Kartapiyaga mengadukan kepada ayahnya Prabu Kurandageni bahwa Irawati yang berhasil diculiknya ingin dimadu saudaranya yaitu Surtikanti dan Banowati, walau ditahan ayahnya, Kartapiyaga tetap berangkat ke Mandaraka untuk memenuhi permintaan Irawati. Ayahnya, Prabu Kurandageni mendukung dengan membuat huru-hara agar Mandaraka geger.
Arjuna yang membantu mencari Irawati diperjalanan berperang tanding dengan raksasa sehingga menyebabkan Arjuna pingsan karena terlalu lapar. Semar merasa perlu memberi pelajaran kepada Arjuna sehingga makanan yang diperolehnya sebelum diberikan kepada Arjuna dicampur sampah. Saat melihat Bratajaya (adiknya Kakrasana), Arjuna marah menganggap Bratajaya telah menghinanya karena mencampur makanannya dengan sampah. Kakrasana datang melerai dan menegur Arjuna agar jangan sembarang menuduh. Dari Arjuna Kakrasana kemudian mendapat informasi bahwa Irawati putri Prabu Salya diculik Kartapiyaga, Kakrasana yang saat itu bergelar Wasi Jaladara akan berdharma dan mengatakan bahwa pencuri putrinya akan kembali. Meskipun pada awalnya Prabu Salya tidak percaya, namun akhirnya Jaladara bersama Arjuna dapat menyelamatkan Irawati dan menghukum para penculiknya.
Dalam episode ini dapat diambil pelajaran bahwa seseorang yang mengalami cinta buta, maka tindakannya menjadi tidak bernalar yang akibatnya akan mengorbankan diri dan keluarganya sendiri. Pelajaran dari Semar kepada Arjuna sebagai seorang kesatria, perlu diteladani. Seorang Satria atau Pimpinan dalam melakukan tindakan harus “empan-papan” artinya disesuaikan waktu dan tempat yang baik dan tepat. Seorang Satria jangan menyerah hanya karena mengalami hambatan fisik (lapar) sehingga surut perjuangannya, serta jangan mudah mengeluh bila menghadapi masalah yang belum terselesaikan. Seorang Satria tidak bijaksana marah tanpa alasan dan bereaksi tanpa mengetahui
23 сен 2024
