😂😂 saya percaya kerumitan itu esensi nya gada namun esensial nya ada penolakan atas ketidak mauan menjadi fakta tabu pembenaran ketidak mampuan atas kasus kerumitan
Woww. Obrolan yang tidak mengandung apapun selain daging semua. Saya sangat mengagumi seorang Martin Suryajaya, memiliki ilmu yang luas dan mendalam namun tetap rendah hati, walaupun sebenarnya kerendahan hati itu adalah ciri paling khas bagi seorang ilmuan❤. Thanks
Yang saya dapatkan sebagai ilmu dan informasi baru bagi saya dari percakapan ini adalah justru filsafat ilmu. Filsafat logika indonesia sepertinya merupakan wacana yang coba diusulkan oleh pak jaya melalui pak martin.
Logika itu sudah ada semeniak dunia aristoteles mengenalkannya, aristoleles mengenalkan formulasinya dari mana dia mendapat formulasi logika itu, tentu dari perenungannya, pengetahuannya dan kebatinannya berelasi dengan alam semesta, terciptalah himpunan silogisme dari logika dan matematikanya hanya sebatas itu, untuk membuat simpulan. Dari logika yang dikenalkan aristoteles kita mempelajari apa itu logika, aturan, matematikanya hingga saat ini silogisme, akan tetapi logika yang jauh sebelum aristoteles mengenalkan logika yang tidak dibatasi oleh realitas dan pengandaian, logika akan menuntut keobjektifannya. Kesesuaian penalaran manusia yang terbatas dengan alam semesta menuntut kita kepada subjektifikasi sedangkan alam semesta tidak terbatas, matematika tidak terbatas, dan fisikapun tidak terbatas. Kalo saya gambarkan manusia adalah penalaran dengan subjektifikasi karena kemampuan pengandaiannya terbatas dengan alam semesta, sedangkan logika adalah objektifikasi cara kerja alam yang didalamnya ada pola yang tetap. Kesulitan dalam mempelajari logika adalah manusianya itu sendiri yang cenderung subjektif dalam menarik simpulan, dan aristoteles membuat rumusannya, agar manusia tidak kesulitan. Aristoteles menawarkan rumusan itu ketika realitas kehidupan tidak sekompleks realitas sekarang, apabila aristoteles hidup di zaman sekarang barangkali rumusan dalam logika dapat diperbarui. Saya miris melihat orang-orang yang mempelajari logika hanya sebatas aturan himpunan silogisme, kalo tidak sesuai dengan rumusan itu anda cacat nalar, yang sebenarnya realitas dan pengandaian manusia pasca modern sudah berkembang. Semua manusia akan mati, saya seorang manusia kesimpulanya saya sebagai manusia akan mati, hanya sebatas ini rumusan logika. Bagaimana kalo saya rubah kalimat itu tidak sesuai dengan realitas. Semua manusia akan abadi saya seorang manusia kesimpulannya saya seorang manusia akan abadi. Namun ada humor yang saya suka yaitu mengenai realitas itu hanyalah persepsi kita Kita abadi dalam kenangan seseorang yang mencintai kita dan kita mati dalam kenangan seseorang yang menyakiti kita. Konsekuensi dari humor ini bisa menjadi realitas alam semesta ini ada karena manusia yang berpersepsi alam semesta ini ada.
Dalam tradisi Islam (klasik dan bahkan kontemporer), Logika itu identik disiplin Ilmu Mantik (Manthiq). Ilmu ini banyak diajarkan di pondok pesantren dari dulu sampai sekarang. Tapi yang diajarkan lebih banyak yang klasik. Ilmu ini bisa menempati posisi yang lebih spesial daripada filsafat di pondok pesantren. Semoga pembicaraan Logika Martin ini bisa juga menginspirasi pengembangan Ilmu Manthiq di Indonesia.
sumpah demi apapun, baru tau kalo mas surya itu doktor. aku selama ini nonton channelnya mikir mas surya cuman mas-mas fakultas teknik yang kebanyakan nongkrong :(.
10:10 ini teori masuk ke ralitas loh, kemungkinan2 itu sering di jelasin di filem marvel, di chanel rumah editor ada penjelasan lebih visual nya, dan sejauh ini makin related sama realitas
Sangat disayangkan banyak tak disukai " IDENTITAS TAK BERNAMA ",dan jarang terjadi dgn cara " SATU RASA BERJUTA JUTA JIWA ",dan kenyataannya " BERTOLAK TERBELAKANG.......TERDEPAN.......DAN YG AKAN DATANG......... Bagaikan 2+2=4 hanya satu yg digunakan........ Tak terpakai , 4=2×2......4=5 - 1.......4=2×2.......4=8 : 2......dan seterusnya........
Sungguh sayang sekali pemaparan bung martin ttg kucing schroedinger hanya selayang. pdhal disitu kunci utk melawan idealisme dgn segala variannya setelah mereka menyimpulkan secara salah hasil pengamatan dualisme partikal gelombang bhw objektifitas sdh selalu bergantung pengamatan, bhw tanpa pengamatan materi adalah gelombang yg merambat di alam semesta.
" Jika kita mencari kebenaran maka kita akan mendapatkan kebenaran " sahih kah logika seperti premis itu? jika sahih dapatkah seseorang mendapatkan kebenaran di dunia nyata menggunakan logika? Jika tidak, apalah gunanya logika selain daripada kepuasan perasaan itu sendiri.( Merasa berlogika orang lain tidak 😁)