Ustadz Syafiq Reza Basalamah || mengemas Tradisi dan Budaya dengan ISLAM 

Begitu jelas kebenaran terpampang di mata kita seandainya kita mau belajar... Tapi masih bnyak sodara" Kita yg enggan untuk belajar sehingga ketika di ingatkan mereka berkata " Ndak usah sok alim,urus dirimu sendiri"

Barakallahufiikum

Saya Jawa. Alhamdulillah tradisi Jawa yg bertentangan dgn Islam sy tinggalkan.

di tempatku malah hampir tiap bulan wkkk sapar mulud syuro rajab full pokoknya, semagat pak ustadz terus sampaikan yang seperti ini.

Sy memilih meninggalkan tradisi takut syrik yg g kita sadari...aplgi merepotkan dan memberatkan bgi yg g mampu...

Ceramah kayak gini adem enak didengar uztad ,,gak yang ustad sono mengebu" jadinya sara..

Sunan Kalijaga Mengislamkan Budaya, Tapi Sekarang Malah Islam Harus Ikut Budaya Setempat.

Fakta yg terjadi kl ada tradisi makan2 di mushola pada datang berbondong bondong, setelah berebut makanan wktu sholat semua bubar yg jamaah sholat tinggal sedikit, itu faktanya

Intinya boleh saja melestarikan tradisi budaya asalkan tidak bertentangan dengan syariat agama. Di dalam agama Islam menggunakan 4 metode sebagai bahan referensi untuk menghukumi suatu perkara yaitu Al-Qur'an, hadist, ijma dan qiyas. Ke 4 metode ini sangatlah berguna dalam menentukan suatu perkara. Jadi kita harus pintar-pintar dalam melakukan sesuatu karena kita hidup didunia hanya sekali, agama memiliki dasar-dasarnya seperti kitab-kitab Allah subhanahu wa ta'ala, para nabi dan rasul, malaikat Allah subhanahu wa ta'ala, Allah subhanahu wa ta'ala dan lainnya, jadi sudah dipastikan benar sedangkan tradisi hanyalah buatan nenek moyang yang tidak memiliki dasar apapun bahkan yang baik dan buruk pun menjadi 1...makanya kita harus bisa memilah mana yang tidak bertentangan dengan agama maupun yg bertentangan dgn agama. Agama tidak bisa diubah sedangkan tradisi budaya bisa diubah sesuai syariat Islam. Sebenarnya agama yang ditradisikan bukan budaya yang diislamkan kecuali yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Tetap konsisten dgn agama dan budaya

silahkan pada argumen masing2 kalau prinsip saya kelak yang akan ditanya agamamu apa, bukan budayamu apa

Budaya di negri ini sebagian memang mengandung kesyirikan tetapi banyak orang tidak mengerti & lebih percaya terhadap nenek moyang daripada agamanya sendiri

Sunhanallah...smoga Allah azza wajjalah selalu melindungi dan merohmati ustad shafiq dan ustad2 salaf...Aamiin

Tradisi Jawa tidak menyimpang ajaran agama.

Di negeri arab juga elmu sihir contonya nabi musa

Nabi Muhammad saja melestarikan budaya Arab, karena beliau orang arab bukan karena Islamnya, begitu juga kita Orang jawa melesatrikan budaya jawa meskipun kita islam

Assalamualaikum, nama saya akbar saya hanya ingin menyampaikan suatu opini saya, Menurut saya budaya sekarang sangat sangat memperihatinkan contohnya saja seperti Drama,Game,Musik,DLL -Menurunkan Kehormatan Wanita -Membenarkan Cinta dengan mahluk hidup di atas segalanya (Termasuk musik) -Suudzon -membenarkan terbukanya aurat -merubah cara berfikir yang baik menjadi yang buruk dan sebaliknya -Membolehkan pacaran yang pada akhirnya akan berbuat zina Maaf saya kurang bisa berkata kata

Dalam "hidup bermasyarakat" terutama di desa-desa menghapus tradisi itu memang pekerjaan tidak mudah. Masyarakat Sumatra Barat atau Aceh misalnya, kendatipun dikenal sebagai daerah yang religius agamanya kuat --- tetapi disana juga memiliki tradisi yang kuat juga dan apabila dilanggar akan memiliki sanksi sosial tersendiri. Seolah-olah tradisi itu sebuah pemersatu masyarakat setempat. Ditempat saya (Jawa) ada tradisi berkumpul keluarga setiap hari raya lebaran idul fitri dengan halal bil halal saling memaafkan sehingga anak atau keluarga yang dari jauh (mudik) pada berkumpul semua. Apabila saya tidak pernah datang pada tradisi demikian, rasanya juga tidak enak. Walaupun tradisi ini dianggap pemersatu dalam tubuh keluarga dan masyarakat, tetapi kebiasaan (tradisi) demikian sesungguhnya tidak memiliki dalil langsung dalam agama sehingga teman sebelah ada yang bertanya, "itu dalilnya mana?". Tradisi atau kebiasaan itu sesungguhnya hukumnya tidak wajib, ditinggal tidak apa-apa. Namun demikian kadang memiliki nilai pemersatu yang baik. Shalat tarweh berjamaah yang sekarang marak di dunia Islam setiap bulan Romadhan sesungguhnya juga sebuah tradisi dari kreasi yang dirintis sahabat Umar bin Khatab dalam posisinya sebagai kholifah waktu itu. Uniknya pada masa Nabi, agak dihindari takut kalau dianggap sebagai sebuah kewajiban. Tetapi dimasa Khalifah Umar justru dihidupkan dan disatukan sehingga menjadi kebiasaan rutin tahunan yang tetap lestari di masjid-masjid dan surau setiap bulan Romadhon sampai sekarang. Kata Khalifah Umar, *"Ni'mat al-bid'atu hadzihi”* _(Sebaik-baik bid'ah adalah ini)_ . Tradisi adalah sama dengan "kebiasaan" saja pada diri seseorang, masyarakat, suku atau bangsa. Ada yang sesuai dengan sunnah tetapi juga ada yang tidak. Adapun kalau tradisi diri atau keluarga misalnya adik saya, keluarganya memiliki "tradisi pendidikan yang ketat" diwajibkannya membaca Alquran setiap hari, shalat dhuha dan shalat malam. Hal demikian tentu sekilas agak aneh mewajibkan sesuatu yang tidak wajib hukumnya dalam agama tentu saja bertentangan dengan hukum agama itu sendiri. Tetapi ternyata bisa juga memiliki nilai positip, konon kata putra-putranya kalau misalnya sehari saja kelewatan atau meninggalkan yang sudah menjadi kebiasaan rasanya ada yang hilang atau menyesal. Padahal cuma meninggalkan kebiasaan tahajud semalam lowong. Kadang begitulah sesuatu yang sudah ditradisikan (kebiasaan) yang dianggapnya positip ternyata juga membawa nilai lebih. Dalam Alquran dikatakan Allah itu menciptakan manusia dengan beragam, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa yang tentu saja dari masing-masing suku dan bangsa itu memiliki kebiasaan (tradisi) yang berbeda-beda. Ini sudah sunatullah yang tidak bisa diingkari. Namun demikian dari ketidaksamaan berbagai macam suku bangsa itu ditujukan untuk saling kenal-mengenal. Dari tradisi-tradisi mereka kita hargai. Tradisi-tradisi jahiliyah yang tidak sesuai dengan agama, kita tinggal tetapi sepanjang tidak bertentangan bisa kita ambil sebagai hikmah dan pelajaran. Ada kata bijak yang terkenal dari seorang ulama besar madzab Maliki, Imam Syihab al-Din al-Qarafi : *“Manakala tradisi telah terbarui, ambillah, jika tidak, biarkanlah. Janganlah kamu bersikap kaku terhadap sumber-sumber tertulis dalam buku-bukumu sepanjang hidupmu. Jika ada seseorang datang kepadamu dari negeri lain dengan maksud meminta fatwa kepadamu, janganlah kamu sampaikan fatwa berdasarkan tradisi negerimu. Bertanyalah lebih dulu tentang tradisinya, dan berikanlah fatwa berdasarkan tradisinya, bukan tradisimu dan bukan pula menurut yang ada di buku-bukumu. Ini adalah cara yang benar dan jelas."* Kalau kita membaca biografi Imam Syafii tentang latar belakang munculnya "qoul jadid" --- tentang pendapat-pendapat yang baru menggantikan "qoul qodim" pendapat-pendapatnya yang lama antara lain setelah beliau pindah ke Mesir ternyata juga disebabkan antara lain perbedaan budaya tradisi adat-istiadatnya, geografisnya dll tidak sama dengan di Irak tempat tinggalnya yang terdahulu-

Klau ruwatan itu syirik gak,,agar terhindar dari keburukan,takut syirik

Takbirr 😅

Asalamualaikum didesa saya kebanyakan menyembah yg katanya leluhur nya ktnya takut klu si penghuni itu ngamuk saya suka sdih Krn suami saya jg sprti itu ..

Terutama nenek yg masih suka bikin sesajen, ketika diingatkan pasti bilangnya "islam itu kan ngga memberatkan hamba nya" Lalu bagaimana jika seperti ini?

Mohon bantuannya.. Apakah menyembah allah secara berlebihan itu syirik? Contohnya Memandikan keris,Ritual, dan Jampi jmpi..

Assalamu'alaikum...... Pa ustad, sya ingin bertax. Bgni pa ustad di kampung sya,stiap malam 27 ramadhan masyarakat stelah sholat taraweh slalu membawa ketupat di mesjid dan di doakan oleh pa imam, ktax untuk membersihkan jiwa... Mohon penjelasanx pa ustad

Sariat ulama akhir zaman membaguskan diri dgn merendahkan orang doluar kelompok nya

Kalo di tradisi itu udh ada unsur2 yg bertentangan udh pasti bakal saya tinggalkan, alhamdulillah keluarga pun gapernah jalanin tradisi2 yg sekiranya bertentangan akidah, lbh baik hilang identitas budaya dr pada mengorbankan akidah demi budaya.

SAYA ORANG JAWA AKAN SELALU MELESTARIKAN DAN MENJUNGJUNG TINGGI ADAT DAN BUDAYA SAYA

Asalamualaikum pak Ustadz ... saya sering bikin konten kuda lumping.... apakah hal yg saya perbuat ... apakah menghapus atau mengubah privasi jadi pribadi ya 🙏🙏🙏

Saya sebagai orang jawa.. jg heran kenapa tradisi jawa Selalu di salah2 kan.. keris cuma senjata kata nya musrik.. 🙄.. apa iya saya harus membuang identitas jawa saya & mengubah nya menjadi ke arab araban 😂😂.. yasallam..

Walau hidupnya tak terbukti baik sama keluarganya sendiri

maaf bukan saya tidak berniat menghina orang arab. Apakah kalian pernah berfikir mengapa nabi diturunkan dinegara timur tengah. Mungkin orang2 yg ada ditimur tengah ahlak dan perilakunya kurang baik , oleh karena itu nabi diturunkan disana. Beda dengan orang2 jawa . Sebelum masuknya hindu budda orang2 jawa sudah mengenal tuhan cuman orang jawa tidak mengerti bagaimana cara menyembahnya. Buktinya ada pitutur jawa "ngudi sangkan paraning dumadi" yg artinya mengenal siapa yg menciptakan kita. Dan orang jawa itu punya prinsip "wong diajeni kerono ngajeni wong liyo" yg artinya orang dihormati karena menghormati orang lain. Beda dengan negara timur tengah dulu, disana PERBUDAKAN MERAJARELA

Jadilah islam ..tapi jangn seperti orang arab. Jadi kristen tapi jgn orang yaudi Nerg kita ngr indo. Hrs toleransi..

Di rumah klw bulan safar buat tajin, kenapa, enak kok tajinnya... aq suka tajin sofar,,

tanpa disadari itu sbuah perbuatan yg mengerikan.. Dipikir secara nalar aja,Kalo seandainya memang mencampurkan agama dan budaya diperbolehkan mungkin Islam yg sperti diajarkan oleh Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam akan punah karena setiap negara mempunyai suku dan budaya sendiri yang berbeda beda. Sudahlahh..jangan hanya karena berat meninggalkan budaya maka rela menjadikan surga dan neraka untuk spikulasi atau untung2an..

Budaya arab yg gue suka adalah tarian perut, jiahahaha... tarik mang... wakakaka...😍🥰

Apa juduL background Nasheed nya min

*MENYOAL AGAMA DAN TRADISI* (Bagian ke-1) TIDAK SEMUA TRADISI ITU JELEK. Dalam kaidah fikh (hukum Islam) dikatakan, *"Al-hukmu yaduuru ma'a al 'illati wujudan wa 'adaman"* (ada atau tidaknya suatu hukum itu amat tergantung pada sebab-sebab yang mempengaruhinya). Tradisi-tradisi lokal _(local wisdom)_ sesungguhnya diperbolehkan sepanjang tidak menyimpang dari tauhid. Konon dasarnya adalah ada sebagian tradisi-tradisi sebelum Islam tetapi Nabi tidak melarang dan tetap diteruskan dalam masyarakat Qurays. Ka'bah di Mekkah zaman Nabi sebetulnya juga akulturasi budaya peninggalan tradisi kaum kafir Quraisy (bukan Ka'bah seperti yang dibangun Nabi Ibrahim) namun begitu Nabi Muhammad tidak merubahnya dan tetap menghormatinya sebab tujuan dakwah Nabi adalah tauhidnya itu bukan pada bentuk fisiknya tradisi. Baru dizaman zaman Abdullah ibn Zubair Ka'bah dikembalikan mengikuti seperti zaman Nabi Ibrahim. Sebelum Islam masuk Nusantra kepercayaan masyarakat asli adalah memuja *animisme dinamisme* (percaya kekuatan gaib arwah nenek moyang) dari peninggalan tradisi megalitik masyarakat Zaman Praaksara. Bentuknya antara lain pemujaan kepada "cikal bakal" desa _(danyang)_ dengan pemberian _sesaji_ pada setiap acara hajatan agar diberi "keselamatan" sehingga sering juga disebut *slametan* . Pada zaman walisongo menyebarkan agama Islam upacara-upacara adat itu tidak serta merta dihilangkan, tetapi tetap dipakai bahkan digunakan untuk menyebarkan agama Islam dengan mengganti mantera-mantera dalam selamatan dengan *kalimat tauhid* (dzikir-dzikir tahlilan) sehingga setiap selamatan upacara adat apa saja dari nikah, sunat, mendirikan rumah, syukuran, kematian dll doanya tahlilan tadi dimasa lalu. Penyertaan jamuan makan dalam upacara adat atau membagikan makanan kepada tetangga sekitar menurut walisanga namanya *sedekah* _(shadaqoh)_ -- dalam ajaran agama rasul _shadaqoh_ itu bisa menolak bala' agar selamat terhindar dari bencana. Salah satu bentuk kearifan lokal lain adalah *akulturasi* , paduan dari unsur budaya yang berbeda. Misalnya, bentuk masjid kuno di Nusantara zaman dulu atap masjidnya berbentuk tumpang (berundak atau tingkat-tingkat) memadukan dengan unsur budaya local seperti Masjid Demak, Minang, Aceh, Cirebon, Banten dan masjid-masjid lain di Nusantara di zaman dahulu. Cerita wayang sesungguhnya adalah juga cerita Hindu yang oleh para walisongo digunakan untuk menyebarkan agama Islam, hal demikian juga untuk mengesankan bahwa Islam itu “ramah”, toleran dan universal agar bisa diterima masyarakat. Bahkan bentuk masjid sekarang yang berbentuk kubah seperi bentuk masjid-masjid pada umumya diadopsi dari bentuk Gereja Aya Shopia ketika Islam menguasai Eropa zaman Perang Salib. Baju koko sebagai identitas baju takwa muslim yang kita pakai ternyata aslinya adalah pakaian budaya Cina yang banyak dijumpai di kuil-kuil agama Budha. Baju gamis yang sering dicap identitas baju musilmah adalah bajunya para bangsawan dari Timur Tengah sebelum Islam Dengan KEARIFAN LOKAL tidak serta merta mengharamkan segala sesuatu yang berbeda, bahkan kalau bisa digunakan sebagai “sarana” atau “alat syiar”. Mantera-mantera yang menyebut lafal danyang diganti dengan kalimat tauhid (tahlilan). Atau bahkan Sultan Agung bagaimana menarik rakyatnya agar beragama Islam dengan menciptakan Kalender Jawa dari paduan Kalender Hijriyah (Islam) dengan Kalender Caka (Hindu). Sebaliknya kalau TIDAK MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL misalnya tiba-tiba dakwah di masyarakat pelosok desa-desa itu tradisi-tradisinya kita babat atau dibumihanguskan dengan mengatakan syirik, bid`ah, masuk neraka -- dijamin 100% mereka tersinggung dan menentang. Kalau sudah begini ada dua kerugian. *Pertama* , harusnya bisa diajak ke agama tauhid tetapi malah menjadi antipati (membenci) agama kita _(wis ora keno iwake, buthak banyune)_ . *Kedua* , citra agama kita juga menjadi jelek karena ulah kita, mereka ganti membalas merasa kepercayaan mereka disalahkan- karena kita terlanjur “menyalahkan” menjelekkan keyakinan mereka --- sehingga ganti dibalas keyakinan kita (Islam) yang kena getahnya nama Islam jadi jelek dikesankan oleh masyarakat. Persinggunggan demikian sering terjadi di masyarakat-masyarakat pedesaan (tradisional), tidak hanya di Jawa bahkan nyaris merata di pelosok-pelosok nusantara masa lalu (bahkan mungkin sampai sekarang). Dalam "hidup bermasyarakat" terutama di desa-desa menghapus tradisi itu memang pekerjaan tidak mudah. Masyarakat Sumatra Barat atau Aceh misalnya, kendatipun dikenal sebagai daerah yang religius agamanya kuat --- tetapi disana juga memiliki tradisi yang kuat dan apabila dilanggar akan memiliki sanksi sosial tersendiri. Seolah-olah tradisi itu sebuah pemersatu masyarakat setempat. Ditempat kita (Jawa) ada tradisi berkumpul keluarga setiap hari raya lebaran idul fitri dengan halal bil halal saling memaafkan sehingga anak atau keluarga yang dari jauh (mudik) pada berkumpul semua. Apabila kita tidak pernah datang pada tradisi demikian, rasanya juga tidak enak. Walaupun tradisi ini dianggap pemersatu dalam tubuh keluarga dan masyarakat, tetapi kebiasaan (tradisi) demikian sesungguhnya tidak memiliki dalil langsung dalam agama sehingga teman sebelah ada yang bertanya, "itu dalilnya mana?". Tradisi atau kebiasaan itu sesungguhnya hukumnya tidak wajib, ditinggal tidak apa-apa. Namun demikian kadang memiliki nilai pemersatu yang baik. Shalat tarweh berjamaah yang sekarang marak di dunia Islam setiap bulan Romadhan sesungguhnya juga sebuah tradisi dari kreasi yang dirintis sahabat Umar bin Khatab dalam posisinya sebagai kholifah waktu itu. Uniknya pada masa Nabi, agak dihindari takut kalau nantinya akan dianggap sebagai sebuah kewajiban. Tetapi dimasa Khalifah Umar justru dihidupkan dan disatukan sehingga menjadi kebiasaan rutin tahunan yang tetap lestari di masjid-masjid dan surau setiap bulan Romadhon sampai sekarang. Kata Khalifah Umar, *"Ni'mat al-bid'atu hadzihi”* _(Sebaik-baik bid'ah adalah ini)_ . Tradisi adalah sama dengan "kebiasaan" saja pada diri seseorang, masyarakat, suku atau bangsa. Ada yang sesuai dengan sunnah tetapi juga ada yang tidak. Adapun kalau tradisi diri atau keluarga misalnya Pak Anu keluarganya memiliki "tradisi pendidikan yang ketat" diwajibkannya membaca Alquran setiap hari, shalat dhuha dan shalat malam. Hal demikian tentu sekilas agak aneh mewajibkan sesuatu yang tidak wajib hukumnya dalam agama tentu saja bertentangan dengan hukum agama itu sendiri. Tetapi ternyata bisa juga memiliki nilai positip, konon kata putra-putranya kalau misalnya sehari saja kelewatan atau meninggalkan yang sudah menjadi kebiasaan rasanya ada yang hilang atau menyesal. Padahal cuma meninggalkan kebiasaan tahajud semalam lowong. Kadang begitulah sesuatu yang sudah ditradisikan (kebiasaan) yang dianggapnya positip ternyata juga membawa nilai lebih. Dalam Alquran dikatakan Allah itu menciptakan manusia dengan keragaman, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa yang tentu saja dari masing-masing suku dan bangsa itu memiliki kebiasaan (tradisi) yang berbeda-beda. Ini sudah sunatullah yang tidak bisa diingkari. Namun demikian dari ketidaksamaan berbagai macam suku bangsa itu ditujukan untuk saling kenal-mengenal. Dari tradisi-tradisi mereka kita hargai. Tradisi-tradisi jahiliyah yang tidak sesuai dengan agama, kita tinggal tetapi sepanjang tidak bertentangan bisa kita ambil sebagai hikmah dan pelajaran. Ada kata bijak yang terkenal dari seorang ulama besar madzab Maliki, Imam Syihab al-Din al-Qarafi : *“Manakala tradisi telah terbarui, ambillah, jika tidak, biarkanlah. Janganlah kamu bersikap kaku terhadap sumber-sumber tertulis dalam buku-bukumu sepanjang hidupmu. Jika ada seseorang datang kepadamu dari negeri lain dengan maksud meminta fatwa kepadamu, janganlah kamu sampaikan fatwa berdasarkan tradisi negerimu. Bertanyalahg lebih dulu tentang tradisinya, dan berikanlah fatwa berdasarkan tradisinya, bukan tradisimu dan bukan pula menurut yang ada di buku-bukumu. Ini adalah cara yang benar dan jelas."* Dalam sejarah fikh Imam Syafii dikenal istilah *qoul qodim* dan *qoul jadid*. Latar belakang munculnya kaidah hukum fikh "qoul jadid" --- tentang pendapat-pendapat yang baru menggantikan "qoul qodim" pendapat-pendapatnya yang lama antara lain setelah beliau pindah ke Mesir ternyata juga disebabkan *perbedaan budaya tradisi adat-istiadatnya dan geografisnya tidak sama* dengan di Irak tempat tinggalnya yang terdahulu.

budaya.merupakan jati diri suatu daerah atau bangsa Warisan nenek moyang kita... Seperti tradisi budaya kesenian. Tradisi Uri Uri.. tradisi busana daerah itu semua sebagai ciri khas...kita Saya tidak melarang.mau condong ke Arab araban..mau condong ke barat baratan...tapi tolong hargai budaya kami.jangan kalian benturkan Dengan agama.. Kenapa budaya kami kau anggap syirik . Kenapa nenek moyang kami di anggap sesat.. Kamu tauh acara selamatan nguri uri..itu simbol rasa bersyukur kita kepada Tuhan..rasa penghormatan kepada leluhur.. penghormatan kepada alam ini.. Jangan jadikan dalil agama di benturkan dengan budaya kita . jika kamu anggap uri uri budaya di anggap sebagai murka Allah adanya bencana..terus kenapa Aceh yg notabennya Islam ke Arab araban.. tetep kena Sunami..mikir

Semoga wahabi dan para pengikutnya mendapat hidayah ya akhi ya ukhti 🙏

Sekiranya itu di mata saya tidak sesuai dengan islam maka saya akan tinggalkan. Adat atau budaya yang melenceng

BUDAYA atau sering disebut sebagai *cipta, rasa, karsa* dari manusia itu sangat penting sebagai bagian karunia akal yang diberikan Allah untuk manusia. Persoalannya bila dihadap-hadapkan dengan agama kadang menjadi berseberangan. Sehingga mendengar kata "budaya" saja langsung alergi sangking fanatiknya. Padahal bila dikaitkan dengan agama juga cukup berperan besar, misalnya : *Pertama,* AlQuran sebagai firman-firman agung dari Yang Maha Mulia yang kita baca sekarang menjadi sebuah kitab juga tidak lepas dari sebuah produk budaya manusia. Pengumpulannya dari lontar yang awalnya dianggap hal baru (bid'ah) oleh Khalifah Abubakar kemudian diyakinkan oleh sahabat Umar bin Khatab sebagai sesuatu yang baik (bid'ah hasanah) dan keharusan. Dizaman Khalifah Utsman bin Affan disempurnakan dengan penyatuan menjadi sebuah mushaf sehingga menjadi kitab, itupun "belum ada tanda bacanya". Yang sampai kepada kita sekarang sehingga bisa kita baca (karena diberi titik dan tanda baca) adalah produk hasil cipta budaya dari Dinasti Umayah kemudian secara bertahap disempurnakan Dinasti Abasyiah. Dengan kata lain, oleh Allah manusia dikaruniai akal sehingga cipta, rasa, karsa sebagai hasil budaya menjadi bagian dari karuniaNya bisa kita gunakan untuk kepentingan agama. *Kedua,* Alhadits sebagai sabda-sabda Nabi Agung SAW dirumuskan dari hasil *cipta, rasa, karsa dalam tradisi budaya keilmuan.* Kodifikasi ilmiah pembagian atau penjaringan dari kategori valid (shahih), hasan, dhoif tidak lepas dari campur tangan tradisi keilmuan yang diciptakan manusia dalam prosesnya. *Ketiga,* kodifikasi fikh (hukum Islam) adalah juga rumusan yang diciptakan para fukoha untuk mempermudah menjalankan agama. Misalnya orang bisa sholat, tatacara, syah rukunnya itu bisa kita ketahui dari sini (ilmu fikh) bukan dari AlQuran dan Hadits, karena memang dikedua kitab induk tersebut tidak disebutkan. Demikian juga kita mengenal hukum yang lima (wajib, sunah, haram, makruh, mubah) adalah produk dari tradisi budaya keilmuan dari hukum fikh. Demikianlah bahwa manusia dibilang makhluk yang berakal dan berbudaya itu tentu saja dari sisi positifnya. AlQuran bisa kita baca sekarang juga berkah dari peradaban budaya manusia zaman Dinasti Umayah dan Abasyiah. Hadits yang kita gunakan juga hasil kodifikasi keilmuan dari tradisi budaya ilmiah (verifikasi) jauh setelah sekian abad Nabi Muhammad SAW meninggal. Bahkan kita bisa tahu caranya sholat juga bukan dari dalil tetapi dari tradisi fikh. Jadi ada benarnya Anda, saya sangat setuju --- karena itu contoh-contoh yang saya sebutkan diatas dari pertama, kedua, dan ketiga adalah bagian dari budaya manusia --- sehingga tidak perlu dalil -- karena memang "TIDAK ADA DALILNYA"

pantas ditolak di mana mana .lha dakwahya kayak gini

orang indonesia .orang islam menyalahkan saudara indonesia menyalahkan saudara islam.kurang ngopi ya

Budayakanlah Islam, bukan Budaya yg di Islamkan !

Ya kalo orang mau bikin bubur di bulan safar doang emang salah? Ada2 aja nih si syafiq

Terutama keluarga dari suami terlalu banyak adat istiadat yang bagiky itu tidak masuk akal

Saya orang jawa dan saya menghormati dan menghargai adat jawa silahkan anda bilang musyrik atau syirik itu hak anda karena kebenaran dan kesempurnaan hanya milik ALLOH semata...sebagai orang jawa kewajiban saya menjaga dan melestarikan adat jawa tanpa meninggalkan amal dan ibadah sebagai orang islam.... orang jawa jaman sekarang sudah lupa dengan asal usulnya sudah lupa dengan tata dan ajaran jawa... orang jawa mengadakan sesajen dan memelihara benda pusaka bukan untuk disembah melainkan untuk melestarikan adat jawa agar tidak punah dari muka bumi ini saya bangga jadi orang jawa siji wadah ojo pecah.SAYA JAWA

Mari kita hapus budaya asing

Tradisi dan budaya mana dulu? Ada hubungannya dengan akidah gak? Syirik musyrik itu kalau sdh menyangkut keyakinan akan kemaha esaan dan kemaha kuasaan Allah swt, ada tradisi yg memang di lakukan bukan pada dasar akidah melainkan pada dasar jiwa kesukuan tradisi sebagai orang nusantara bukan org arab. Kalau misal sesajen, perlu di pertanyakan sesajen buat siapa? Memberi siapa? Alasannya apa? Klo jawabannya seperti pada umumnya katanya buat org tua nenek moyang apalah gak jelas nanti datang menyicipi kelasssss itu 99,99% syirik, 0,9% persennya tahayul.

senyum palsu .terlihat berdakwah tapi menyalahkan.

Helehhh ngustad gini dipercaya

pak ustad kalau mengadakan tahlilan 4 bulanan atau 7 bulanan kehamilan bagaimana hukumny, tapi berniat untuk meminta mendoakan kebaikan pada janin dan ibu ny di masa kehamilanny .. ? mohon peneranganny pak ustad baik ny bagaimana

Kalo memang islam seperti yg anda pahami Saya memilih keluar dari islam

Saya islam tapi maaf adat istiadat tradisi budaya tetap jawa🙏🙏🙏

Klu mata km belum dapat melihat yg goib, lebih baik kerjakn yg 5waktu, jngn suuzon hanya + kesombongan mu, ingat setan dicap kafir oleh Allah karena sombong, ingat kata 2 sunan Kalijaga..!( Ojo dumeh)

Ttadisi Debus memakan kaca, menggunakan senjata tajam, Syirik

Haji juga tradisi loooo Tradisinya leluhur 🤣

Ustat ngajinya masih tk

Tamu kok orak arik aturan sing duwe omah...

ini chanelnya kaum wahabi.... wahai kaum wahabi pergi dari Indonesia ke arab saudi sono..... Indonesia punya tradisi

Bukankah agama itu merupakan budaya ztad? Sebelum manusia mengenal adanya berbagai macam agama. Ia melewati transisi dari animisme dinamisme kemudian terakhir islam.. Kalau benci budaya ya harus benci teknologi sebab teknologi itu sebagian dari pada budaya.. totalitas gaperlu pake hape dansebagainya. Tidak usah memakai baju yang dijahit itu teknologi.. bahkan air zam zam masih akan terus ada hingga ratusan ribu tahun lagi.. itu teknologi ztad. Menurut saya ga apa apa semua adalah niatan hati seseorang. Penghambaan yg dimaksud pun juga masuk dalam niatan hati seseorang.. jd tidak terlihat ztad. Yang penting niatan kita adalah untuk meminta izin kepada Allah SWT sebab segala perkara harus melibatkan allah swt. Jadi menurut saya budaya sah sah saja yang penting tau estetika dan tergantung daripada niatan hati seseorang itu sendiri. Dan soal bapak bapak yang kafir hanya karena tdk mengucap syahadat itu menurut saya tidak seperti itu ya ztad sebab kafir itu tidak ada yang tahu itu hak prerogatif allah. Bahkan ada yg hatinya mengucap syahadat tetapi ia munafik kepada dirinya sendiri. Maka kembali kepada hati.. hanya ada 3 perkara yang HARUS dan WAJIB kita taati yaitu shalat puasa dan zakat. Yang lain sifatnya fleksibel.. yang penting baik pasti outputnya baik. Kurang pas jika kita menyalahkan pembuatan bubur di bulan safar

Omong kosong tat

Sitik sitik bid'ah Sitik2 syirik Woalah to Yo Yo ..

Wahabbi mah sering suudzon sama budaya leluhur wkwkwkwkwk

Aqiqah tradisi kafir makah di ubah sama nabi.

Dakwah termasuk ibadah atau bukan. Trus dakwah di media, Apakah Ada perintah

Ustad lulusan paud

pak ustadz, masak orang mau ngasih sajen kepala kerbau pake alfatihah. ya enggak gitu lah bro. klu bertentangan dgn syariat ya gak dibuat orang. orang juga gamau syiriklah. pak ustadz jangan setiap budaya dianggap salah. klu budaya setiap mau bulan ramadhan anak2 ngantar makanan jgn juga disalahin ya.. 😁

GAK MUTU

Ini bukan arab!

Ustad peaaax

mohon pencerahan tentang berhala "patung vagina" tradisi kaum pagan/kaum jahiliyah.. patung vagina yang ditempel di dinding ka'bah disembah dan di cium cium untuk menghapus dosa...🤔 apakah itu bukan syirik..?

Arab dan islam jelas berbeda Si ustad jelas bukan lahir dan besar di keluarga yang kental akan tradisi budaya yang kental dia berargumentasi berdasarkan ilmunya yang dia dapat tanpa berobservasi ke dalam masyarakat yang masih menjunjung berbudaya tersebut,,, Dan dengan dakwah model seperti ini dijaman Walisongo bukan hanya sulit mendapat jamaah,,tapi banyak dapat musuh,,,,kebenaran tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi,,,