Gw milenial kantoran udah berkarir hampir 15 tahun. Selama hampir 15 tahun bekerja, gw selalu denger 2 kata yang jadi momok yaitu “politik kantor”. Gw bilang “politik kantor” sebagai momok karena memang nuansanya negative. Saking negatifnya, ada saja komen “Ah gw yang penting kerja aja. Gw gak ikut-ikutan politik kantor.” Apakah “politik kantor” harus dihindari?
Buat gw politik kantor itu wajib dan justru karenanya sukses karir membutuhkan lo jadi “politically-savvy”. Gw sengaja mengubah istilah politik kantor jadi “diplomasi”. Nah, Penasaran kenapa “diplomasi” dan caranya jadi “politically-savvy”, yuk ikutin pembahasannya.
Apa itu politik kantor? Ini sulit didefinisikan karena hal ini itu abstrak dan tidak nyata ditulis di peraturan perusahaan. Ini juga gak ada dalam induction atau onboarding perusahaan. Kata-kata politik kantor itu biasanya muncul begitu saja dalam konteks negative saat kita bergossip dengan teman kerja.
Hal pertama yang gw mau langsung bahas berhubungan dengan politik kantor adalah bahwa politik kantor itu ada di semua perusahaan. Mau industry apapun, mau perusahaan apapun, mau divisi apapun yang namanya politik kantor pasti ada.
Pertama kita pahami dulu definisinya sebelum membahas lebih lanjut. Apa itu Politik kantor? Politik kantor atau organizational-politics alias workplace-politics adalah interaksi di dalam organisasi kerja yang berhubungan dengan kekuatan (power) dan otoritas (authority). Mirip ya dengan politik kenegaraan.
Yang kedua, harus dipahami bahwa sama seperti politik kenegaraan, politik kantor juga bisa terwujud menjadi 2: positif dan negative.
Kebanyakan dari kita mengalami politik kantor yang negative ini. Ini juga alasan kenapa banyak yang kemudian trauma dan menghindari yang namanya politik kantor.
Politik kantor itu penting untuk kesuksesan karir kantoran. Dari pengalaman gw, ada 2 hal:
Pertama, untuk bisa mencapai kinerja yang kita mau, tidak mungkin kerja sendiri. Pasti harus kerja dengan pihak lain, divisi lain, teman-kerja lain. Kolaborasi ini akan sukses kalau kita memahami politik kantor.
Kedua, sukses karir itu bukan sekedar hasil kinerja yang bagus tapi juga harus diimbangi dengan eksposure atau visibility.
Dua hal di atas inilah aspek positif dari politik kantor. Buat gw, menghindari office politics bisa mematikan career. Menghindari office politics bisa mematikan career. Sebaliknya kita justru harus mempelajari office-politic perusahaan tempat kita bekerja masing-masing lalu harus bisa memanfaatkan office-politic secara etis untuk kepentingan karir kita.
Untuk reemphasize mengenai positive office-politic ini, gw membahasakan positive-office-politic sebagai “diplomasi”. Ya, pertama “diplomasi” lebih enak didengar kan? Kedua memang definisi office politic yang benar itu adalah “berdiplomasi”. Karyawan kantoran yang jagoan politik kantor dinamakan “politically-savvy” dan itu terjadi karena dia jago “berdiplomasi” di dalam organisasinya.
Gimana caranya kita jadi karyawan yg “politically savvy” dan bisa membantu karir?
Pertama, pahami kultur perusahaan tempat lo bekerja. Apa value organisasi tempat lo bekerja. Value ini menentukan office-politik perusahaan. Dengan memahami kultur perusahaan, lo akan tau bagaimana beroperasi di perushaan lo itu.
Kedua, tentukan mentor. Definisi mentor di sini adalah orang yang lebih mengenal perusahaan lo secara lebih mendalam. Cari mentor yang levelnya lebih tinggi. Jadi lo harus cari mentor yang istilahnya “politically-savvy”.
Ketiga, berjejaring / networking. Tumbuhkan jaringan lo di dalam perusahaan. Jangan hanya fokus sama kolega satu divisi. Lo gak mungkin kerja sendirian, pasti ada interaksi dengan berbagai divisi lain. Lebarkan sayap networking ke divisi lain yang juga.
Berjejaring yang paling kuat adalah bukan sekedar berteman atau kenalan. Berjejaring yang paling kuat adalah kalau kita bisa membantu mereka. Mulai dari membantu hal yang sederhana sampai membantu hal yang rumit misalnya membantu dalam pengumpulan data untuk project mereka.
Keempat, secara kontinyu jadi observer yang baik untuk organisasi. Pahami informasi terupdate, pahami gejolak yang ada di perusahaan, pahami dinamika orang-orang di dalam organisasi. Ada istilahnya untuk yg satu ini yaitu “organization sensitivity”.
Kelima, apa yg terjadi kalau lo berhadapan dengan kolega yang terbukti berusaha menjatuhkan lo. Ini tidak bisa dibiarkan. Cara terbaik adalah dengan berbicara empat mata dengan kolega tersebut lalu melakukan konfrontasi secara kepala dingin, misalnya “saya merasa kamu tersinggung atau terganggu dengan keberadaan saya. Apa ada hal yang saya harus perbaiki?” Buat pembicaraan yang serius tapi ringan dan elegan dengan yang bersangkutan.
Kalau ini sulit dilakukan dan mengganggu kinerja, lo bisa minta bantuan atasan langsng atau HRD / SDM sebagai penengah.
Yang paling penting adalah jangan balas dendam. Retailation / balas dendam adalah cara yang sama-sekali tidak bijak dan malah bisa membuat kita ikut bermasalah.
20 сен 2024