Benar Bhante... dgn sy berlatih bermeditasi setengah jam setiap hari tdk tahu kenapa setiap ada kotoran batin atau ada pikiran yg tdk baik saat dalam aktivitas saya tersadarkan sendiri dan mengurungkan tindakan yg merugikan kita dan orng lain... Semoga Ajaran Dharma terus berkembang ke seluruh penjuru...
🙏🙏🙏Semoga kami para pendengar Dhamma....menjadi seperti perumpaan tikus yang ke empat....yang menggali dan menempati lubangnya....menggali Dhamma dan mempraktekkan Dhamma dalam kehidupan sehari... Sadhu....Sadhu.....Sadhu.... Semoga semua mahluk bahagia🙏🙏🙏
Sukkhi Hontu Y.M BHANTE SANTACITTO🙏🏻 Salam Namo Buddhaya🙏🏻 Namo Amituofo🙏🏻 Selamat Pagi ya,Y.M BHANTE SANTACITTO and Saudaraku Semuanya dimana berada ya🙏🏻 Salam Sehat Selalu dan Salam Sejahtera ya🙏🏻 Semoga Semuanya Makhluk Terbebaskan dalam Penderitaannya🙏🏻 Semoga Semuanya Makhluk Terhindalikan Marabahayanya🙏🏻 Semoga Semuanya Makhluk dalam Ketenangan,Ketentraman dan Kedamaian🙏🏻 Semoga Semuanya Makhluk Sehat Selalu dan Selalu berbahagia🙏🏻 Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta🙏🏻 Sadhu3x🙏🏻 Salam Metta Dharmma dan Salam Damai ya🙏🏻 Terimakasih banyak ya,Y.M BHANTE SANTACITTO and BUDDHA DHAMMA INDONESIA CHANNEL🙏🏻 ANUMODANA🙏🏻 NAMESTE🙏🏻
Luar biasa penjelasan bhante mengenai SATI. Ilmu yg luar biasa bagi umat awam spt sy. Ilmu yg sdh membuka cara berpikir yg lebih baik, lebih bijak dan menuntun kearah yg benar.
Dulu sekali, saya pernah ikut retreat meditasi sebanyak 3 kali bhante, tp kala itu saya tahu sangat sedikit teori Buddha Dhamma Bhante. Sehingga ketenangan yg diperoleh saat retreat tidak bertahan lama. Sekarang sejak banyak kuliah dr Bhante, pengertian saya ttg Dhamma secara teori lumayan lah Bhante. Setidaknya pengertian ttg Dhamma sdh ada walaupun kecenderungan lupa dlm praktek masih sering ada. Jadi saya berkesimpulan Bhante, mungkin ini hanya berlaku buat kondisi batin saya saja /mungkin org lain tdk demikian: bhw seseorang harus memiliki modal pemahaman Dhamma secara teori baru kemudian praktek meditasi akan lebih membantu drpd seseorang meditasi tanpa tahu apa itu Dhamma secara teori. Demikian Bhante, mohon dikoreksi🙏
🙏🙏🙏Vandami Bhante Santacitto.... Terimakasih atas pembabaran Dhamma yang jelas...yang bermanfaat untuk pengembangan bathin kami para pendengarnya. Semoga Bhante sehat dan bahagia.... Semoga semua mahluk bahagia🙏🙏🙏
Seperti yang saya katakan, saya selalu berpegang pada prinsip Ehipassiko. Saya akan mengulas pengetahuan dan pengalaman berdasarkan prinsip Ehipassiko. Dari usia kecil saya sudah dihujani bermacam-macam keraguan dan pertanyaan atas segala sesuatu oleh saya sendiri. Pada saat guru-guru saya sudah tidak mampu memberikan jawaban, saya berusaha menemukan kebenaran itu sendiri dan menjawab pertanyaan saya sendiri. Sebelum Anda memulai praktek Jalan Mulia Berunsur Delapan, ada baiknya Anda mengetahui apa yang dimaksud sebagai "praktisi Dhamma". Seorang praktisi Dhamma adalah petualang sejati di alam Samsara yang mencintai kebenaran Dhamma. Para praktisi Dhamma menjalani kehidupan sehari-hari layaknya petualangan dalam usaha mencari kebenaran Dhamma dan mempraktekkannya untuk mencapai keadaan hidup yang baik, yang bermakna atau bertujuan, yang membahagiakan. Pada kesempatan sebelumnya, saya pernah menyatakan bahwa pikiran yang tidak dilindungi oleh kebenaran Dhamma merupakan celah masuk bagi kejahatan dan penderitaan manusia. Kejahatan dan penderitaan seperti itu sukar untuk melakukan penetrasi terhadap pikiran para praktisi Dhamma, karena selalu diproteksi oleh kebenaran Dhamma. Bagi seorang praktisi Dhamma, ada 3 jenis kebenaran: 1. Kebenaran sejati, yang sudah dibuktikan benar oleh diri sendiri. 2. Kebenaran palsu, sudah dibuktikan tidak benar oleh diri sendiri. 3. Kebenaran yang masih dipertanyakan oleh diri sendiri, tidak dapat dibuktikan kebenaran atau kesalahannya (mungkin benar mungkin salah). Contoh-contoh kebenaran sejati: "manusia butuh bernafas", "air adalah benda cair", "materi / energi mengalami perubahan", dan sebagainya. Contoh-contoh kebenaran palsu: "sapi bertelur / ayam beranak", "tanpa beusaha, bisa sukses", "manusia hidup kekal abadi", dan sebagainya. Contoh-contoh kebenaran yang dipertanyakan: "ada kehidupan alien", "ayam atau telur dulu", "dimensi adalah tak terbatas", dan sebagainya. Dalam prakteknya, Sang Buddha mengizinkan seorang praktisi Dhamma untuk meragukan, mempertanyakan, dan menyelidiki kebenaran Dhamma. Jadi, Anda boleh meragukan eksistensi Nibbana, atau segala sesuatu yang masih belum dapat dibuktikan (direalisasikan) oleh diri sendiri. Jangan kuatir, Anda tidak akan dibenci, diancam, dikutuk, dihukum oleh Sang Buddha. Prinsip Ehipassiko inilah yang membedakan Buddhisme dengan agama Samawi yang mutlak menghendaki kepercayaan / keyakinan terhadap kebenaran agama, tidak boleh meragukannya sama sekali. Sekali lagi, dalam Buddhisme Anda diizinkan untuk meragukan kebenaran Dhamma. Tentu saja, tidak diragukan lagi bahwa kebenaran Dhamma itu ada, namun Anda sendiri yang harus membuktikan kebenarannya, jangan main asal percaya dan terima begitu saja. Itulah pegangan bagi praktisi Dhamma. Sejauh pengalaman saya pribadi, ada 3 metode yang dapat digunakan dalam usaha membuktikan kebenaran: 1. Metode rasional: melalui penalaran logika. 2. Metode empiris: melalui pengamatan panca indra. 3. Metode meditatif: melalui teknik meditasi. Tentu saja, jika yang dipelajari adalah batin, maka kita harus merujuk pada metode ke-3, yakni metode meditatif. Itulah yang dilakukan oleh para pertapa, bahkan sebelum zaman Sang Buddha, sampai sekarang. Video ini adalah awal yang baik, sebagai pengantar meditasi bagi pemula. Saya mungkin akan menambahkan beberapa komentar berdasarkan pengalaman saya pribadi nantinya. Ehipassiko dan semoga semua makhluk berbahagia.
Terima kasih Bhante berkenan sharing pembabaran Dhamma yg luar biasa ini.✨Berbahagianya berkesempatan mendengarkan Dhamma yg dibabarkan diacaranya Bhikkhu Sangha. Kalau sy simpulkan; Sati adalah kemampuan,kekuatan mengingat,apa yg terjadi(nama rupa)disaat ini,dgn tdk lengah,dgn waspada,kehati2an,ELING yg disertai kebijaksanaan. Dlm pembelajaran+praktek pelatihan Dhamma diperlukan: 1)Samma-Ditthi(Panna,Dhamavicaya(+unsur Bahusutta,vimansa?) 2)Sati(Samma-Sati). 3)Viriya(Samma Vayama,Atapi). Timbul juga perenungan pribadi tentang perumpamaan gerbang; 1)Panna(sampajanna,Dhammavicaya, sebagai kepala (atasan tertingginya) siPemantau gerbang. 2)Sati sebagai pemantau gerbang, 3)Viriya(Samma- Vayama,Atapi) sebagai penjaga gerbang(yg digerbang langsung) yg melaksanakan order perintah(keputusan) dari 2 atasan yg diatasnya. Atau perumpamaan timbangan(digital): Panna sebagai komputer timbangan. Sati sebagai penanda timbangan.(tau kalau kurang/over). Viriya sebagai tombol(knop) pengatur timbangan kearah yg ditetapkan komputer timbangan.(Ke arah Jumlah/kwantitas yg sesuai komputer). Apakah 2 perumpamaan diatas sdh tepat bhante????,mohon dikoreksi jika salah🙏
Pembentukan manusia berbeda-beda "dari komposisi dan fungsi dalam membangun jasad" tergantung pada gimana jasad itu difungsikan untuk meminta minta ' bekerja ' berdoa " bentuk wajah manusia juga bisa jadi simbol dekat dengan Tuhan atau sebaliknya dekat dgn mahkluk yang tidak suka dengan tujuan penyembahan tuhan
Perhatian seperti sensor dan kebijaksanaan seperti prosesor. Baik sensor maupun prosesor sama-sama membutuhkan energi untuk menjalankan fungsinya, itulah sebabnya kita harus mengerahkan daya upaya. Tetapi jangan terlalu kelebihan dan jangan terlalu kekurangan. Kelebihan daya listrik akan membuat peralatan elektronik meledak dan kekurangan daya listrik akan membuat peralatan elektronik padam. Seiring manfaat yang dirasakan, manusia akan terus-menerus mengembangkan sensor dan prosesor yang semakin berkualitas. Ehipassiko.
Saya bukan orang bodoh yang tidak memahami dinamika dan kompleksitas kehidupan. Di dalam usaha mencapai tujuan, seorang manusia tentu mengambil strategi yang dianggapnya paling efektif, paling efisien, tidak menyita banyak waktu / tenaga / pikiran, tidak memakan banyak biaya, tidak memerlukan banyak pengorbanan. Banyak strategi yang diterapkan misalnya pendekatan-pendekatan yang menyenangkan hati, murah dengan persetujuan terhadap pernyataan-pernyataan pihak lain (walaupun sebenarnya terkadang tidak setuju di dalam hati), melakukan berbagai kompromi dalam upaya konsolidasi, menghindari perseturan, konflik, dan lain-lain. Adalah tidak mungkin bagi saya untuk menyatakan bahwa semua strategi semacam itu adalah tercela. Saya TIDAK PERNAH mengeluarkan pernyataan semacam itu.
Namun di sisi lain, juga adalah tidak mungkin bagi saya untuk menyatakan bahwa semua strategi semacam itu adalah Dhamma ajaran Sang Buddha. Sang Buddha tidak pernah mengajarkan Dhamma berdasarkan faktor kepentingan, ketakutan, perasaan, maupun kebodohan. Sang Buddha sama sekali tidak memiliki kepentingan apa pun untuk dicapai dalam usaha membabarkan kebenaran Dhamma, selain memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat manusia. Adalah lebih gila lagi seandainya ada yang beranggapan bahwa Sang Buddha membabarkan Dhamma dengan ketakutan, perasaan sentimentil, apalagi kebodohan. Walaupun Sang Buddha diidentikkan dengan sifat kasih sayang, tetapi tidak berarti bahwa Sang Buddha bersedia diajak kompromi atas nilai-nilai kebenaran Dhamma. Tidak pula berarti bahwa Sang Buddha harus memenuhi atau mengabulkan permintaan setiap orang. Bahkan bukan tidak pernah terjadi, Sang Buddha mengeluarkan pernyataan yang menyinggung sebagian orang, tetapi mencerahkan sebagian lainnya. Yang jelas, bagaimana pun juga, apa yang keluar dari mulut Sang Buddha adalah kebenaran Dhamma, bukan yang lainnya.
Pada saat saya menyatakan bahwa manusia adalah tahi berjalan, karena matanya mengeluarkan tahi mata, hidungnya mengeluarkan tahi hidung, telinganya mengeluarkan tahi telinga, mulutnya mengeluarkan tahi mulut, dan kulitnya mengeluarkan tahi kulit, belum lagi isi perutnya yang dipenuhi dengan tahi semua, bisa jadi sebagian orang akan tersinggung dan sebagian lainnya akan tercerahkan. Bagaimana pun juga, apa yang keluar dari mulut saya adalah kebenaran Dhamma. Apakah konteks demikian dapat dipahami? Silahkan bertanya kepada para bhikkhu kalau masih ragu.
Oleh karena itu, dalam mimbar Dhamma, saya tidak mungkin mengatakan pandangan benar sebagai pandangan salah, atau sebaliknya, pandangan salah sebagai pandangan benar, demi menyenangkan hati orang lain, atau dikarenakan alasan-alasan lain. Akan tetapi, di dalam kehidupan sehari-hari, saya juga tidak secara membabi buta langsung mencela hal-hal demikian adalah tindakan tercela. Untuk lebih jelasnya, pakai contoh kasus saja. CONTOH: Demi menghindari kekerasan akibat pertengkaran dengan suaminya yang "suka ngamuk", sang istri terpaksa membenarkan pernyataan suaminya bahwa "arang adalah putih". Adalah tidak adil kalau saya langsung menghakimi sang istri sebagai manusia tercela karena berkata yang tidak benar. Justru saya ber-empati terhadap sang istri. Akan tetapi, bedahalnya jikalau sang istri lalu berusaha meng-klaim bahwa pernyataan "arang adalah putih" sebagai suatu kebenaran Dhamma kepada orang-orang sekitarnya, saya pasti menentangnya. Jadi, jangan samakan konteksnya.
Kemurnian pandangan spiritual inilah yang membedakan ajaran Buddhisme dengan ajaran-ajaran lainnya. Tentu saja umat Buddhis tidak pernah berharap bahwa Dhamma ajaran Sang Buddha akan terkontaminasi oleh berbagai kepentingan seperti bisnis, politik, persaingan untuk mendapatkan jumlah pengikut terbanyak, dan segala kekotoran duniawi yang bersumber dari kebencian, keserakahan, dan kebodohan yang pada hakekatnya adalah sifat dasar manusia yang sangat sulit untuk dihindari dalam kehidupan duniawi. Sangha harus tetap menjadi penasehat / pengawas yang objektif / netral / independen / bebas duniawi, sehingga mampu mengarahkan umat Buddhis awam yang tersesat dalam kehidupan duniawi, untuk kembali ke jalan yang benar sesuai Dhamma, melalui bimbingan spiritual yang putih / suci / murni (tidak terkontaminasi segala kepentingan atau kekotoran duniawi).
Banthe aku pengin nanya,,,Apa bedanya Alam kahyangan dgn Alam sorga,,, Mana yg lebih mulia diantara kedua Alam itu ... Dan kalo boleh tau,,,dimanakah tempatnya ROH Sidarta Gautama sekarang.... Seperti yg kita ketahui bersama kalo Sidarta Gautama adalah manusia dari Negara NEPAL.../ Orang dari Suku NEPAL....
@@irgi2110 kalo Buddhis menolak adanya Roh,, terus Sidharta itu makhluk jenis apa ?? Bukankah manusia itu scr umum terdiri dari 2 unsur...( Jasad dan Rohani ) Apa kmu juga mau menyangkal akan sifat kemanusiaan mu ??
@@Abu75103 @Fan Fa sebetulnya anda bertanya atau mau menghujat? keyakinan tak bisa dipaksakan bro.. klo menurut kepercayaan anda manusia terdiri dari jasad dan roh ya silahkan
@@irgi2110 kalo ada pertanyaan itu tinggal dijawab aja broww,,,GK usah ngelleess ... Banyak orang2 diluar sana yg haus akan ilmu,,,barangkali jawabanmu ini bisa menjadi referensi dan membuka wawasan buat mereka .... Kau munuduhku menghujat,,Dimana letak kalimat hujatan itu.. Orang berani bikin konten You tube,,,harus berani tanggung konsekuensi browww.. Video ini ditonton banyak orang,,, Wajar DoNK kalo ada yg bertanya.... Seperti video tokoh agama2 yg lain,,, Mereka juga siap menanggung konsekuensi...( Menjawab pertanyaan, dari para pemirsanya)
Fungsi biksu dalam sirklus kehidupan baik dari segi agama dan sirklus kehidupan "tridharma lebih mulia dari pada Tri logi karena Budha lahir di tempat terhormat dan dirahmati dan tidak dicurigai dlm kelahiran dan menjadi contoh sirklus kehidupan baik, sedangkan Isa lahir ditempat tidak terhormat atau dikandang domba dan dicurigai dalam kelahiran karena tidak mungkin terjadi sirklus ulang kehidupan pada kelahiran Isa"jadi Budha selalu menjadi contoh sirklus kehidupan baik sedangkan Isa tidak terjadi sirklus kehidupan "mana ada jaman modern akan lahir seorang mahkluk yg keluar dari rahim ibunya tanpa disentuh laki-laki"jadi cerita di Indonesia bahkan tidak ada Medan atau tempat Kristen sama sekali karena Hindu Budha dan Islam lebih punya bukti tempat Dan peristiwa penciptaan agama