Pengantar:
Deskripsi - Jarak
Sebelum tahun 1900, kajian mimpi terbagi dalam dua domain besar: mistisisme dan fisiologi. Pada yang pertama, mimpi dianggap sebagai suatu petunjuk, gambaran mengenai masa yang akan datang. Ini berarti bahwa mimpi dapat ditafsirkan dengan serangkaian makna tanda. Pada yang kedua, mimpi dianggap sebagai aktivitas fisiologis biasa tanpa makna. Bahkan bapak psikologi dunia, Wilhelm Wundt, cenderung pada pandangan yang kedua. Pandangan Wundt dengan demikian sekaligus mempernyatakan bahwa mimpi bukan kajian psikologi karena itu hanyalah reaksi ketubuhan kita belaka.
Tapi siapa sangka, seorang Neurolog yang kelak menjadi pendiri Psikoanalisis dan sekaligus ahli jiwa paling berpengaruh di dunia, Sigmund Freud, justru menyatakan bahwa mimpi adalah aktivitas psikologis yang bermakna. Ia menerbitkan The Interpretation of Dreams, persisnya pada tanggal 4 November 1899, berisikan tidak kurang dari 200 mimpi beserta mekanisme dan penafsirannya. Bab 7 dari buku ini, Psikologi Mimpi, dianggap sebagai basis metapsikologi dalam psikoanalisis.
Apa yang kemudian dapat kita pelajari dari Freud dan pemikirannya mengenai mimpi, bahkan masih relavan hingga saat ini, adalah bahwa mimpi mengajarkan pada kita bagaimana struktur pikiran manusia (sadar dan tak sadar) dapat bekerja dan bagaimana bahasa yang kita gunakan (penanda dan petanda) beroperasi.
Jika kemudian Anda bertanya bagaimana mimpi dapat menginformasikan dua hal di atas? Jawabnya cukup ringkas, mimpi harus dipahami melampaui penjelasan 'mimpi malam hari', melainkan dunia di mana manusia hidup. The world as a dream.
Surabaya, 29 Mei 2021
Muhammad Fakhrun Siraj
______
Film produksi oleh :
Kopi Sajak
A Film by: Muhamad Maksugi
A Story by: Dicky Wahyudi
Crew:
Director: Muhamad Maksugi
Scenario Writer: Dicky Wahyudi
Koreografer: Dian Musyarofah
Wardrobe: Aan Rohiatul Jannah
Actor:
Dicky Wahyudi as Diki
Dian Musyarofah as Mey
Supported by:
Institut Psikoanalisis Indonesia
Kopi Sajak
Saung Kopi
26 авг 2024
