun dalam agama Hindu surge bukanlah tujuan tertinggi. Misalnya dalam Kakawin Candra Berawa dinyatakan jika surge bagaikan bunga teratai yang tumbuh di langit (padmaningambara) yang tidak memiliki ujung maupun pangkal. Dalam Kakawin Aji Palayon dinyatakan bahwa surga merupakan tempat indah yang dihuni oleh makhluk-makhluk yang memiliki rupa menajkubkan serta berpakaian dan mengenakan perhiasan indah. Atma orang yang berbuat baik akan disambut oleh makhluk tersebut dengan iringan gamelan merdu. Tujuan dari beragama dengan keindahan adalah dicapainya sukirti mwang susatyeng panakya (sifat baik yang mengakar dalam pikiran). Wujudnya yang pertama adalah dapat dipeliharanya kelestarian lingkungan. Kedua dicapainya hubungan harmonis dengan sesama. Ketiga setiap orang dapat berbuat kebaikan. Apabila telah demikian maka pada dasarnya beragama dengan indah merupakan tujuan semua agama. Keindahan dalam melaksanakan agama acapkali ditandai dengan persembahan dengan bunga. Variasi Bunga yang baik dan kurang baik untuk persembahan banyak variasinya, tergantung sumbernya. Pentingnya kedudukan bunga tampak jelas tercantum dalam kitab Bhagawadgita, Adiaya VI, Sloka 26 disebutkan “Patram puspam phalam toyam, Yo me bhaktyo prayasccati, Tad aham bhakti upartham, Asnami prayatatmanah” yang artinya “Siapapun yang sepenuhnya berbhakti kepada-Ku, dengan mempersembahkan sehelai daun, setangkai bunga, sebiji buah, dan seteguk air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang tulus hati”. Dalam sumber yang lain, yaitu kitab Agastya Parwa dijelaskan bahwa “Orang-orang yang berbudi baik, tidak akan menggunakan bunga yang tidak patut dipersembahkan, yaitu: 1) bunga yang berulat, 2) bunga yang gugur tanpa diguncang, 3) bunga yang berisi semut, 4) bunga yang layu, 5) bunga yang sudah lewat masa mekarnya, dan 6) bunga yang tumbuh di kuburan (Sura, 2002: 21). Dalam lontar Aji Janantaka disebutkan ada bunga yang tidak boleh digunakan sebagai persembahan, yaitu bunga tulud nyuh, sejenis bungan jempiring tetapi fisiknya lebih kecil. Dalam yadnya prakrthi disebutkan bahwa bunga adalah “simbol pikiran yang hening”. Dalam teks Siwaratrikalpa mislanya disebutkan bahwa bunga yang baik dipersembahkan pada malam Siwa adalah bunga Maja dan bunga Selasih. Bedalagi dalam teks Dasanama disebutkan bahwa bunga Teratai lah yang disebut dengan bunga Raja Kusuma, sebagai rajanya bunga dan memiliki nilai utama. Anggapan akan pentingnya bunga padma acapkali menginspirasi penempatan Dewa-Dewa, perjalanan Roh, dan dengan berbagai atribut dan upakaranya dalam tradisi Hindu di Bali bahkan Nusantara. Dalam teks Gatotkaca Sraya, disebutkan padma emas itu sebagai stana Hyang Kama Ratih. Oleh sebab itu, sejak pertemuan kama bang dan kama petak dalam sekar (bunga) sehingga dalam konteks Gatotkaca Seraya diyakini benih itu adalah sekar dan itu juga sebabnya orang yang meninggal disebut dengan “kelayu sekar”. Sementara binatang (sapi, babi, ayam) mati tidak disebut kelayu sekar. Mengapa, karena manusia dibentuk dan dipelihara dengan hati suci. Itulah sebabnya mengapa Bali kemudian disebut dengan padma Bhuwana, padma Mandala atau padma Kesetra sesungguhnya dicetuskan oleh Mpu Kuturan pada abad XI kemudian dikuatkan dan dikritisi lagi oleh Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh pada abad XV melalui penguatan upacara. Sesungguhnya konsep padma Mandala dan Padma Mandala itu berisi prinsip pengideran atau pengider-ider bahwa di setiap lokus dibangun pura dengan posisi Dewa-Dewa, senjata, dan warna yang menjadi penanda keberadaan Dewa-Dewa. Betapa indahnya bunga teratai yang digambarkan berwarna-warni sekaligus sebagai penanda arah (dik-Widik).
Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada RU-vid, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Itulah sebabn
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
www.youtube.co...
Facebook: yudhatriguna
Instagram: / yudhatrigunachannel
Website: www.yudhatrigu...
17 сен 2024