REL KERETA HANCUR SAMPAI DITUMBUHI POHON ! Warga Ingin Jalur Ini Segera Direaktivasi ! Kita lanjut mencari stasiun Rowotamtu / Rawatamtu sambil berbincang dengan salah satu narasumber
Maaf lur slow respon ey..masih sakit soalnya ..yg belum nonton video ini silahkan di chek ru-vid.com/video/%D0%B2%D0%B8%D0%B4%D0%B5%D0%BE-7Ik0hCBtr38.html
Semoga Pak Dirut Kai MeReaktivasi Jalur Kereta Yang Mati Jadi Hidup Kembali 1.Jalur Ka Kedungjati_Tuntang 2.Jalur Ka Kalisat_Panarukan 3.Jalur Ka Garut_Cikajang 4.Jalur Ka Cipatat _Padalarang 5.Jalur Ka Banjar _ Pangandaran 6.Jalur Ka Lumajang_Balung 7. Jalur Ka Labuan_Rangkasbitung 8. Jalur Ka Purwokerto_Wonosobo Pulau Kalimantan Dan Sumatera Wajib Di Bangun Jalur Kereta Supaya Indonesia Maju 🇲🇨🇲🇨💪💪🙏
Jalur kereta api Lumajang-Balung merupakan jalur kereta api yang tidak lagi aktif, yang menghubungkan Stasiun Lumajang dengan Stasiun Balung. Jalur ini sekarang termasuk dalam Wilayah Aset IX Jember. Interval waktu pembangunan antara lintas Lumajang-Pasirian dengan jalur Lumajang-Balung-Rambipuji ternyata jauh, dan bahkan tak banyak literatur berbahasa Belanda yang membahas jalur ini. Tetapi menurut Lekkerkerker (1938) dalam bukunya yang berjudul Land-en-Volk van Java menyebutkan bahwa jalur ini aslinya adalah jalur trem dengan lebar sepur 600 mm. Pembangunan diprakarsai oleh Staatsspoorwegen, dengan melanjutkan jalurnya dari Lumajang menuju Rambipuji via Balung. Jalur dan stasiun-stasiunnya sendiri dibuka pada tanggal 3 Mei 1913 untuk segmen Rambipuji-Balung dan dilanjut menuju Puger. Selanjutnya, jalur kemudian dibuka pula untuk segmen Lumajang-Kencong pada tanggal 25 Agustus 1927 dan kemudian ke arah Balung pada tanggal 1 November 1928. Setahun berikutnya jalur ini diputuskan untuk diganti sepurnya menjadi 1.067 mm.[1] Jalur kereta api ini pada masa lalu merupakan jalur yang cukup sibuk. Lebih dari 300.000 penumpang tercatat pada tahun 1950 menggunakan kereta api dari Stasiun Balung, dan sedikit kurang dari jumlah itu di Stasiun Lumajang. Akan tetapi berselang beberapa tahun kemudian di 1953, jumlah penumpang ini di Stasiun Lumajang menurun hingga tinggal sedikit lagi di atas angka 270 ribu orang; namun penyusutan yang drastis terjadi di Stasiun Balung, yang turun okupansinya hingga mendekati 170 ribu orang saja. Dalam kurun waktu itu, angkutan barang justru meningkat pada tahun 1953, hingga mencapai lebih dari 23 ribu ton di Stasiun Lumajang dan lebih dari 25 ribu ton di Stasiun Balung.[2] Interval waktu pembangunan antara lintas Lumajang-Pasirian dengan jalur Lumajang-Balung-Rambipuji ternyata jauh, dan bahkan tak banyak literatur berbahasa Belanda yang membahas jalur ini. Tetapi menurut Lekkerkerker (1938) dalam bukunya yang berjudul Land-en-Volk van Java menyebutkan bahwa jalur ini aslinya adalah jalur trem dengan lebar sepur 600 mm. Pembangunan diprakarsai oleh Staatsspoorwegen, dengan melanjutkan jalurnya dari Lumajang menuju Rambipuji via Balung. Jalur dan stasiun-stasiunnya sendiri dibuka pada tanggal 3 Mei 1913 untuk segmen Rambipuji-Balung dan dilanjut menuju Puger. Selanjutnya, jalur kemudian dibuka pula untuk segmen Lumajang-Kencong pada tanggal 25 Agustus 1927 dan kemudian ke arah Balung pada tanggal 1 November 1928. Setahun berikutnya jalur ini diputuskan untuk diganti sepurnya menjadi 1.067 mm.[1] Jalur kereta api ini pada masa lalu merupakan jalur yang cukup sibuk. Lebih dari 300.000 penumpang tercatat pada tahun 1950 menggunakan kereta api dari Stasiun Balung, dan sedikit kurang dari jumlah itu di Stasiun Lumajang. Akan tetapi berselang beberapa tahun kemudian di 1953, jumlah penumpang ini di Stasiun Lumajang menurun hingga tinggal sedikit lagi di atas angka 270 ribu orang; namun penyusutan yang drastis terjadi di Stasiun Balung, yang turun okupansinya hingga mendekati 170 ribu orang saja. Dalam kurun waktu itu, angkutan barang justru meningkat pada tahun 1953, hingga mencapai lebih dari 23 ribu ton di Stasiun Lumajang dan lebih dari 25 ribu ton di Stasiun Balung.[2] Jalur ini dinonaktifkan pada tahun 1986 karena kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum. Tidak ada reaktivasi. By Wikipedia
yg kita pertanyakan selain non aktif karena kalah bersaing dengan mobil pribadi dan sejenisnya apakah ada faktor lain selain kalah bersaing karena kendaraan pribadi?
Banyak perlintasan yg nonaktif sejak 1980-an...mungkin efek keputusan pemerintah masa itu yg lebih mengutamakan roda karet...roda besi jadi mati pelan2
@@Gibran.S mungkin karena banyak yang minat mobil, truk, kendaraan pribadi lainnya daripada angkutan umum seperti kereta api Ada juga yang minat angkutan umum seperti kereta api, tapi sedikit
Rumahku diambulu. Ketika q kecil masih inget2 dikit2 ada jalur kereta disebelah puskesmas ambulu yg mengarah keselatan sampai ptp karet. Kakek pernah cerita dulu kalau mau kemadiun naik kereta 3hari 3malam nginep dibalung dan kertosono. Semoga bisa direaktivasi lagi jalur2 kereta yg sudah mati tersebut.
Hehe, jalur atau stasiun yang dinonaktifkan pada saat itu nggak seenak jidat kok, banyak hal yang jadi pertimbangan, kalau di jalur ini, dari segi waktu, saat itu kalah saing dengan kendaraan lain di jalan rambi-Puger, juga ada kemungkinan merugi, sehingga dinonaktifkan. Atau juga seperti jalur Kalisat Panarukan, bukan hanya karena masalah ekonomi, namun kondisi sarana dan prasarana yang sudah tua. Namun bisa jadi jalur ini di masa depan nanti menjadi jalur KA wisata
Semoga perkeretaapian Indonesia maju ini Saran saya Semoga Dibaca oleh PT KAI 1.Reaktivasi jalur Garut Cikajang 2.Reaktivasi Jalur Bandung Ciwidey 3.Pembangunan Double Track lintas Banjar Kroya 4.Reaktivasi jalur Rambipuji Balung 5.Reaktivasi jalur Kalisat Panarukan 6.Reaktivasi jalur Cipatat Padalarang 7.Pembangunan DT Lintas Sukabumi Cianjur 8.Elektrivikasi jalur Kutoarjo Palur 9.Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Surabaya 10. Pembangunan DT Lintas Wonokromo Bangil
Sekarang liputan blusukan penelusurannya di Jalur Kereta Api Non Aktif Rambipuji - Balung - Lumajang sudah sampai di Bekas Stasiun Rawatamtu yang masih ada wujud bangunannya dan masih ada besi rel kereta api menyembul ke permukaan di beberapa titik sepanjang jalur tersebut. Sayang sekali Bekas Halte Kaliputih sangat singkat terliput, semoga kedepan bisa lebih detail. Lanjutkan lagi Mas Yusril dan Mas Dicky liputannya ke Bekas Stasiun/Halte Dam Curahmalang, Gumelar, Gumelar Kidul, dan Balung. Pasalnya belum ada yang meliput tentang letak keberadaan dari Bekas Stasiun/Halte tersebut, barangkali Mas Yusril dan Mas Dicky bisa menjadi orang pertama yang meliput Bekas Stasiun/Halte tersebut.
Coba donk ke vlog jalur kereta api di kota Banda Aceh yg mana jalur tsb sudah banyak berubah fungsi,seingat saya yg masih ada stasiunnya masih ada di kota Sigli dan kota Langsa .
Pemerintah kl memikirkan tranportasi rakyat.pungsikan lagi jalur kereta api yg sdh tdk berpungsi.karena tdk membebeskan tanah lagi.krn itu tanah negara.dan itu peninggalan sejarah.
Simalakama... 😅 Di sisi lain mrk mengharapkan transportasi publik yang nyaman karena dg angkot bahkan mungkin truk fuso selalu gak nyaman karena macet, pengamen, ngetem, ugal-ugalan, bahkan ngulur waktu... Di sisi lainnya lagi pasti ada gula ada semut... Gak mungkin mrk digusur begitu saja kalau enggak ada tempat utk direlokasi...
Wa,allaikummsalam.oke jg dehhh...insyaallah baikk yaaa...begitu jg km ok...mantpp bnget kang blusukan nya...alhamdulillah sta nya masih ada bagus deh klu gitu...ttp yg semngt sht sukses okeeeeeeee....!!,
ĐỂ tui cho các bạn có thể là do người đăng ký Facebook ngay hôm nay sẽ tốt hơn nếu bạn có thể là do người đăng ký Facebook ngay hôm nay sẽ tốt hơn nếu có thì giờ để có