Tasikmalaya, merupakan salah satu daerah di Jawa barat yang dilalui oleh jalur kereta api lintas selatan pulau jawa. Latar belakang pembangunan jalur kereta api lintas Tasikmalaya tidak lain untuk mempermudah pengangkutan hasil-hasil perkebunan yang tersebar di kawasan priangan selatan dan timur. Maka dari itu perusahaan kereta api negara hindia Belanda staatspoorwegen memfasilitasi sarana angkut yang cepat untuk mencapai pelabuhan. Serta di bangunnya lintas Tasikmalaya juga untuk menghubungkan atara Batavia, Bandung, Priangan timur hingga terhubung dengan jalur jogja - Cilacap yang bertemu si halte kasugihan hingga stasiun Maos. Jalur di Tasikmalaya ini termasuk ke dalan tahap 2 pembangunan, yaitu dari halte trowek hingga stasiun Tasikmalaya sejauh 29,4 kilometer.
Jalur kereta api lintas selatan akhirnya terhubung pada tahun 1893. Untuk menjangkau area2 perkebunan yang masih terisolir di kawasan Tasikmalaya maka di bangunlah jaringan kereta api dari Tasikmalaya sampai dengan Singaparna. Pembangunan jalur kereta Tasikmalaya hingga Singaparna sebenarnya telah di rencanakan sebelum jalur kereta api lintas priangan selatan di bangun. Pembangunan tersebut di usulkan oleh beberapa pihak swasta. Pada tahun 1889 L. Coster mengajukan konsesi kepada pemerintah untuk membangun jaringan rel Tasikmalaya sampai Mangunreja. Pada bulan Oktober 1890 juga K Van Horck juga mengajukan pembangunan jaringan rel dari Tasikmalaya menuju Singaparna. Namun ke 2 permohonan tersebut di tolak oleh pemerintah. Tidak patah semangat, pada 23 Desember 1890 K Van Horck kembali mengajukan konsesi pembangunan jalur kereta api Tasikmalaya melalui Singaparna melalui aliran kiri ciwulan mendekati Mangunreja. Pada akhirnya pemerintah mengabulkan permohonan K Van Horck yang ke 2 ini dengan surat keputusan pada 6 February 1891 nomor 17. Tetapi sampai dengan batas tenggang yang di tentukan, K Van Horck tidak juga membangun jalur kereta api yang di usulkannya tersebut sampai akhirnya pemerintah mencabut ijin pembangunan jalur tersebut. Permohonan konsesi selanjutnya di layangkan pada 31 Desember 1898 oleh Myer. Myer mengajukan pembangunan kereta api lintas Tasikmalaya-Singaparna dengan beberapa persimpangan diantaranya Singaparna-Cigadog, Singaparna-Peuteuyjaya, dan Padayungan-Cicariang-Cibeuti. Setelah pemerintah memberikan ijin kepada Myer bahkan hingga 4 kali perpanjangan ijin Myer tidak juga membangun jalur yang diusulkan nya tersebut. Pada akhirnya tahun 1902 ijin pembangunan di serahkan kepada Mr.Th.B.Plyete. lagi-lagi sampai dengan tahun 1904 pembangunan jalur Tasikmalayar Singaparna tidak juga di bangun oleh Plyete hingga akhirnya ijin pembangunan jalur Tasikmalaya hingga Singaparna di cabut oleh pemerintah. Setelah pencabutan ijin pembangunan oleh pihak swasta pembangunan jalur Tasikmalaya hingga Singaparna di kerjakan oleh pemerintah. Pembangunan tersebut di lakukan pemerintah dengan alasan untuk meningkatkan perekonomian. Dengan latar belakang padatnya jumlah penduduk dan luasnya areal perkebunan di priangan timur ini pemerintah berharap bisa mendongkrak perekonomian daerah Singaparna dan selain mengangkut hasil perkebunan kereta juga digunakan untuk mengangkut penumpang. Pemerintah melihat banyaknya area perkebunan di priangan selatan milik swasta seperti perkebunan kopi, karet, teh dan kina.
Pembangunan jalur Tasikmalaya hingga Singaparna di mulai dengan pengukuran tanah pada tahun 1910. Titik percabangan jalur kereta Tasikmalaya hingga Singaparna di mulai dari 0 kilometer di stasiun Tasikmalaya yang merupakan lintas utama Priangan-Cilacap. Dalam rancangan pemerintah jalur kereta api Tasikmalaya hingga Singaparna melewati daerah perkotaan dan melewati pasar kemudian menuju Singaparna. Medan yang akan di lalui kereta bervariasi. Pada 5 kilometer pertama jalur kereta api cenderung datar dan juga berada tepat di samping jalan raya sedangkan sisanya menuju ke arah Singaparna jalur kereta mulai memasuki area pegunungan dengan kontur jalur menanjak dan menikung. Menurut sejarah pada awalnya pemerintah berencana akan membangun jalur sampai daerah Mangunreja, tetapi kontur daerah yang berbukit-bukit dan juga penduduknya tidak begitu banyak jadi pemerintah mengurungkan niatnya. Apalagi kalau untuk ke daerah Mangunreja di perlukan beberapa jembatan terutama jembatan di sungai Ciwulan yang mungkin akan membutuhkan biaya yang cukup besar.
.
.
.
#sejarah #keretaapi
.
----------------------------------------------------------------------------------
SAWER YUK : saweria.co/OYA...
Buat teman-teman yang ingin berpartisipasi untuk mendukung kegiatan blusukan saya bisa klik sawer diatas yah.
----------------------------TERIMAKASIH-----------------------------
3 окт 2024