Childfree by Choice: Semua Hal Itu Egois 

Apakah anak menjadi poin penting dalam hubungan pernikahan?

Child free itu ga buruk. Yg buruk itu banyak punya anak tapi ga bisa memenuhi kebutuhan anak.

Aku bukan orang yang menganut child free, tapi dari wacana child free yang aku lihat dan baca, aku belajar mengenai tujuan menikah, tanggung jawab yang diemban jika punya anak, dan banyak hal lagi. Pada akhirnya, kedewasaan diperlukan dalam hubungan keluarga, terlebih bagaimana bertanggung jawab terhadap istri dan anak. "Ibu bukan tanggung jawab selama sembilan bulan, tapi seumur hidup". Quote yang bagus sekali. Terimakasih untuk video ini.

Childfree is not bad. Yang buruk itu adalah ketika kita memiliki anak namun, kita menyakiti mereka secara fisik maupun mental.

Semua perempuan hebat. Hargai apapun keputusannya, ia punya hak atas tubuhnya. Peluk erat!!

Gue gak tau bagian mana yg bikin gue nangis di video ini, tapi setelah menit ke 7 rasanya sesak sekali. Satu yabg bisa di petik adalah trauma masa kecil mengambil peran dalam memutuskan untuk child free by choice, karena merasa diri tidak mampu dalam mempunyai anak, atau anak sebagai pelampiasan ketidaksempurnaan masa kecil

Satu sih yg gue pertanyakan ketika bahas perihal child free "apa hak lo menginginkan seorang anak lahir kalo lo aja bingung dan masih bertanya-tanya untuk apa lo lahir?"

Ingin meninggalkan jejak disini deh about my useless opinion :') Childfree by choice itu hak untuk siapapun. Ya, i'm totally agree with that statements. Cuma aku berusaha netral aja kali yaa, cuma berharap ajaa mereka yang decided untuk childfree bukan karena bales dendam sama kegagalan mereka lahir dari orangtua yang utuh atau pola asuh yang salah yaa :') If that's your choice, is yours. Beropini tentang orang-orang yang childfree by choice boleh, tapi plis stop untuk selalu merasa pendapat diri sendiri benar karena orang lain juga punya pendapatnya sendiri. It's about respect. Kalo kamu punya plan untuk punya banyak anak after marriage ya udah, kalo mereka memutuskan untuk childfree ya udah. Just respect each other. Kalian yang memutuskan punya anak banyak juga harus inget, kalian akan dimintai pertanggung jawaban juga atas anak kalian kelak, so please take your responsibilities. Bukan berarti mereka yang childfree gamau take the responsibilities ya, mereka pasti punya alesan dibalik itu yang gatau apa. So, just respect everyone choice. Just respect.

Apa yang luar biasa tentang diskusi keempat wanita2 ini adalah semuanya datang tidak hanya membawa niat untuk mengutarakan opininya, tapi yang terpenting, juga untuk mendengarkan. Yang mana tidak semua orang bisa lakukan, apalagi dalam diskusi topik sensitif seperti childfree ini. Adem tanpa friksi yang berarti. Diskusi, bukan debat kusir. Really hope to see more contents like this in the future ❤️

Childfree atau engga itu adalah pilihan, dan hak setiap pasangan. Hanya saja di lingkungan dan budaya kita childfree masih terdengar asing bahkan mungkin beberapa orang menganggap pilihan yg arogan. Tapi ya balik lagi itu sebuah hak dan pilihan setiap pasangan. Jujur aku sedih banget, kupikir cuma tetangga2 julid, ternyata banyak banget orang yang bahkan tidak berkompeten dan berkontribusi di hidup seseorang malah mencampuri pilihan hidupnya. 🙂

Bagi sebagian org Indo, menikah dan punya anak seperti suatu keharusan dan memenuhi keinginan personal. Tp seringnya lupa soal tanggung jawabnya. Soal pemenuhan kebutuhan seadanya aja pikir nanti.

kenapa justru comment section dipenuhi laki2 yg gak setuju?? padahal kan yg punya tubuh si perempuan, yg mengandung selama sembilan bulan, merasakan sakit ketika melahirkan kan juga perempuan bukan laki2. kenapa masih berpikiran tujuan menikah hanya untuk menghadirkan anak? apa iya 24/7 berhubungan seks terus? seakan-akan otak laki2 hanya seputar selangkangan perempuan. Memangnya kamu siapa berhak mengatur tubuh perempuan? tubuh perempuan ya miliknya sendiri bukan milik pasangannya bukan juga milik orang lain. Value perempuan lebih dari selangkangan, kalau kamu memang beneran cinta dan sayang sama pasangan bukannya harusnya kamu menyerahkan seluruh keputusan tentang memiliki anak kepada perempuan karena dia lah yg punya badan?

Saya netral mengenai isu ini tapi kalau boleh berpendapat, setiap apapun yang kita lakukan di hidup ini akan jauh lebih baik jika menyertakan Tuhan kita didalamnya, sehingga apapun yang datang kepada kita itu memang apa yang sudah Ia takdirkan menjadi milik kita. Tetapi ketika kita tidak menyertakan Tuhan didalamnya ya kita tidak akan pernah selesai dengan diri sendiri.

Apapun alasannya, apapun pilihannya, mau punya anak atau childfree itu hak individu masing masing. Siapa kita yang sekonyong konyong berkomentar apalagi menghujad pilihan hidup orang. Terlalu banyak orang yang merasa wajib ikut campur, banyak yang hanya mau ikut kehendak dia saja, banyak yang tidak mau melihat dari berbagai sisi. Yang menjadi masalah adalah orang tua yang punya anak dan tidak mau bertanggung jawab atas anaknya, kenapa tidak mempermasalahkan hal ini saja ? Saya tetap ingin punya anak, tapi saya tetap menghormati pilihan pasangan yang childfree. Saya juga tidak ingin terburu buru menikah, saya ingin menstabilkan finansial saya dan untuk anak saya kedepannya, saya ingin mempersiapkan diri saya menjadi orang tua yang baik, yang paham ilmu parenting

setuju sama kata2 kak Lusi "anak nggak pernah minta dilahirkan,tapi kita yg pengen memiliki mereka" jujur akupun jg ingin childfree krna trauma di masa kecil yg belum terobati sampai sekarang, bahkan lukanya masih "on going". kata2 dan tindakan kasar orang tua ke anak (pas masih kecil) bakal ngebekas banget sih sampe gede,makanya aku kepikiran buat childfree,even i'm not married yet :") setelah aku sampe di umur 22th ini aku sadar kenapa kk aku yg pertama belum menikah di usianya yg ke 32th,even dia perempuan tp smpe sekarang belum menikah.mungkin dia jg punya luka trauma ky aku krna ortuku orangnya keras banget walopun anaknya perempuan semua tapi tetep aja beliau perlakukan kami seperti anak laki2 yg harus bisa ngebengkel lah harus bisa ngecat rumah,yg harus bisa perbaikin apa2 sendiri dan lain2 trauma itu mungkin bagi sebagian orang "alah biasa itu,namanya jg orang tua" tapi bagi aku sendiri dampaknya luar biasa

Videonya bagus kak, narasumbernya pun cerdas. Sudah waktunya kita menerima pendapat orang lain, stop merasa bisa merubah pola pikir orang lain. Ketika kamu yakin bikin keputusan dalam hidup pasti sudah melewati banyak pertimbangan, begitupun orang lain. 😍

Aku bukan orang yang menganut childfree, tapi dari isu ini aku jadi banyak belajar. Mau childfree atau tidak itu pilihan hidup masing-masing yang harus dipilih secara sadar dan bertanggungjawab.

Wajar aja sih sebenernya kalo child free by choice masih awam dan sensi kalo dibahas di Indonesia. Tapi balik lagi kayak ketika kita memilih sesuatu kita juga harus siap dengan segala resiko dan tanggung jawabnya.

suka bangeet sama diskusi seperti ini. saling mendengar. saling memahami. kaya perspektif. semua orang berhak menentukan apa yang terbaik buat dirinya. peluk erat untuk kalian semua 💕

waktu masih sekolah, aku ngerasa suatu saat aku bakal punya anak. tapi waktu kuliah, aku makin kenal diri sendiri, dan sadar aku gampang burnout kalo merawat orang lain. pilihan buat childfree mulai banyak aku dengar waktu kuliah. awalnya aku masih ragu ambil opsi itu, karena jujur aja, aku takut pas tua berakhir di panti jompo daerahku yg fasilitasnya kurang baik wkwkwk tapi makin lama, makin banyak pertimbangan dan alternatif yang aku yakin aku sanggup lakuin, daripada aku harus maksa punya anak. now i'm childfree by choice

Aku baru 22 tahun sih. Tapi dari sejak SD kelas 4, aku udah ngerasain yang namanya ngasuh anak kecil, yg mana adalah keponakanku. Dan keluarga ku ini bisa dibilang keluarga yg semuanya punya banyak anak. Dari nenek ku yg anaknya 9, ibuku anaknya 3 ditambah ngurus 1 anak nya ayahku dari pernikahan yg sebelumnya, kakak perempuanku 2 orang juga sekarang anaknya 3 semua. Awal semester 1 kuliah dulu, aku beneran ngerasain ngurusin bayi sendirian dirumah. Kakakku kerja, ayah ibuku kerja. Bener bener aku yg pulang kuliah harus pulang gaboleh main kemana mana, terus ngurusin anak bayi yg bisanya hanya nangis doang pada saat itu. Nggak jarang aku kadang ikutan nangis karna ponakanku ini rewel nggak diem diem. Dan itu sangat melelahkan. Tahun tahun selanjutnya, anaknya kakakku nambah lagi. Dan kakakku memutuskan untuk resign dan ngurus anak. Tapi aku sebagai adik yg ikut tinggal bersama, tetep aja ikut campur tangan dalam ngurusin dan mendidik anak anaknya. Sampai akhirnya aku berfikir bahwa, ternyata mendidik anak itu bener bener nggak mudah. Emosi yang kita punya, bakalan diserap sama anak dan dia terapkan juga. Segala sifat kita juga pelan pelan akan menempel juga menjadi sifat mereka. Terus aku berkaca pada diriku sendiri, dan mengingat bagaimana perlakuan orangtuaku saat mendidik ku dulu. "Oh pantesan aku begini, orang tuaku begini." Itu yg aku temui. Makanya setelah denger slogan childfree dari sebuah novel yg aku baca. Aku jadi kayak, ah bisa nggak ya kalau aku udah nikah, aku gausah punya anak dulu gitu. Nanti pasanganku akan menerima pilihanku itu nggak ya. Karna jadi ibu tuh beneran pelajaran seumur hidup. Sedangkan aku belum bisa berdamai sama diriku sendiri, berdamai sama sifat sifat burukku, untuk memastikan anakku nanti nggak akan memilikinya gitu .

setuju dengan opini yg diberikan dalam video anak bukan sumber kebahagiaan hubungan. Jangan jadikan anak sebagai beban masalah yg diderita orang tua. Kasus nyata, orang tua ingin pisah namun salah satu memilih bertahan karena alasan anak. Jangan jadikan anak kalian sebagai alasan, karena anak ga mampu nahan beban itu, ketika orang tua berantem maka anak yg akan jadi imbasnya.

Ini baru tentang child free, kalo kalian hidup di Bali dan bergaul dengan banyak turis dari segala penjuru, hidup itu bukan lagi tentang menikah juga, bukan juga tentang pendidikan aja, bukan tentang struktur hidup yg kita orang Indonesia jalani, misalnya lahir, masuk sekolah, kuliah, kerja, menikah, punya anak, punya cucu dan meninggal, tapi hidup itu sangat kompleks dan luas, hidup itu gabisa distrukturkan selurus yg disebutkan tadi. So yeahh. Banyak2 berpengetahuan biar lebih bisa menghargai pendapat dan pilihan hidup orang.

Kalo sekitarmu bukan keluarga yang "baik baik saja", jadi bisa ngeliat dengan mata kepala sendiri betapa susahnya jd orang tua, dan betapa ketidakmampuan seseorang dlm menjadi orang tua itu bener2 bisa mempengaruhi anaknya. Ga harus liat orang tua sendiri, bisa dari kakak yg udah berkeluarga atau om/tante yg keluarganya disfungsional, jd banyak warning sblm memutuskan punya anak.

aku kesel juga sama perempuan yg ga bisa menghargai keputusan perempuan lain, kaya aku blm menikah dicomelin, trs temenku blm punya anak jg dicomelin dan temenku punya anak 1 umur 1thn sekarang lagi hamil pun diomongin. kaya ya ampun itu pilihan org lain, knp mesti diribetin :(

This kind of freedom, is similar to the freedom to choose your gender when some persons grow up. It is always in the name of freedom. Bicara kebebasan ngga akan ada habisnya, balik lagi ke pilihan masing2 dan tanggung jawab atas pilihan tersebut melekat pada persona itu. Tapi kalau boleh jujur, semua yg dijalani dengan iman, pasti ada jalannya, begitu juga dengan punya anak. Salam dr saya yg dulu berada dalam keluarga lumayan broken, awalnya tdk ingin menikah apalagi punya anak, lalu akhirnya menikah dan sekarang sedang mengandung anak kedua dan tbh, parenting is the art of life. It does take courage to stepping on that decision but at the end, dont think too hard of this and that, put faith and live this life goodly, the rest is God's business.

banyak orang (cmiiw kayaknya kebanyakan generasi tua) gaterima chid free karena ajaran agama, mungkin mereka lupa kalo anak itu adalah amanah, berkat dari Tuhan kalo cuma melahirkan anak tapi gapunya kesanggupan untuk menjaga amanah dan mensyukuri berkat itu gimana. Juga di society jaman sekarang masih banget berpikir "anak adalah investasi" sehingga setelah nikah harus punya anak biar tua nya gak melarat, ada yang nanggung. IMO. itu stigma yang toxic bgt, membuat orangtua melihat anak sebagai investasi bukan berkat Tuhan atas kehidupan rumah tangga mereka. kalo takut tua nya hidup sulit ya bikin tabungan masa tua, invest beneran entah property, uang, emas bukan invest manusia karena pada dasarnya anak akhirnya menanggung orangtua di saat tua kan karena nilai moral yang orangtua ajarkan ngebuat anak mawas dan berterima kasih kemudian berkat Tuhan pun bertumbuh dan berbuah bagi kita yang merawatnya. So be free to choose child free karena punya anak gak semudah itu.

in my personal opinion, berdasarkan situasi sosial zaman sekarang, setiap fenomena yang ada terlihat jelas memiliki semakin banyak sisi dan prespektif. Dengan semakin tipisnya batas usik setiap orang untuk saling ikut campur masalah masing2, kita jadi sering lupa kalau setiap dari kita punya jalur dan bekas tempuh medan yang berbeda2. ada yang lurus lancar, sampai ke hancur sisa puing2. semua sulit terlihat dan cenderung tidak diperhatikan karena kita hanya besinggungan dengan sisi terdepan, ada yang dalam kondisi baik, ada yang compang-camping. setuju banget sama kutipan mbak Ria "tuhan selalu kasih apa yang kita butuh" dan bisa jadi dengan perlu bantuan anak ataupun tidak itu jawabannya :). simple as semua bisa jadi masalah selama ada yang mempermasalahkannya, begitu juga sebaliknya.

Mau mengomentari statement di menit ke 4.05 tentang "pasangan sendiri tidak berhak menentukan (untuk memiliki anak)," menurut aku ini sangat tergantung sama komunikasi dengan pasangan. Karena jelas laki laki tidak bisa memiliki anak (diperjelas juga di videonya) dengan sendirinya, maka dari itu komunikasi penting. Jika misal dari sebelum menikah si perempuan tidak ingin memiliki anak ya harus diungkapkan. Jangan sampai, baru setelah menikah hal ini dibicarakan. Karena kalau si laki2 tetap memaksa memiliki anak, bisa ada dua kemungkinan: 1. marital rape, atau 2. cerai. Yang pertama jelas pilihan yg salah ya, namun juga jangan sampai si pihak laki2 disalahkan karena memilih cerai untuk memiliki anak. Jadi intinya balik lagi ke komunikasi yang baik.

Yang memutuskan childfree mungkinkan mereka yg memang rata2 punya trauma masa lalu sampai umur saya skrg 29 tahun saya blm menikah dan emang sempat banget berpikir nanti stlh nikah hidup berdua dgn pasangan tanpa anak mungkin lbh asyik tp ternyata makin kesini makin lihat bayik jd pengen punya anak nantik stlh menikah ,yg saya rasakan memang dlu saya msh punya luka masakecil yg cukup dalam tp stlh banyak pengalaman hidup dan sadar sama fitrah kehidupan, apapun yg tuhan kasih disyukuri dan tidak akan melawan kehendak Tuhan ,semoga kita semua diberikan rasa syukur dan bahagia yg melimpah entah kita punya pasanhan punya anak ataupun memilih tidak punya anak loveyou 💛

punya anak = rejeki itu kalau kita mampu menjaga dan melindungi dia, memenuhi kebutuhan baik finansial dan psikisnya. percuma banyak anak tapi gak bisa memenuhi tanggung jawab sbg orang tua.

Im free child … dr muda emg kya uda mikirin beban bgt kalo harus punya anak tanpa mental aku yang siap , byk trauma2 yg aku rasakan sampe pda titik ini aku memilih jalan ini…liat juga pengalaman org 2 sekitar yg punya anak dan akhirnya ortunya pisah anaknya di taro lagi ke kampung sma nenek nya atauu dititipin sma sodaranya , dan psti membuat anak itu terluka 😭😭😭, jdi ak memutuskan utk sudah aku lahir kedunia ini sendiri dan akan mati pulang sendiri…yg terpenting skrg belajar berdamai trs dgn diri sendiri dan masa lalu… menjalani hari2 hdp yg Tuhan sudah titipkan utk kita utk trs berbuat baik…sudah itu saja ♥️♥️😁🙏🏻 salam damai

Childfree adalah konsep yang sudah ada sedari dulu. Contohnya saat perang dunia, banyak orang-orang dan pasangan-pasangan yang mengalami trauma terhadap kejadian perang dan mereka memutuskan untuk childfree. Di saat itu juga, kita mengalami penurunan angka kelahiran yang sangat Massive, yang setengah dari populasi manusia di bumi berkurang. Pacaran, pernikahan, keinginan untuk memiliki pasangan dan anak itu adalah suatu budaya yang erat di dunia bukan suatu keharusan atau kewajiban. Kenapa orang-orang dulu selalu bilang "Banyak anak, banyak rezeki"? Ini alasannya : Pada zaman dahulu khususnya di daerah atau negara agraris yang memiliki lubung padi yang banyak dan luas. Untuk menanam padi dan menikmati hasil panen padi itu membutuhkan waktu yang cukup lama, karena kekurangan SDM (Sumber Daya Manusia). Bagaimana cara mengatasi hal itu? Solusinya adalah dengan mempunyai banyak anak dan mempekerjakan anak-anak tersebut. Maka muncul lah slogan "Banyak anak, Banyak rezeki" This is my opinion 🙂

Secara logika anak bukan point atau tujuan pernikahan, karena kebahagiaan, investasi terbaik dunia akhirat, keberlangsungan hidup, itu ditentukan diri sendiri, bukan orang lain, apalagi kalau memperalat anak sebagai investasi. Anak sejatinya bonus anugerah titipan dari Tuhan tapi bukan menjadi point penting jika dari mental orang tua nya sendiri tidak mampu mendidik, secara finansial tidak mampu memberikan fasilitas terbaik. Karena point penting pernikahan adalah dewasa, siap mental, batin, maupun fisik, bukan untuk memiliki anak. Jadi untuk keputusan childfree atau tidak, dikembalikan kepada setiap individu atau pasangan yang menjalaninya, orang lain tidak berhak memberikan judge atas keputusan seseorang selayaknya individu yang menghormati hak setiap orang untuk membuat keputusan atas dirinya sendiri tanpa ada paksaan atau campur tangan orang lain.

Banyak orang sebenarnya tidak mampu dan tidak layak untuk punya anak, namun tetap saja mereka beranak pinak bagaikan ternak. Menyebabkan masalah bagi banyak orang.

For me personally, child free isn’t related to God, any religion, society or anything in this world. This is a kind of self love. It’s a choice for our self, for the future and it’s way better as long as we are happy with it. Society is always there to push your limit, and change you to be someone you’ve never wanted. Again, it’s all your choice.

Saya perempuan Saya seorang ibu. Dan saya sgt bahagia dan bersyukur telah dianugerahi seorang anak dalam hidup saya. Dan utk kalian yg memilih utk childfree dlm hidup kalian, itu hak kalian sepenuhnya. Semoga berbahagia dlm hidup ini. Dan utk kalian yg blm mampu berdamai dg masa kecil anda,semoga akan disegerakan, dipertemukan dg jln damai dan kebahagiaan sperti yg saat ini kami rasakan sekeluarga. Peluk utk kalian semua! ❤️

Tolonglah wahai warga Indonesia, bukalah pikiran kalian. Jangan mengatur pasangan yang sudah menikah untuk cepat cepat punya anak.

Gue tidak berpihak kepada "Child Free." Siapa yang mau melakukan silahkan. Tetapi gue sangat-sangat tidak setuju pada ORANG TUA YANG PUNYA ANAK, TAPI NGURUS ANAK ASAL-ASALAN atau NGGAK DI URUS DENGAN BAIK. atau anaknya dijadikan PENOPANG EKONOMI KELUARGA. Padahal anaknya kadang masih di bawah umur, masih waktunya main, belajar, MASA KECIL MEREKA DI RAMPAS, DIPAKSA MENGERTI KEADAAN BAPAK EMAKNYA. Padahal keadaan bapak-emaknya bukan salah mereka. Udalah nggak punya planing, finansial kacau, punya anak BANYAK. Dengan alasan "PASRAH", pasrah ajalah, toh ada rejeki anak dari Tuhan. Memang, Tuhan nggak akan membiarkan hambanya kelaparan. Pasti ada aja rejeki buat lo sama anak-anak lo makan. Tapi ya Tuhan juga memberi berdasarkan usaha Lo. Kalau lo hanya berPASRAH, ya rejeki Lo sebatas rejeki berpasrah, beda sama orang yang berusaha. Berapa banyak sih, anak-anak yang berasal dari keluarga hanya BERPASRAH sambil rebahan yang sukses? Hanya sedikit, itupun karena anaknya berusaha keras, menempuh segala cara supaya bisa sukses. Sisanya? Tumbuh minder, merasa nggak sama dengan orang lain. Anak-anak yang sukses, mostly berasal dari orang tua yang berusaha keras, terlepas apapun pekerjaan orang tua itu. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan si anak dengan berbagai cara. Jadi sebelum lo memutuskan untuk menikah dan memiliki anak, dipikirkan dulu bener-bener. Apalagi memutuskan sampe memiliki anak 4 atau 5. Keurus nggak?. Banyak loh kadang, gue ke minimarket. Ada anak-anak ngemis sampe ikut masuk ke dalam, kita belanja jadi nggak nyaman. Dikintilin, nggak dikasih duit terus ngintilin. Sampe anak bisa ngemis kayak gitu kan, berarti orang tuanya nggak punya planing. Punya anak, punya akan doang. Nggak ada tanggung jawab. Belum lagi liat di berita, berapa banyak manusia diserang hewan buas, karena wilayah hutan sudah di jamah semua oleh manusia. Banyak manusia itu ya mempersempit wilayah, karena mereka membutuhkan sumber daya alam. Satu keluarga menyumbang 4 anak aja, kalikan berapa jumlah kepala keluarga di negara kita. Lihat juga seberapa banyak lapangan pekerjaan dan penghidupan yang ada di negri ini?. Istilahnya, kita jangan sekedar menyumbang JUMLAH MANUSIA NYA. Tapi diperhatikan kualitas dan sumber daya si manusia yang kita lahirkan itu.

"Di dunia ini kalau gak ada yang nyinyir, gak lengkap ya." That's the key point. Lol, bener banget. 😂😅 Bagi saya pribadi, childfree marriage itu adalah pilihan. 🐻 Memiliki anak itu sebuah keniscayaan, tetapi proses untuk memilikinya, harus atas dasar kehendak kedua belah pihak, secara sadar dan saling membahagiakan. So, whenever do I want and my husband don't, or even vice versa, we just delayed it till the right time. Kayak judulnya, sampai di titik temu, kita mau sama-sama bertanggung-jawab memiliki, dan merawatnya. Intinya tidak ada keterpaksaan.

Andai semua orang di kolom komentar di channel mbak Analisa bisa seadem orang² yg komen disini pas sama² bahas childfree😭 aku capek komen netral disana tp dicecar terus sm orang yg memaksakan kehendak ga setuju sm childfree. Mending kalo nyambung sm konteks komentarku disana, lah balesnya keluar konteks -_- T_T Beruntung penonton MM dewasa dalam memahami perbedaan pendapat 😭

jujur nangis nonton video ini. keinget kejadian kejadian yg aku alamin dan berujung jadi trauma yg susah untuk berdamai. child free is not bad and having kid is not bad too. yg terpenting gimana siap buat bertanggungjawab atas semuanya. dan point yg nyentuh banget di aku "anak gapernah minta untuk dilahirkan".

Sekarang tinggal balikin aja ke realita di indonesia kek gimana "Stabil secara ekonomi" >Di indo termasuk ke negara yg mudah utk cari kerja? Boro-boro >Mayoritas penduduknya kalangan ekonomi kuat/mampu? Boro-boro >Pemerintah berbaik hati utk kasih UU perlindungan ke kaum pekerja & beneran diimplementasikan? Boro-boro >Mulai wirausaha kecil, apakah ada kebijakan proteksi dari pemda atau secuil bantuan? Boro-boro >Warga Indo termasuk mudah untuk dapat pekerjaan tetap non kontrak? Boro-boro "Siap secara mental" Lo psikolog/psikiater aja dipandang gila ama "sebagian" society disini. Boro-boro merhatiin kesehatan mental & edukasi dasar psikologi, di Indo orang-orangnya masa bodo "Indonesia termasuk negara yg punya concern tinggi terhadap lingkungan hidup" Boro-boro, padahal manusia sgt bergantung ke alam, disini taunya cuma eksploitasi doang "Pemerintah cenderung stabil & bersih " Boro-boro Dan masih banyak atribut lain. Kalau gua sih masih waras, sekarang aja udah serba susah & ribet, gimana nantinya? Jaman kedepan gua yakin persaingan utk survive udah semakin sulit. Jadi, punya anak di indonesia itu termasuk berat, high risk dan cuma kalangan tertentu aja yg "bisa".

Childfree itu hak setiap pasangan, khususnya hak wanita sbg calon ibu untuk memutuskan punya anak ato gak. Pengalamanku sendiri ketika aq dituntut pasangan buat hamil lagi padahal aq belum siap karena anak pertama masih kecil, akhirnya aq hamil karena terpaksa, jdi lebih setres, babyblues parah. N jadi merasa kurangnya ikatan batin ma anak kedua,asi g keluar sama sekali, krn hati yg blum siap. Kalo memaksa wanita buat punya anak tapi si wanita belum siap, jatohnya malah kasian ma anaknya g bisa deket secara batin dg ibunya krn ibu g siap menerima dia.

Menjadi orgtua itu artinya harus belajar lebih banyak. Jd ortu berarti selalu berbuat salah dan harus segera diperbaiki u memperkecil trauma pd anak. Hanya ibu yg bahagia yg bs membahagiakan anak2nya

kadang orang-orang yang ikut campur dan menyakiti hati kita apa yang kita pilih adalah orang-orang terdekat kita

Tolong cari narasumber yg punya anak dari kalangan bawah kak. Bakalan terasa pastinya jika si ibu punya 4 anak dan harus bekerja. Kalau orang kaya mah bebas, dia punya finansial dan dari lingkungan baik, pasti ga ada pikiran anaknya bakalan gimana-gimana

Dunia sudah padat manusia Dpt dipastikan makin over populasi makin banyak masalah..... Childfree adalah solusi yg tepat

this speak volume!! saya baru nikah 3 bulan. Tapi masyaAllah.. yg nanyain kapan punya anak, udah hamil apa belum itu ibarat makanan sehari2. Saya punya insecure yg lumayan tinggi, di tekan oleh omongan2 yg kek gitu bahkan ada yg memvonis saya atau suami "ada apa2" jadi belum hamil. It hurts, so much. Saya nangis sesenggukan karena omongan mereka. Bahkan jadi kepikiraaan banget. Tapi seiring waktu, suka dengrin motivasi dan sharing bahkan baru tau tentang childfree ini ngebuka pandangan saya tentang tujuan menikah. Terima kasih atas video ini ❤️❤️

Punya anak adlh komitmen seumur hidup. Pola pikir umum masyarakat, anak lulus kuliah, kerja, nikah, lepas ortu. Intinya ortu ngurus/biayain anak ada batasnya, klo udah usia dewasa blum bisa mandiri, bawaannya dipaksa nikah buat cewek. Yg cowok, gmna caranya hrus kerja. Padahal kondisi org macem2. Trmsuk harus siap bahwa anak terlahir dgan bragam kondisi kesehatan fisik atau mental yg mngkin hrus dirawat seumur hidup

Adem banget kan kalo dengerin yg begini bisa bikin saling menghargai keputusan orang laen, ga kayak di twitter tu malah saling caci maki yg ada jadi saling menyudutkan :)

Tujuan pernikahan itu utk membahagiakan diri dan pasangan,anak hanyalah bagian bukan hal utama yg membuat pernikahan itu bahagia.saat ini 13 thn menjalani pernikahan dan blm memiliki buah hati tdk mengurangi sedikitpun kebahagiaan dlm rmh tgga kami.malah kami jd semakin saling membutuhkan satu sama lain.Tuhan lebih tau apa yg membuat kita bahagia.jd jgn pernah menghakim bahwa memiliki atau blm memiliki anak pernikahan lo ga bahagia.menurut gw seh bgtu.

Suka sekali dengan opini para narasumber, jg comment section yg tdk judgemental

Menua bersama dgn pasangan itu karunia bahagia tp makin lama umur pernikahan, pasangan malah kyk sodara aja. Kdg malah tidur beda kasur. Dulu jg g pgn pny anak, nikah jg males krn liat ortu yg pernikahannya kacau balau. Tp rumah tangga tanpa anak itu sepi, gda bahan obrolan sm pasangan. Klo ngobrolin oranglain, pekerjaan, belanjaan tetangga lama2 membosankan. Akhirnya ke gadget medsos masing2. Stlh nikah, ada naluri kodrati menyayangi bayi, anak kecil. Mau disangkal jg ga bs krn jiwa dari Tuhan itu tahap2 nya kyk gitu. Tentunya, kuncinya hrs nemukan pasangan yg nyambung komunikasinya juga saling cinta, syg, mengasihi dan takut pd Sang Maha Pencipta. Tp mau child free atau mau pny anak dikit/banyak, pilihan tiap orang. Mari mulai toleran dgn perbedaan. Usul yg diskusi orang sepuh2 yg dulu memutuskan child free bahkan milih g nikah sekalian. Kira2 mereka menyesal ato ga? Pengalaman mereka bs sangat berharga utk membuka pandangan yg msh muda yg akan merenta jg.

gak masalah mo punya anak atau gak, atau mau punya anak brp, yg penting tanggung jawab dengan keputusan masing2, dan itu keputusan bersama pasangan. yang jadi masalah, ketika gak mau saling memahami dan saling menyalahkan.

Mau punya anak atau childfree sebenernya itu pilihan hidup masing-masing. Harusnya kita saling menghargai satu sama lain bukan malah ngejudge pilihan tersebut. Karena semua pasti punya alasan dibalik pilihan tersebut. Yang paling tahu mana yang terbaik itu ya diri kita masing-masing. Jadi orang lain ga berhak atas pilihan hidup yang udah kita pilih.

milih buat ga menikah di nyinyirin, belum menikah di nyinyirin, udh nikah blm punya anak di nyinyirin, nikah ga memilih punya anak di nyinyirin, punya banyak anak di nyinyirin, punya sedikit anak di nyinyirin, mengangkat anak adopsi di nyinyirin

Menurut saya sih wajar banyak yang nolak childfree ini sendiri karena stigma yang kita kenal selama ini berlawanan banget dengan hal tersebut. Menolak boleh, nggak ada larangan, setiap orang punya hak, tapi nggak harus maksain kehendak ke orang lain juga kan ya seharusnya, apalagi sampe ada yang bilang kalo pasangan yang memilih untuk tidak punya anak kesannya cuma memuaskan hawa nafsu doang. Saya sendiri ada di posisi netral untuk saat ini karena masih banyak yang perlu dipahami terlebih dahulu sebelum pada akhirnya memutuskan untuk menolak atau menerima.

Menikah yes Punya anak no Ultra high risk Low return (dalam makna luas)

AKHIRRNYAAA HAL INII DIBAHASSSS.. walaupun baru nonton sekaranggg. TERIMA KASIHHHH MENJADI MANUSIA🤝💚

Awalnya obsess untuk punya anak, sampai akhirnya dapat diagnosa 2 penyakit yg secara langsung berkaitan dg keputusan punya anak akan menjadi hal yg berbahaya bagi aku maupun anakku nantinya. Langsung pupus harapan dan berusaha cari semangat dan solusi, sampai akhirnya nemu pemahaman childfree ini dan Alhamdulillah suami gak keberatan mengingat dia juga tau keadaan saat aku harus operasi untuk penyakit yg pertama dan perawatan lain yg harus aku jalani buat penyembuhan penyakit kedua, dia merasa "sayang" kalo aku harus ngejalanin itu lagi nantinya, jika memaksakan untuk punya anak. Jadi akhirnya aku bersyukur, selalu bersyukur, muncul pemahaman ini dan ngebantu aku buat jelasin ke suami, skali lagi terimakasih ilmunya!

10 tahun lagi childfree sudah biasa...Masyarakat kita mulai open

Aku sih setuju buat yg memutuskan childfree, aku pun udah punya anak dan memutuskan akan nambah anak tapi lebih seneng kalo di masa depan nanti anak aku berdampingan dengan manusia2 yang lebih berkualitas dididik bener2 nggak asal dan nggak hanya sekedar kuantitas cuma menuh2in bumi. Daya saing pun semakin berat di masa depan.

Itu pilihan hidup masing-masing. Ga ngerti pemikiran orang2 yang nyinyir tentang hal ini. Padahal mereka2 yang nyinyir itu ngebantuin hamil nggak, ngebantuin lahiran juga ngga, ngebantuin besarin anak juga ngga.

Semua perdebatan yang ada itu dimulai dari budaya orang Indo yang ga bisa jaga mulut dan terlalu ngurusin urusan rumah tangga orang lain. Kapan lulus? Kenapa ga kuliah? Kenapa ga daftar cpns? Kapan nikah? Kok belum nikah? Kapan punya anak? Kok belum punya anak? Lahirannya normal atau sesar? Kapan nambah anak? Kok udah nambah anak? Kapan beli rumah? Kok masih ngontrak? Kapan mati??? Darn! Just shut up! Mind your own business! Ga semua orang punya perencanaan yang matang akan hidupnya. Di saat yang sama, ga semua orang juga bisa hidup ngalir ngikutin standar norms yang ada. Just agree to disagree!

Gw sangat2 menghargai org2 yg memutuskan childfree dengan kesadaran penuh dan tanggung jawab,mereka tau betul akan kapasitas dirinya,,gw ga menganut childfree dr dulu pengen bgt punya anak banyak,but then skrng gw melahirkan anak pertama ,baru sadar being mom sama sekali ga gampang,baru nyadar baru mikir kenapa pengen punya anak,, ditengah2 masyarakat yg judgmental normal vs caesar, asi vs sufor,working mom vs IRT,urus sendiri vs pake suster, belum lg bandingin2 anak,sangat2 melelahkan fisik juga mental, apa skrng gw menyesal punya anak? Ga sama sekali,tp nambah anak lagi, jawabanya GA, 1 aja cukup bagi gw

Apapun omongan orang, childfree adalah pilihan tepat buat orang dengan trauma mendalam kek gw 🗿 just mind your own business.

gw selalu dibilangin harus punya anak biar masa tuanya nanti ada yg ngurus. padahal om gw aja anaknya banyak bgt tapi semuanya terlantar. skrg om gw sakit parah dan nymbung hidup dari santunan saudaranya. punya anak ga menjamin lo bakal hidup bahagia di masa tua kalo lo nya aja ga bertanggung jawab sm anak lo dulunya. makanya buat gw kayaknya berat banget ngurus anak tuh.

Setiap org memiliki pandangan masing², yg udh nikah aja cerai dan yg udh punya anak cerai. Yg terpenting jgn dengerin kata org kan yg menjalani hidup anda bukan org lain klo misal anda kesusahan emng siapa yg mau bantu gk ada siapa²,org lain cuman bisa menghina tanpa mempedulikan dia. Dan ada juga org yg blm menikah malah pada bilang kapan menikah kan itu menggangu mental sesorang. Jadi hidup di bawa enjoy aja jgn di jadikan masalah

Gimana kalau contoh kasusnya "cowoknya ga mau punya anak tapi cwenya mau punya anak". Kalo menurut gw sihh itu kesepakatan bersama namanya juga nikah, nikah kan 2 individu menjadi 1, jadi seharusnya menurut gw itu harus diomongin dari awal sebelum nikah.

menurut ku pribadi setiap keputusan itu ada jatah nyeselnya manapun yg dia pilih, ya kalo lu pilih punya anak lu akan di tahap nyesel ketika anaklu kebutuhan banyak lu g bisa kasih yg terbaik, begitupun yg memilih untuk tidak punya anak ada kemungkinan juga untuk menyesal diusia tua karena rasa kesepian itu muncul , yg terpenting adalah ketika kita mengambil keputusan apapun hasilnya siap terima segala konsekuensinya

Sebuah obrolan santai yang saling menghargai prinsip masing masing tanpa mengajak orang lain sesuai yang kita inginkan

- Negara-negara dengan angka kelahiran kecil seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan dan mayoritas negara barat sudah banyak mengeluarkan uang agar meningkatkan angka kelahiran tapi belum juga kelihatan hasilnya. Bencana demografi mengintai mereka - Wanita di Amerika yang berusia lebih dari 30 tahun 50% belum memiliki anak, dan kebanyakan dari mereka membekukan sel telur mereka yang tentu biayanya mahal - Kasus bunuh diri terhadap wanita terus meningkat, generasi millenial memiliki tingkat anxiety yang tinggi - Kasus meninggal sendirian atau lonely death, kalau di Jepang disebut kodoku-shi meningkat, begitu juga di negara-negara barat. Sekedar informasi, semoga ditelaah dengan baik, pengaruh pemikiran liberal yang bersumber dari manusia yang tidak luput dari salah, sudah sangat nyata, alangkah baiknya jika opsi yang kita pilih adalah memperbaiki Taqwa, akhlak, amal dan ilmu kita, memperkuat rumah tangga dan membentuk generasi selanjutnya yang lebih baik

Saya sendiri sangat mendukung orang lain untuk childfree, lumayan saingan anak saya berkurang

Childfree bukan pilihan yang buruk, semua orang punya luka, background, g pilihan masing-masing. Lebih baik childfree dari pada nggak bisa bertanggung jawab atas kehidupan anaknya. Beberapa ada yang mengkhawatirkan manusia bakal punah, terus kalau punah kenapa? Toh semua orang akan menemui kematian

Klu tdk punya tabungan yg ckp jgnlah punya anak dlu..smg program KB di tingkatkan oleh pemerintah..

jujur yaa video berdurasi 15 menit ini sgt berhasil membuat saya menangis dari awal mula sampai habis:') , dan terima kasih para mba-mba nya yg menjadi narasumber dan telah berpartisipasi membagikan sudut pandangnya ini telah mewakili beberapa pernyataan-pernyataan yg selalu ada dibenak saya. semuanya. terima kasih sekali lagi sudah mengangkat isu ini kepada menjadi manusia9 🙏

Aku suka mindset membahagiakan pasangan dlu baru anak.

manusia , manusia adalah makhluk hidup, manusia sampai tua harus makan , untuk makan perlu bahan makanan. Bahan makanan perlu lahan untuk mengembangbiakkan bahan makanan . Walaupun vegan sekalipun tumbuhan butuh lahan untuk menanam . Selain makan manusia perlu rumah dan harta untuk bertahan hidup. #quotesanimeparasyte

sharing yg Adem.. enak denger nya... yg kesel itu klo denger orang pro child free tapi bangga2in ide nya dgn cara songong contoh nya : untung gw ngga punya anak.. gw Bișa bangun tidur sampe sore... or untung gw ngga punya anak gw Bișa kabur keluar negri for 3 months... ya ngga usa ngomong gitu lah... emg lu ngga dari orang tua yg berkorban utk lu?

Menurutku, mau punya anak atau gak...itu pilihan masing-masing. Kalau milih untuk childfree..ya silahkan. Kalau milih punya anak, ya kita sebagai calon orang tua harus prepare secara mateng. Kita yang berharap punya anak. Berarti kita siap untuk ngasih yang terbaik untuk anak tersebut. Jangan jadikan anak sebagai investasi. Gini sih, kalau misal nanti si anak pas dewasa alhamdulilah kecukupan..mau ngasih sedikit rejekinya ke orang tua ya alhamdulilah. Kalaupun si anak pas udah gede ibaratnya perekonomiannya katakanlah "cukup" buat dia aja dan istri/suaminya/anaknya ya orang tua gak bisa menuntut itu. Kembali lagi sih, ke mindset si anak tersebut mau gimana sama orang tua perihal makna "investasi". Tapi, setauku anak menghormati orang itu wajib. Cara menghormatinya pun bisa dengan beragam cara. Gak cuma tentang ngasih uang ke orang tua aja. #mohon maaf, hanya berpendapat.

"terasa trauma di masa lalu , aku dulu.sebagai anak kecil aku selalu di ejek secara batin sama.org tua, dan pas saat umur terasa 22 tahun aku terasa di teror sm org lain.maupun org tua , org tua berkata " km.itu sdh umur 22 thn. makin menjengkelkan dan kalau kyk kpn.km.punya jodoh dan.anak " aku sakit hati terasa ingin.menangis cm krn aku terlalu fokus sama ingin kuliah dan bimbingan belajar di barista pas.disaat adikku perempuan ultah tanggal 22 agustus mamaku selalu dukung adikku tetapi saat aku ultah pada tanggal 24 agustus cm di."ucapin hbd semoga km cpt dpt jodoh " dan.aku ga menganggap sebagai.hadiah malah.semakin terasa.terpojok oleh org tua.ku memang sepele tp menyakiti dan.terasa.trauma.berat dan.setiap kupikirkan seandaikan aku msh bayi aku tdk dilahirkan selalu gitu trs. tetapi lama lama aku berpikir sambil merenung diri. "aku tak ingin punya suami maupun.anak , takutnya suami.tak menerima.keputusan dan aku tak ingin anakku kenalan dgn keluargaku yg toksin , jika aku memiliki anak aku merasa berdosa dlm.seumur hidup ,.itu adalah hal tak bisa.ku.maafkan"

Ya hidup itu pilihan.. Terikat atau bebas, beriman atau tidak itu pilihan kok

Kalau memutuskan punya anak harus dengan keadaan finansial yg bagus, aku yg sebagai anak dibesarkan oleh keadaan yg serba kekurangan tentu saja sangat tersiksa, apa yg diingikan ga pernah terwujud, bahkan aku saja ga punya mimpi, aku tau kalaupun punya mimpi pasti terhalang oleh uang uang dan uang

Akhirnya...ada yg voice out isi hati sy..

I love this Conversation❤️

Terkadang bener sih sering terlintas juga di pikiran kita, "setiap individu tdk meminta untuk dilahirkan, eh kok ucup-ucup kita dah ada di dunia?". Padahal kita gak mau misalnya terlibat dan harus melewati apa yang harus dilewati dalam kehidupan dunia ini. Terlebih lagi bagi yg percaya agama, pastinya ujung dari kehidupan kita itu ada syurga dan neraka. Yg karena kita melewati serangkaian alur di dunia ini kita bisa punya 2 kecenderungan masuk ke salah satu tempat itu (syurga-neraka). Dan kita sadar gak semua dari manusia masuk ke syurga. Nah, ketika ada hal yg berlawanan dari itu seolah olah jadi merasa "kok Tuhan menciptakan aku sih kalo ujungnya cuman dimasukkan ke neraka? Kan, kalau tdk dilahirkan kita tidak akan berpotensi untuk berbuat salah sehingga tergiring ke neraka". Atau " kenapa aku ada di dunia ini sih kalo untuk hidup susah dan penuh beban, dll?" Nah dari semua itu yg tidak bisa kita tentang adalah "Kita ini makhluk Tuhan, Tuhan punya hak prerogatif atas semua hal yg dikehendaki yg tidak bisa kita protes". Kita ada di Dunia ini itu bukan karena orang tua kita yg memaksakan kita untuk dilahirkan padahal misalnya kita gak mau dilahirkan. Tapi Tuhan yg telah berkehendak dan memilih kita untuk lahir dan berjuang di kehidupan ini. Sama halnya seperti ayam yg tidak bisa protes ketika manusia (pemilik ayam) memaksa memisahkan ayam dari induknya/keluarga ayam untuk disembelih, dimasak, dikunyah, dan disantap manusia dijadikan makanan. Begitu jugaTuhan - manusia dengan hubungan kepemilikan, dan tidak bisa menyalahkan Tuhan juga, karena apa yg telah ditetapkan tuhan (ada hal buruk-baik) tujuannya adalah ujian bagi kita untuk menjadi yg terbaik & Tuhan ingin melihat dengan semua itu siapa yg benar2 berkomitmen kepada-Nya. Menurut yang aku tau lho...❤️🙏

Itulah perlunya kita belajar ilmu parenting yang benar agar dapat mendidik anak dengan baik, belajar dari orang-orang tua teladan yang telah terbukti berhasil mendidik anak-anak mereka dengan baik untuk memutus mata rantai perlakuan yang kurang baik yang kita dapat dari orang tua kita semasa kita kecil dulu, itu sih pendapat saya. Wallahuaklam bissowab.

Gaslighting syariah Maunya mengingatkan sesama tetapi penggunaan bahasanya kurang tepat, cenderung menghakimi dan kurang berusaha berempati. Akhirnya si pembelajar malah menjauh dan memasang benteng. Orang belajar itu perlu kata² "Memang tidak mudah, tapi kamu pasti bisa!" "Percayalah semua ini Allah yang mengatur dan ketika kamu berhasil melewatinya kamu akan menemukan kebaikan darinya." Lebih didengarkan daripada "Kamu belajar agamanya kurang jauh~ bla bla bla." "Childfree itu haram bla bla bla" Saya melihat banyak komentar gaslighting disini. Tapi ada juga yang mengingatkan dengan lembut dan memberikan semangat untuk kembali ke fitrah. Terima kasih untuk empatinya saudara/saudari. Karena pembelajar lebih butuh support daripada penghakiman

Keputusan kita tergantung oleh khalayak umum. Itu sih masalah di indo yg paling sering terjadi

aku adalah anak yg dibuang oleh ibu kandungku karena suaminya meninggal dan dia ga ada tanggung jawab untuk mmbesarkan q.. sampai akhirnya q diadopsi sm keluarga yg mmang menginginkan q hadir dan mnjadi anak pertamanya.. kenyataan ini baru q tau ketika aku umur 27 tahun 2 bulan akan menikah, dan q hrus menelan kenyataan ini bulat" dgn banyaknya pertanyaan dipikiranq.. sampai sekarang, suami msh mmberikan q waktu untuk menjadi diriku sndiri, beljr mencintai diri sendiri sebelum memiliki anak.. walaupun kluarga ud pada tanya kok blm punya anak ngerekomenin ke dokter, q cm bs diem aja,cause my mental health is matter..

Gua salut sama yang komen nya berbobot . ... Makasaih buat kalian yang udah bantu jelasin ttbg childfree di kolom komen ❤

Permasalahannya menurutku cukup sederhana sih, kita sebagai manusia apalagi untuk sesama perempuan harusnya bisa menghargai setiap keputusan yang diambil oleh perempuan lain entah mereka memilih untuk childfree ataupun punya anak karena ya itu hidup mereka. Kita ngomong panjang-lebar tentang keputusan mereka pun percuma karena ga bakal berdampak apa-apa sama hidup mereka apalagi hidup kita. Jadi fokus aja ngurusin hidup masing-masing.

Kakak beradik mengalami hal yg sama, trauma yg sangat dalam akan keluarga. Adik saya memutuskan untuk tidak menikah dan punya anak. Saya, entah dari kecil balas dendam dgn rasa sakit itu dgn cara ingin menikah dan mewujudkan keluarga yg lebih baik dengan pembelajaran yg telah banyak saya ambil dari keluarga yg bermasalah. Saat ini akan menikah, dan adik masih sering nanya, "yakin nikah ?."Dalam hati saya menguatkan, "insyaAllah saya siap dgn tanggung jawab dan konsekuensi jika saya menikah dan punya anak."

Jika saya menikah saya ingin child free

Poin penting dalam pernikahan itu berkomitmen, kasih sayang dan tanggungjawab.

Tatapan mba yg blm punya anak penuh makna bgt ketika ngeliat yg milih childfree

Dari kecil gak pernah punya imajinasi dan bayangan bakal punya anak, sampe sekarang udah gede 36 taon tetep gak mau punya.. Aku punya dua keponakan yang pinter dan lucu, jadi aunty aja udah cukup buatku bahagia luar biasa..

kalo berbicara childfree itu memang pure pilihan seseorang sih. Saya pun setuju dengan perkataan mba lusi selaku childfree by choice. Kalo berbicara tentang anugerah tuhan dan agama tetap ngga bisa disamakan 100% juga jaman rasul dan sekarang. Rasul memang panutan, seharusnya memang ditiru, tapi jaman rasul tidak ada pilihan pil KB, iud dan kondom + informasi2 yang sangat banyak seperti sekarang ini. Ini salah satu kemajuan teknologi yang tidak bisa dihindari. Semua kemajuan teknologi pasti ada konsekuensi. Yakin lah kalo Allah udah berkata kun fayakun pasti itu benar, walopun orangtua childfree by choice bertambah jumlahnya, tidak akan generasi berikutnya habis selama Allah masih mengizinkan. Sebenernya saya sempat memutuskan childfree, tapi saya batalkan menjadi berencana 1-2 anak saja karena walaupun berat sebagai ortu memang proses memiliki anak itu mungkin satu hal yang paling natural yang akan tersisa didunia ini selain menumbuhkan tanaman dari tanah, kalo saya aja sekarang memilih healthy lifestyle dan berusaha makan dari bahan natural tapi memilih menjadi childfree by choice, kayanya hidup saya jdi tidak selaras 😂 Selain itu, sudah meniatkan dalam hati untuk memiliki anak karena menyiapkan generasi kedepan, memiliki anak yang mau merawat, mendoakan dan memberi rejeki kembali kepada ortu adalah bonus dan rejeki dari Allah. Kembali lagi itu kehendak Allah. Karena fakta anak2 terlantar dan dibuang juga memang ngga sedikit di jaman sekarang. Janganlah juga kita jadi manusia yang mengagung2kan fitrah Allah tapi hanya peduli dengan anak sendiri dan lupa mengayomi anak yatim diluar sana. Itu juga kan sudah arahan dalam Quran. Semoga yang memilih childfree by choice pun tidak lupa dengan kesejahteraan anak2 diluar sana yang membutuhkan ya! karena hal ini yang melatarbelakangi saya memilih childfree dulu 💕

saya mendukung dan menghargai pilihan orang2 mau mereka child free atau punya anak sebab saya percaya saya tidak punya hak atas kehidupan mereka. punya anak itu tanggung jawab besar, kalau saya menjadi orang tua saya ingin memberikan yang terbaik untuk anak saya, orang tua apa yang tidak mau anaknya hidup di lingkungan terbaik? tetapi karena mempunyai anak itu tanggung jawab yang besar saya harap sebelum mempunyai anak2 orang2 sadar, kalau bukan mereka yang bisa menafkahi anak mereka ya siapa lagi? daripada mendengar omongan tetangga yang tanya "kapan punya anak?" lebih baik ikuti alur diri kalian sendiri dan mempersiapkan dengan matang tujuan kedepannya bagaimana? setelah punya anak kira2 gmn? jangan setengah2! saya harap orang2 dapat menghargai apapun pilihan orang lain, ingat! kalau kalian tidak mau hidupnya diomongin terus jangan mencemoh orang lain, itu akan berbalik kepada kalian! lebih baik hidup sesuai pemikiran kalian masing2 daripada sibuk mencemoh orang lain! sekian, semoga semuanya sehat selalu dan stay safe!