Abu Dujanah Radhiallahu 'anhu merupakan sosok yang pantas menjadi motivasi dan inspirasi bagi generasi Muslim saat ini, beliau bernama Sammak bin Kharsyah Al-Khazraji Al-Bayadhi Al-Anshari dan lebih dikenal dengan nama Kunyah Abu Dujanah.
Abu Dujanah Radhiallahu 'anhu juga salah satu sahabat yang awal masuk Islam, dan sangat dikenal dengan keberaniannya. Abu Dujanah mempunyai keutamaan yang sangat luar biasa, diantaranya beliau sangat mahir dalam memainkan pedang, dan menunggang kuda serta memiliki mental yang sangat gagah dan beliau radhiallahu 'anhu juga dikenal dengan ibadahnya, serta lebih mementingkan sikap diam dari pada menjelaskan hal yang bukan di bidangnya.
Abu Dujanah radhiallahu 'anhu memiliki peran besar dalam setiap peperangan kaum muslimin di masa Rasulullah SAW. Hampir disetiap pertempuran kaum muslimin maka beliau pasti ada disana, sebut saja seperti pertempuran Badr, Uhud, Hunain, Khandaq, dan lain-lain. Di masa khalifah Abu Bakar Radhiallahu 'anhu Abu Dujanah juga memiliki peran besar dalam menumpas nabi palsu yang bernama Musailamah Al-Kadzab, dengan gagah berani beliau masuk kebenteng musuh yang dikenal kokoh, dan menumpas apapun yang menghalanginya, termasuk sang nabi palsu tersebut. Yang akhirnya binasa oleh tombak Wahsyi Radhiallahu'anhu. Di pertempuran yang dikenal dengan pertempuran Yamamah ini juga Allah memberikan kemuliaan kepadanya yakni sebagai seorang syuhada.
Jika kita membaca kitab-kitab sirah dan perjuangan para sahabat Radhiallahu'anhum Ajma'in maka setiap kitab tersebut akan mengisahkan seorang kesatria yang keberaniannya sangat luar biasa, hingga sahabat yang digelari Hawariy Rasulullah yakni Zubair bin Awwam Radhiallahu'anhu pun memuji keberaniannya, beliaulah Abu Dujanah, dan kisah heroiknya sangat dikenal khususnya pada pertempuran Uhud.
Dalam sejarah dijelaskan pertempuran Uhud terjadi pada bulan Syawal 3 H, hanya berselang 1 tahun setelah terjadinya pertempuran Badr.
Latar belakang terjadinya perang Uhud adalah sikap orang-orang Quraisy yang masih hidup ingin membalas dendam atas kekalahan mereka pada perang badar. Maka, bergeraklah Ikrimah bin Abu Jahal, Shafwan bin Umayyah dan Abu Sufyan mendatangi kabilah-kabilah yang ada. Mereka meminta orang-orang kaya yang ada dalam kafilah Abu Sufyan untuk mewakafkan hartanya sebagai bekal perang. Semua orang menyetujui permintaan itu.
Pasukan Quraisy yang berjumlah 3000 tentara mulai bergerak. Bertindak sebagai pemimpin utama adalah Abu Sufyan. Sayap kanan di komandani oleh Khalid bin Walid yang sekaligus bertindak sebagai pemimpin pasukan berkuda. Sayap kiri di komandani oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Sementara pasukan pejalan kaki di pimpin oleh Shafwan bin Umayah. Pembawa panji utama adalah Thalhah al-abdari.
Berita ini pun sampai kepada Rasulullah SAW atas informasi yang diberikan Abbas bin Abdul Muthalib yang berada di Mekah yang dikirim lewat utusannya, Rasulullah pun bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya dalam mengatur strategi, beliau SAW menyampaikan sebuah mimpinya:
"Demi Allah, aku telah bermimpi, dalam mimpi itu aku melihat beberapa ekor sapi disembelih, kulihat pula ujung pedangku bengkok, dan kulihat aku memasukkan tanganku di sebuah baju besi yang kokoh," Aukamaqol.
Para sahabat menanyakan tafsirannya, Rasulullah pun menafsirkan, sapi yang disembelih sebagai beberapa sahabatku yang syahid. Pedang yang bengkok ditafsirkan Ahlul baitnya yang menjadi Syuhada (para ahli sejarah mengatakan Hamzah). Sedangkan Baju besi yang kokoh sebagai Madinah. Rasulullah berpendapat agar tetap bertahan di Madinah, pendapat ini pun didukung oleh tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul, namun beberapa sahabat yang sebelumnya tidak hadir di Perang Badar terus mendesak agar Rasulullah SAW untuk keluar saja, hal ini atas kepercayaan mereka akan Pertolongan Allah yang pernah ditunjukkan di pertempuran Badar terlebih " rasa cemburu mereka terhadap ahli Badar yang istimewa" terdapat juga Hamzah radhiallahu anhu sang singa Allah ini pun mendesak agar keluar saja dari Madinah. Hal ini pula yang membuat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menghargai pendapat para sahabatnya untuk keluar dari Madinah, setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam turun dari mimbar dan mengenakan baju zirah, para sahabat radhiyallahu anhum ajma'in merasa tidak enak atas keputusan mereka, akibatnya mereka pun mengatakan kepada Baginda Nabi bahwa mereka setuju untuk bertahan di Madinah, namun Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, dengan perkataan yang mengguncang hati dan mental para pejuang, " Pantang bagi seorang nabi jika telah mengenakan baju besinya lalu menanggalkannya kembali, sampai Allah memberi keputusan antara dirinya dan musuh-Nya". (HR. Ahmad).
#KisahIslami
#KisahSahabatNabi
#TintaMahabbah
7 фев 2021