Semarang..kota multi etnis yg sangat menghormati dan menjunjung tinggi kebersama'an rasa kegotong Royongan..ormas intoleran selalu di tolak hadir dikota ini..termasuk Almarhum FPI.
Di Jakarta Utara juga ada daerah PEKOJAN, Mas Pie’ie, suatu kawasan yg dulu banyak didiami saudara2 kita, warga yg nenek-moyangnya berasal dari Timur Tengah.
Wah senengnya jln² dikmpung ini, bgs dan indah, trnyt g harus jauh² keluar negri liat ktrnn pkstan , dsemrng jg ada guys, mantep tenan 👍👍, maturnuwun 🙏🙏 kang pie' ie
Pak pie, coba ke daerah banyumasan, dikampung ku dulu banyak tetangga ku temen2 main sewaktu kecil yang pergi transmigrasi ke luar Jawa tapi sudah tidak pernah pulang ke Jawa, padahal saudara keluarga masih ada, bahkan orang tua mereka pun masih ada, banyak juga yang sudah pada meninggal, tapi mereka tidak pernah punya ke inginan pulang menemui orang tua, sanak saudara mereka di Jawa .. kadang saya juga heran
jalan2 ke timur bang... kediri.. tulungagung.. trenggalek.. banyak saudara2 kita yg di rasau jaya.. pinang luar.. pinang dalam dll.... semoga bang pi"ie selalu sehat wal afiat...
Pekojan itu daerah kota lama...dahulu para pendatang menyebar didaerah lingkungan pelabuhan dimana mereka datang...china, india, arab dll...mereka berketurunan dan masih tetap terkumpul disekitar kota lama....dan sebenarnya dahulu tdk terkotak2 seperti yg dibuat para radikal...Arafiq berasal dr Semarang
Radikal piye??? Justru pertama kali yang mengkotak2an itu penjajah belanda. Kota dekat daerah kakek saya saja sudah diatur pemukiman mana khusus chinese, mana khusus timur asing lainnya, mana khusus eropa, mana khusus pribumi. Sudah diatur itu. Bahkan ada aturan gak boleh tinggal di luar kota(semacam kabupaten) dari kota daerah tsb semisal tinggal di desa apalagi bergabung dengan pribumi dan itu sudah diatur penjajah eropa. Kalau kakek dan nenek saya justru tidak tinggal di kotanya, malah daerah tsb dulu itu hutan yang banyak ditakuti warga lokal karena dianggap hutan angker. Tapi karena nasib pendahulu nenek saya dibuang disana dan mampu mendirikan pusat pendidikan, memiliki murid2, mampu memiliki banyak pengikut, makanya hutan angker tsb jadi ada pusat pendidikan, asrama/pondok2, sampai jadi desa2 dan sekarang malah jadi kabupaten. Karena punya pengaruh terutama di kalangan pribumi(rakyat-bangsawan), timur asing jadi ancaman buat penjajah belanda dan keraton solo/surakarta(saat itu mereka bekerjasama dengan belanda), maka pendahulu nenek saya ditangkap dan dihukum mati. Tapi pusat pendidikannya masih ada disana bahkan banyak, keturunannya banyak dan menyebar sampai ke negara2 regional malaka, mungkin juga ada yang ke mekkah/hijax(karena dulu ada tetangga nenek saya yang pernah tinggal lama di mekkah/hijaz dan gak cuma 1 orang). Dan bagi pribumi Kotanya yang pro belanda termasuk sebagian pribumi migrasi dari sekitaran surakarta dan semarang ke Kota daerah kakek-nenek saya itu karena efek perang dan politik terutama perebutan kemerdekaan, gak sedikit mereka lari ke batavia dan tinggal di perumahan lama yang dibangun belanda. Coba saja cek perumahan tua di menteng, jakarta. Pasti banyak pribumi lokal jawa terutama asal wilayah surakarta lampau, dan kota daerah kakek saya. Semakin maju tahunnya pribumi jawa sekitar wilayah surakarta pun menyebar ke daerah2 jakarta selain menteng seperti perumahan daerah blok M, dll tapi yang legend ya di menteng itu. Kakek dan nenek saya keduanya campuran ras tapi ada timur asing, yang satu fisiknya dari rambut, muka, rambut, warna kulit seperti asia timur(tapi bukan jepang, karena beliau sangat benci mereka); yang satu lainnya lebih ke arab(atau mungkin ada campuran india lama, karena mengingat di yaman pun banyak imigran daratan india lama)
Sebenarnya dari kuliner juga bisa ditebak sih suatu wilayah dulunya kena pengaruh apa. Seperti kuliner di surakarta/solo dimana sebagian lainnya terkena pengaruh kuliner eropa jadi membentuk gaya kuliner jawa-eropa seperti selad solo. Kue putu, es goyang itu kuliner daratan india lama(india, pakistan, bangladesh, srilanka, nepal). Di india pun putu disebut putu, es goyang disebut kulfi. Martabak telur itu kuliner arab(di negara2 arab disebut murtabaq) Martabak manis/terang bulan itu kuliner chinese. Kue clorot(bentuknya kerucut pipih panjang, warna coklat seperti dodol) pun zaman sekarang ini juga kaget ternyata tidak hanya ada di daerah kakek saya tapi ada juga di Bali. Mungkin pengaruh imigran hindu india lama dulu, karena orangtua saya pernah cerita kalau di daerahnya juga ada kepercayaan lain seperti kejawen. Pernah cari tahu sendiri, kebetulan orang hindu bali kasih penjelasan kalau kejawen sebenarnya ya hindu juga seperti di Bali karena dari segi istilah2 di dalamnya, konsepnya sama di hindu bali. Kalau di india baru hindu bali itu aliran ah lupa namanya pokoknya hindu lama/kuno lupa zaman apa gitu(intinya beda dengan hindu india baru, sikh, jainisme), tapi di india baru sudah punah. Indonesia ini tercampur banyak bangsa sebelum datang bangsa eropa(terutama belanda, inggris) menjajah dan mengkotak2an antar etnis (pribumi, india lama, arab, chinese, dll)
Gak cuma pakistan doang kok. Di indianya juga ada komunitas muslimnya bahkan kampus islam tertua di india masih ada. Di srilangka muslimnya juga ada. Di bangladesh juga banyak.
Enakan itu di jogja. Generasi tua saja mau berbahasa indonesia kepada non native speaker jawa. Bahkan memaklumi, misal yang muda dari jabodetabek datang kesana pakai bahasa jawa kasar saja masih dimaklumi, seenggaknya masih mau belajar, bergaul dan kasih penjelasan gak bisa jawa krama inggil